Bagian 2

602 89 14
                                    


Setelah menepis perihal apa yang baru saja lewat di kepalanya tadi, Shuhua menarik Guanlin untuk segera memulai saja acara belajar bersama mereka hari itu.

Gara-gara kejadian tadi, Shuhua jadi ingin segera pulang saja rasanya.
Ya sebenarnya ia tak bermaksud berteriak keras seperti itu pada orang lain, itu kan refleks yang alami kalau ia tiba-tiba melihat hal yang membuatnya terkejut.

Kini Shuhua sudah berkelut dengan soal-soal hangeul yang ada di hadapannya, sama dengan Guanlin.

Sementara keadaan rumah sudah kembali sepi. Pria tinggi tegap yang beberapa menit lalu ada di sana sudah menghilang entah ke mana.

“Guanlin...”

“Hm ?” Guanlin nampak sibuk meraut pensilnya yang sudah menumpul akibat ia pakai untuk menulis.

“Rumahmu sepi sekali...”

Shuhua sendiri tak tahu mengapa ia memulai percakapan ini. Seperti ia baru saja membuka celah untuk mencari tau lebih dalam mengenai, Guanlin ? atau...

“Ini rumah milik orang tua Wooseok hyung, ayah menyuruhku untuk tinggal di sini saja agar tak mengkhawatirkan kedua orang tuaku. Lagipula Wooseok hyung juga tinggal sendiri di sini. Paman dan bibi sibuk dengan urusan bisnisnya dan hanya sesekali pulang ke rumah.”

Shuhua membuka mulutnya, seperti ingin merespon tapi tak jadi. Ya sebenarnya ia tak bertanya sejauh itu, tapi Guanlin malah lebih peka untuk menjelaskannya lebih jauh.

“Kenapa ?” kini mata Guanlin melirik dengan ekspresi curiga membuat Shuhua sebisa mungkin menampilkan ekspresi coolnya.

“Jangan bilang, kau ingin bertanya tentang Wooseok hyung ?”

“Untuk apa!”

Guanlin nyaris terjengkang ke arah belakang saat Shuhua tiba-tiba saja berteriak keras.

Seharusnya Guanlin sudah terbiasa dengan kebiasaan Shuhua yang selalu berisik seperti itu.

“Untung saja Wooseok hyung sedang dalam suasana hati yang baik tadi...” gantung Guanlin membuat Shuhua yang tadi baru saja mau melanjutkan tugasnya, perlahan terhenti.

“Kalau tidak, mungkin ia sudah tersinggung dengan ucapanmu tadi yang menyebutnya raksasa... lalu..”
Shuhua meremat pensil di tangannya, saliva Shuhua ia telan dengan susah payah, menunggu lanjutan dari perkataan Guanlin.

“Ia akan... mencekikmu!”

Plak

Ah!”

Sebuah pukulan lumayan keras mendarat di belakang kepala milik Guanlin, bukan Shuhua pelakunya.

Dan Shuhua adalah saksi mata yang meyaksikan bagaimana tidak berperasaannya Wooseok yang mendadak hadir di sana dan memukul kepala Guanlin.

“Jangan meracuni kawanmu dengan bualan seperti itu..” protes Wooseok.

“Aku hanya bercanda, hyung !” protes Guanlin.

“Bisa-bisa dia benar-benar menganggapku raksasa yang kejam...” lanjut Wooseok kini dengan penekan pada kata raksasa yang ia ucapkan, membuat Shuhua pucat seketika.

“Lihat kan Shuhua ? kau bisa menilainya sendiri bagaimana anarkisnya Wooseok—akh, baiklah hyung aku berhenti.” Guanlin yang mendapat tarikan keras di telinganya kini berhenti berbicara dan tertawa-tawa kembali.

Meski Guanlin menganggap candaannya itu tak bermasalah. Tapi, Shuhua nampak tak berpikir jika itu baik-baik saja untuknya.

Ia, jadi semakin takut melihat Wooseok.

Pundak Shuhua mengerdik pelan saat melihat sosok Wooseok yang kini mulai menaiki tangga dan memperlihatkan punggung lebarnya.

Guanlin yang sudah selesai dengan tawanya, melihat Shuhua yang tengah memperhatikan Wooseok. Meski dengan ekspresi setengah ketakutan.

“Meski begitu, dia populer di kalangan para wanita.” Lanjut Guanlin membuat Shuhua mengembalikan atensinya pada pria Lai kini.

“Park Sooyoung.... Park Siyeon.... Kim Minkyeong....Joo Kyulkyung... mereka jajaran mantan kekasih Wooseok hyung.”

Mata Shuhua melebar, mulutnya terbuka. Dan Guanlin sudah menduga jika Shuhua pasti akan bereaksi seperti itu.

Shuhua takjub, bahkan nama yang Guanlin sebutkan tadi merupakan nama-nama gadis top yang ada di sekolah mereka, ada yang sudah menjadi alumni dan ada yang masih bersekolah di sana. Siyeon salah satunya.

“Mereka, cantik semua.” Gumam Shuhua pelan dan ditanggapi anggukan oleh Guanlin.

Dan akhirnya kegiatan belajar mereka kembali pada mode serius, mungkin hingga sekitar dua atau tiga jam berlalu.

Guanlin mulai merasa bosan, ia juga merasa lapar dan ingin membeli beberapa cemilan di minimarket yang ada di dekat rumahnya.

“Kau mau pulang ?”

“Hm, tanggung ini sebentar lagi selesai.” Ujar Shuhua yang nampak masih sibuk mengerjakan tugasnya.

“Baiklah. Aku akan pergi ke luar dulu sebentar. Kalau kau sudah mau pulang dan aku belum kembali, tolong simpan buku-bukunya di kamarku ya. Kamar ke dua dari tangga.”

“Ya Ya Ya.” Shuhua hanya menanggapinya dengan setengah perhatian, sejujurnya ia tak benar-benar menyerap apa yang Guanlin ucapkan.

Hingga saat Shuhua merasa semua pekerjaannya selesai. Ia baru sadar kalau Guanlin tak juga kunjung kembali dan membiarkan Shuhua di sana sendirian—ah tidak, dengan Wooseok ?

Srak

Karena tak ingin berlama-lama, Shuhua segera merapihkan semua peralatan miliknya. Menggunakan tas, dan beringsut membereskan buku-buku di meja.

Ia teringat jika Guanlin tadi menyuruhnya untuk menyimpan kembali buku itu di kamar Guanlin.

Dengan langkah perlahan, Shuhua menaiki anak tangga. Memperhatikan pintu-pintu yang ada di lantai dua dan segera membuka salah satu pintu di sana dengan gerakan cepat.

Ya, pemandangan kamar khas seorang lelaki. Dengan dekorasi penuh warna gelap.

Dan sedikit kotor, saat Shuhua melihat banyak baju berserakan di atas tempat tidur.

Ia tidak tahu, jika Lai Guanlin ternyata seseorang yang jorok juga.

Setelah menyimpan buku-buku Guanlin di meja belajar yang ada di sana, Shuhua tak lantas pergi, ia malah mengeluarkan ponsel dan memotret keaadaan kamar Guanlin yang berantakan.

Berniat untuk meledek pria itu di kemudian hari, tapi...

Ceklek

Sebuah pintu lain di dalam kamar itu terbuka.

Shuhua membatu di tempatnya, matanya membulat, dan semakin membulat lagi.

Tatkala seorang Jung Wooseok keluar dari sana dengan rambut basahnya dan handuk putih yang melilit hanya tubuh bagian bawahnya saja.

“Apa-apaan....”

KYAAAAAAAA.”

Lagi-lagi Shuhua mengeluarkan teriakan super kerasnya. Kedua matanya terpejam, ponselnya terpental entah ke mana.

Tapi teriakan itu sontak saja terhenti saat Shuhua merasakan seseorang membekap mulutnya spontan, membuat teriakan Shuhua teredam.

Dan saat Shuhua membuka matanya, pemandangan wajah super tampan dengan mata berkilau indah serta helaian rambut masih basah yang menutupi dahi menyambut Shuhua.

“Berisik.” ujar Jung Wooseok tajam.

Hari itu,

Shuhua resmi mendeklarasikan jika Wooseok adalah makhluk terseram yang pernah ia temui.

TBC 

Apasih ini apa hahaha~

Giant +Wooseok;Shuhua [COMPLETE]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang