Bagian 6 : Kesalahan yang Sama

6.5K 898 12
                                    

🍁🍁🍁

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


🍁🍁🍁

Dari balik jendela kamar, tatapannya menerawang jauh pada bentangan langit yang hari itu sedikit temaram. Jimi menekuk lututnya, membiarkan hembusan angin menerobos masuk dan meniup rambutnya yang mulai memanjang.

Yogas belum pulang sejak hari itu, tapi orang-orang suruhan Papa sudah tersebar untuk mencari keberadaan Yogas. Jimi tenang saja ya? Yogas pasti akan pulang.

"Kamu ke mana, Yo?"

Jimi akhirnya membuka mulut setelah seharian ini hanya mengatup bibirnya rapat-rapat. Serak mulai terasa di tenggorokannya, tapi Jimi sama sekali tidak berniat beranjak untuk sekedar mengambil segelas air.

Perasaannya gelisah luar biasa. Sesal dan rasa bersalah bercampur jadi satu. Jimi sama sekali tidak menyangka Yogas akan benar-benar pergi dan meninggalkan rumahnya sendiri. Meninggalkan perasaan bersalah yang kian hari kian menekan Jimi hingga rasanya dia tidak bisa hidup dengan tenang.


Jimi ingin keluar, mencari adiknya yang hilang entah kemana. Tidak peduli sejauh apapun dia harus pergi dan selama apapun dia akan mencari. Jimi harus mencari Yogas bahkan ke ujung dunia sekalipun.

Ini semua salahnya. Andai saja saat itu dia cukup berani mengambil resiko, pasti segalanya tidak akan jadi serumit sekarang. Sayangnya kaca yang sudah pecah tidak akan pernah menjadi utuh kembali. Jimi memang payah, dia takut mengecewakan Papa dan Mama sampai-sampai Yogas lah yang harus mengalah.


Tapi sekarang, Jimi sudah memantapkan hatinya untuk menerima resiko apapun demi bisa membuat Yogas kembali. meski itu artinya dia akan menentang Papa dan Mama untuk kedua kalinya.


🍁🍁🍁

Beberapa hari ini Yogas merasa aneh dengan perasaannya sendiri. Perasaan asing yang mendadak tumbuh dalam hatinya sejak bertemu dengan Hana. Sesuatu yang sebelumnya tidak pernah dia miliki, bahkan atas tindakan paling buruk yang pernah dia lakukan sekalipun.

Yogas merasa menyesal dan dia tidak tahu bagaimana cara menghilangkan perasaan itu. Sebab apapun yang dia pikirkan, Jimi akan selalu tiba-tiba muncul sebagai pemeran utamanya.

Untuk satu alasan, Yogas menyesali perbuatannya terhadap Jimi. Terdengar konyol memang, tapi Yogas benar-benar menyesalinya. Dan perasaan itu semakin memukul batinnya setelah Yogas merasa kesepian tanpa ada suara yang terus memanggil namanya. Tanpa sosok yang selalu menunggunya pulang sekolah, dan tanpa sosok yang selalu tersenyum tulus meskipun Yogas berulang kali memperlakukannya dengan kasar.

Jimi tidak salah, tapi perkataan teman-temannya lah yang membuat Yogas membencinya. Rasa malu akibat ejekan itu sukses merubahnya menjadi monster. Ditambah perlakuan Papa dan Mama yang begitu menyayangi Jimi seolah Jimi lebih penting dari segalanya membuat Yogas semakin dibutakan rasa benci.

MY IDIOT BROTHER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang