Bagian 4

38 4 0
                                    

Regan menunjuk seseorang di sebelah Jeha dengan Dagunya.

Merasa jika dagu Regan mengacu pada dirinya, membuat Kanya hanya bisa terperangah. Seingatnya, ia hanya menemani Regan sarapan. Setelah itu Regan mengajaknya berkenalan, itu pun ia tak pedulikan. Bagaimana bisa Regan mengatakan bahwa Kanya memiliki Id Linenya. Tanda tanya kembali terukir di wajah Kanya, namun tak mendapat jawaban dari Regan.

Kanya mengalihkan wajahnya ke Jeha yang berada di samping kiri. Apabila Kanya menunggu jawaban dari Regan, maka Jehalah yang menunggu penjelasan dari Kanya. Wajah Jeha yang tak kalah menampilkan tanda tanya yang cukup besar, menyebabkan Kanya semakin bingung dan menuntut respon dari laki-laki yang sudah menuduhnya tersebut.

"Woii... Gak usah sok tegang gitu kali, gue bercanda doang," ujar Regan. "Boro-boro ngasih Id Line, gue ajak kenalan aja dia ogah-ogahan," timpalnya lagi.

Ucapan Regan lantas mengundang gelak tawa dari Keysha. Seniornya ini tertawa sebab tak percaya akan kebenaran yang dikatakan oleh Regan. Merasa kesal karena tawa Keysha tidak juga berhenti, Regan memilih melemparkan tatapan tak bersahabat.

"Gue serius kak Key, baru kali ini gue di tolak kenalan sama cewek. Biasanya kan gue yang nolak cewek buat kenalan," tutur Regan tak percaya.

"Dunia ini gk akan berjalan sesuai dengan yang lo inginkan Kak Regan," imbuh Kanya seraya melirik Regan kesal.

"Haha... Gue setuju. Itu artinya lo kena karma Re," timpal Keysha.

"Karma itu acara yang hostnya Roy Kimochi kak Keysha,"

"Udalah Re gak usah jadi jayus gitu kalau sakit hati," tambah Keysha mengakibatkan ekspresi kesal kian terpatri di wajah tampan milik Regan. Sedangkan wajah yang tersenyum puas terpahat di wajah cantik milik Kanya.

🌟🌟🌟

Kegiatan MOS hari pertama berakhir sejak pukul 14.30, namun pak Abdi yang berjanji akan menjemput Kanya belum juga muncul. Hampir 1 jam lamanya Kanya menunggu, anak-anak lain yang tadi juga menunggu jemputan seperti dirinya satu persatu mulai pulang termasuk Jeha. Andaikan ia tidak menolak tawaran Jeha untuk pulang bersama pasti ia sudah istirahat di kamarnya yang kalau tidak salah ingat tadi pagi ia tinggalkan dalam keadaan seperti kapal pecah.

Kegiatan yang Kanya lakukan guna mengisi kebosanan adalah menghitung jumlah mobil yang lewat di depan matanya. Aktivitas yang selalu ditekuninya dari kecil kala sedang bosan menunggu, menghitung apa saja yang lewat di hadapannya.

"6...,"

"7...,"

"8...,"

"9...,"

"10...,"

"Ahh... Pak Abdi kemana sih? Tumben banget telat jemput," teriak Kanya yang telah sampai pada titik batas kesabarannya dalam menunggu.

Suara motor menginterupsi aksi Kanya yang tengah mencak-mencak tidak jelas meluapkan kekesalan. Dilihatnya kuda besi yang berhenti memarkirkan diri di sebelah halte tempatnya menunggu berikut orang yang mengendarainya. Si pengendara membuka helm full face yang menutupi seluruh muka.

Kanya membuang wajahnya. Terlalu malas menghadapi sosok yang berjalan mendekati dirinya. "Ngapain tadi kayak orang gila?"

Kali ini ia benar-benar malas berinteraksi dengan siapapun. Moodnya sudah terlalu jelak akibat supir pribadinya yang telat menjemput. "Kalau ditanya itu jawab dong. Cantik-cantik kok bisu sih," orang tersebut menjatuhkan tubuhnya, turut duduk di sebelah Kanya.

"Siapa yang nyuruh lo duduk di sini?" tanya Kanya dengan ketus.

"Lo sendiri siapa ngelarang gue duduk di sini? Lagian ini tempat umum kali, siapa aja boleh duduk,"

Yang dikatakan cowok itu memang benar. Siapa dirinya melarang orang untuk duduk. Ini halte tempat pemberhentian bis, tempat umum yang bisa dijangkau oleh semua kalangan.

"Lo kalau belum dijemput, pulang sama gue aja. Mumpung gue lagi baik,"

Kanya diam. Tidak menghiraukan ajakan yang diberikan.

"Woii, mau gak?"

"Kak Regan, makasih atas tawarannya. Gue nunggu—"

Dering telepon seluler menyela ucapan Kanya. Nama orang yang ditunggu Kanya dari tadi muncul di layar. Segera ia menggeser tombol hijau lalu menempelkan benda tipis tersebut di telinga. "Halo pak Abdi. Bapak kemana sih kok gak jemput saya?"

"Maaf mbak Kanya. Saya baru bisa ngasih kabar. Gini mbak, mobil lagi di bengkel. Bannya bocor waktu otw ke sekolahan, malah ngantri lagi,"

"Kenapa baru ngasih tau sekarang sih pak? Kalau tau kan saya bisa pulang sama Jeha tadi,"

"Sekali lagi maaf mbak. Pulsa saya habis, gk ada counter pulsa dekat sini. Ini aja udah saya bela-belain jalan kaki buat beli pulsa, terus ngabarin mbak Kanya,"

"Ya udah deh. Saya naik taksi online aja,"

"Maaf ya mbak Kanya,"

"Iya,"

Kanya menutup sambungan telepon. Membuka aplikasi taksi online, sialnya saat hendak memesan muncul notifikasi pada layar handphone yang memberitahu paket internetnya sudah habis.

Hari ini adalah hari tersial baginya sejak pagi. Dimulai dari bangun kesiangan, berlarian di trotoar, diberi hukuman oleh Regan karena keterlambatannya, telepon bahwa pak Abdi tidak bisa menjemput, sampai kabar mengenai paket internetnya yang ludes. Benar-benar kesialan yang sempurna.

"Ah... Shit," umpat Kanya sangat-sangat kesal.

"Lo kenapa sih? Paket lo habis? Terus gak bisa pesan taksi? Pulang naik angkot aja neng," saran Regan.

"Kalau gue bisa naik angkot, gue naik angkot kali,"

"Tinggal naik doang apa susahnya sih?"

"Bukan itu masalahnya, gue gak diizinin buat naik angkot," nada suara Kanya naik satu oktaf.

"Kalem kali, gak usah ngegas. Siapa yang ngelarang? Nyokap? Bokap? Atau emang lo nya aja yang manja? Kalau gue liat sih lo itu tipe cewek yang suka keluar masuk mall. Gak heran lo gk biasa naik angkot," Regan mengucapkan kalimat itu tanpa beban. Tak menyadari perubahan air muka Kanya.

"Ihh... Lo itu jadi cowok nyebelin banget yah, kalau gak tau masalahnya gak usah sok tau. Lo bilang mau nganterin gue pulang kan? Sekarang gue minta sama lo, anter gue pulang! Gue gak terima penolakan sedikit pun," Kanya beranjak dari tempat duduknya. Berjalan ke arah motor Regan yang terparkir disebelah halte.

"Anjir nih cewek, seenaknya aja. Udah di sembur, malah disuruh nganterin pulang lagi. Untung cantik," gumam Regan yang tercengang melihat aksi Kanya memakinya.

~~~~~~~~~~
28 Oktober 2018
Dhea Pramesti

Hope you like it guys...

MonochromeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang