PROLOG

83 21 1
                                    


"Virgiawan! Bangun!" teriak seorang wanita berdaster batik yang kini sedang berdiri di depan tempat tidur anaknya.

"Emm... Bentar Mi, 5 menit lagi." jawabnya dengan suara serak khas orang baru bangun tidur.

"Iss... Terserahmu lah, Wan. Udah capek Umi banguni kau tapi jawabanmu 5 menit lagi 5 menit lagi. Udah 12 kali Umi dengar itu ya. Yaudalah kalau kau terlambat bukan urusan Umi."

"Jam berapa rupanya ini, Mi?"

"Jam 7."

Cowok bermata sayu itu pun langsung bangkit dari tempat tidurnya dan membuka bajunya yang ia pakai saat ini, "Umi kok gak bilang udah jam 7?"

"Yang barusan kau dengar itu apa rupanya?"

Cowok itu mendecak sambil memakai seragam sekolahnya.

"Gak mandi kau?"

"Gak usahlah, Mi. Nanti Umi bayar airnya jadi banyak."

Wanita berdaster batik itu hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah anak keduanya ini. Karena yang satu ini sangatlah berbeda dari dua anaknya yang lain. Anaknya ini cenderung memiliki sifat lebih lambat dalam soal tidur dan bangun tidur.

"Sarapan dulu kau ya."

"Gak usahlah, Mi. Nanti beras Umi habis.

"Yaudalah gak usah kau jadi anak Umi kalau gak mau ngerepotin Umi."

One tertawa lalu memeluk Uminya dari belakang. Seperti inilah One. Dia memang berbeda dari anak Umi yang lainnya. Karena ia sangat manja terhadap
Uminya.

Fyi, One adalah anak kedua dari 3 bersaudara. Ia memiliki Kakak yang cantik dan sudah bekerja di Bank bernama Nike Ardila, dan adik laki-laki yang masih duduk di bangku sekolah menengah pertama bernama Judika. Jangan tanya mengapa anak Abah dan Umi semuanya memiliki nama yang sama dengan nama penyanyi top Indonesia. Biarlah Abah dan Umi yang akan menjawabnya.

"Kenapa nama kalian bertiga sangat mirip dengan nama penyanyi top Indonesia?"

Ketiga anak Abah dan Umi diam dan siap menyimak alasannya.

"Itu karena Abah dan Umi ingin, kalian bertiga punya kesuksesan yang sama seperti mereka."

Ketiga anak Abah dan Umi pun mengangguk paham.

"Lagi pula, Nike Ardilla itu cantik dan Abah suka." kata Abah.

"Sedangkan Iwan Fals itu berkarisma dan Umi suka." sambung Umi.

"Terus Judika gimana?" tanya anak bungsu mereka yang memiliki nama itu.

"Karena Abah dan Umi suka," lalu mereka mulai bernyanyi bersama, "Tak pernahkah kau sadari akulah yang kau sakiti. Kau pergi dengan janjimu yang telah kau ingkari. Oh Tuhan tolonglah aku hapuskan rasa cintaku. Aku pun ingin bahagia walau tak bersama dia..."

Terimakasih untuk tepuk tangannya.

Oh iya, Abahnya One punya bengkel sepeda motor yang sudah punya banyak langganan, dan Uminya juga sudah lama berjualan miso yang memiliki cita rasa yang lezat.

Lanjut...

"Iss... Gak usahlah kau peluk Umi, Wan. Bau kau belum mandi."

One nyengir lalu melepaskan Uminya yang juga tersenyum melihatnya.

"Yaudah, Mi, One berangkat sekolah dulu ya, Mi. Assalamualaikum."

"Walaikumsalam."

Pukul 7.10, One masih berada di angkutan umum menuju sekolahnya. Jalanan terlihat sangat padat dipenuhi pengendara karena banyak orang yang mulai mengerjakan aktivitasnya di hari Senin yang cerah ini.

ONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang