ONE 1

39 12 0
                                    

Sore itu udara terasa sangat sejuk. Angin berhembus menerbangkan dedaunan kering di atas tanah yang lembab. Sepertinya sore ini akan segera turuh hujan. Terlihat dari gumpalan awan abu-abu di langit yang mulai menggulung ke arah barat.

Bahkan karena sayup angin sejuk itu seorang pemuda bermata sayu sampai tertidur pulas di atas gazebo rotan yang dibuat Abahnya beberapa bulan lalu. Tempat itu sekarang menjadi basecamp favoritnya untuk menunaikan tidur siangnya.

Saking lelapnya tertidur, ia sampai tak menyadari jika rinai hujan mulai turun membasahi tanah bumi pertiwi. Namun tak lama kemudian ia perlahan membuka matanya ketika percikan air hujan mengenai wajahnya.

Ia terjaga. Lalu duduk menyilangkan kakinya sambil menopang dagunya. Ini adalah moment yang tepat untuknya berhalusinasi~

Ia membayangkan ditengah-tengah hujan sana ada sebuah panggung besar dikelilingi ratusan penonton yang bersorak memanggil namanya. Sedang di atas panggung ada sosok dirinya yang sedang menyanyikan lagu diiringi gitar akustiknya.

"One!"

"One!"

Pemuda yang dipanggil One itu pun tersenyum ketika suara semu menyerukan namanya. Rasanya suara derasnya hujan bisa mewakili sorakan semu para fans yang dibayangkannya.

"One!"

"One!"

"Wan!"

One bergumam, "kenapa fansku ada yang manggil 'Wan' ya?"
Tapi ia tampak tak memperdulikan panggilan itu. Yang penting dirinya harus menuntaskan halu~ ini.

"Wan!"

Lagi-lagi masih ada saja yang memanggilnya 'Wan'. Dan lagi ia juga tak memperdulikannya.

"WAN!!" teriakkan itu terdengar nyaring disertai mendaratnya sebuah sandal swallow di kepalanya.

Plak!

Seketika, buyar sudah khayalannya.

One meringis sambil mengelus kepalanya. Ia menoleh ke belakang dan melihat seorang wanita sedang mengecak pinggangnya. Pancaran matanya menyala seolah ingin segera menerkamnya.

"Kenapa sih, Kak Ike?"

"Pasti lagi ngelamunin yang jorok-jorok kau kan? Udahlah nanti dulu itu. Sini bantuin Kakak! Cepat!" pinta Nike, kakaknya One.

One mendecak. Selalu saja ia disuudzon'i sama Kakak kandungnya ini. Padahalkan ia sedang berkhayal tentang impiannya di masa depan.

Huh, dasar!

Setelah menerjang hujan yang hanya beberapa langkah menuju rumahnya, akhirnya One tiba di teras dengan keadaan basah kuyup karena hujan yang sangat deras.

"Dingiiiiiinnn, brrrrrrrr..." keluhnya karena kedinginan.

Nike atau biasa dipanggil Ike menoyor kepala adiknya itu sambil berkata, "baru kena hujan dikit aja udah lemah kau Wan, Wan."

One tak menjawab. Badannya masih sedikit menggigil karena kedinginan.

"Yuk. Bantu Kakak."

"Ngapai sih?"

"Bantuin Umi buat pergedel. Nanti malam ada wiritan di rumah Pak RT. Jadi dia nempah sama Umi," jawab Ike sambil berjalan ke dalam rumah.

"Ada upahnya nggak?" tanya One.

"Ada."

"Berapa?"

Ike berhenti dan menatap One, " 1 biji pergedel 200 perak."

ONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang