Chapter 2

259 43 39
                                    

Arine dibawa ke sebuah kursi kecil untuk bayi di lantai khusus wanita. 

Bahkan bayi pria diberi kursi bersama dengan meja makan diatas itu. 

Kok iri ya? 

Namun ia memilih bodo amat, daripada ngurusin yang belum saatnya ia urusin. Nanti kalo ia udah gede baru ia urusin.

Dan sekarang tersajilah semangkuk bubur pada meja mininya.

Hey...... Padahal ia baru saja lahir, ya kali langsung kasih bubur. Kau kira ia sudah berumur gitu?! 

Mungkin karna mereka para maid atau pelayan itu hanya kurang ilmu untuk mengurus anak anak sepertinya.

Langsung saja Arine menolak makanan yang ingin disuapkan padanya, namun ia menutup mulutnya menggunakan tangannya. Dan menggelengkan kelapa.

"Kenapa tuan putri? Apa buburnya kurang banyak? "tanya pelayan itu padanya.

 Arine menggeleng.

"Cidak... Macanan ini enyak pi... Au belm oleh... macan inih... (Tidak... Makanan ini enak tapi... Aku belum boleh..... Makan ini.) "Ujar Arine dengan suara cadelnya.

"Lain waktu, aku akan belajar berbicara dulu... Hiks... Terkutuklah mulut cadelku. Ini menyiksaku. "Batin Arine miris.

Maid yang mendengar suaranya terkejut, bahkan para pria yang dimeja makan juga ikut menoleh.

"Apa dia berbicara? "Tanya salah satu pria dengan warna rambut hitam dan kulit putihnya. Oh... Jangan lupakan mata hijau zambrud itu. Membuat para kaum hawa pasti sangat ingin memakannya. Kecuali dirinya tentu.

Dan maid itu gelagapan pada pertanyaan cowok tadi, padahal cuma ditanya aja udah gelagapan. bagaimana jika ia dinikahkan? Mati mungkin ya.

"I-i-i-i-i-i-i-i-iya p-pa-pangeran. "Gagap maid itu membuat Arine geleng-geleng kepala.

Takut amat deh. Mungkin itu yang dipikirkan pertama kali.

Yaa.... Kalo takut sih boleh boleh aja, tapi kalo sampe gagap juga biasa ya. Namanya juga takut, bahkan ada yang sampe kencing di celana. Tapi ya takutnya jangan sama lawan jenis dong.

Merekakan yang akan jadi suami elu nanti, gak bakal jadi istri jugak. Ngapain takut? Hanya karna kau lemah, bukan berarti kau pasrah jika ditindas.

"Wah... Bayi ini baru lahir bukan? Bagaimana bisa ia berbicara? "Tanya salah satu dari mereka yang lain, tapi yang ini berambut kuning dan bermata biru. Kek bule uyy....

Arine dengan berani menatap pria itu, yang ia yakini seorang pangeran karna sudah terlihat dari pakaiannya yang mewah.

Arine lalu tersenyum.

"Cencu... Jica olang hewasa bica belbicala kenapah au cidak?  ( Tentu.... Jika orang dewasa bisa berbicara kenapa aku tidak? )"Tanya Arine dengan wajah sok polosnya.

Seluruh pria yang berada di meja makan menatapnya dengan wajah kagum, terkejut, heran, kesal, datar, jijik dan masing banyak lagi. Dan itu membuatnya muak.

"Wow..... Hebat, anak jalangmu sungguh hebat Raja. "Ujar pangeran itu menatap ayahnya alias Raja mereka.

"Siapa yang kau panggil Anak Jalang, sialan!!! "Geram Arine membatin.

"Tapi tetap saja, ia seorang wanita. "Ujar Ayahnya dengan nada angkuhnya yang pengen di auto tabok itu.

"Siapa yang kau panggil wanita?! Enak saja, aku masih gadis ogeb! "Batin Arine menggeram lagi.

Beberapa menit kemudian, acara makan selesai. Dan Arine tidak makan apapaun, karna ia menolak. Ia tahu, walau ia seorang pembunuh bayaran. Tetap saja ia seorang gadis, tahu cara pertumbuhan anak walau bagaimanapun. Bahwa anak baru lahir hingga umur 2 tahun hanya diperbolehkan minum asi, walau beberapa bulan kemudian ada yang sudah memberi mereka makanan seperti bubur itu.

Princess Assassin [Hiatus] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang