ONE 5

23 7 0
                                    

Seorang pelajar berseragam putih abu-abu berjalan pincang sambil mengusap darah yang mengalir di pelipisnya. Tampaknya betadine tadi tidak berpengaruh cepat menghentikan darahnya. Wajahnya sudah lebam membiru dan seragamnya terlihat sangat berantakan. Ia menyapu pandangan ke arah depan, tak melihat seorang pun di warung depan sana. Lantas ia langsung duduk di atas kursi rotan panjang yang berdebu.

Ia menghela nafas panjang, hari ini terasa buruk baginya. Desah nafasnya masih memburu. Amarah di dalam dadanya masih membuncah. Sorot matanya menyala memancarkan aura dendam yang membara.

Cowok itu menggeram lantas memukul dinding kayu yang tak bersalah dengan amarahnya.

"BANGSAT!!" makinya.

Lalu ia kembali mengingat gadis asing yang sempat menolongnya tadi. Amarah di dadanya perlahan teredam. Kepalanya yang panas mendadak dingin seketika. Lalu bibirnya menyunggingkan senyum.

Ia masih ingat kejadian siang tadi yang membuat tubuhnya sampai babak belur begini. Dimana sekumpulan pelajar SMA yang berbeda sekolah dengannya menghajarnya tanpa ampun di persimpangan jalan dekat halte. Pasalnya sederhana, karena saat itu ia hanya lewat halte tanpa menyapa mereka si empu tongkrongan. Bagi mereka itu adalah sebuah penghinaan. Tidak menghargai mereka yang punya tongkrongan. Apalagi ketika itu ia sempat meludah dengan maksud ingin membuang dahak yang nyangkut di tenggorokannya. Tapi mereka menganggap cowok itu malah menghina mereka. Padahal tentu saja tidak. Cowok itu kebelutan sedang batuk sekarang. Dan perihal menyapa mereka, untuk apa? Kenal saja tidak. Namun mereka berfikir lain dan langsung pitam menghalau cowok yang sedang berjalan sendirian itu.

Oiya, mereka adalah pelajar dari STM Persiapan yang memang biasa nongkrong di persimpangan halte. Mereka terkenal dengan sebutan pelajar yang suka membuat onar dan sering cabut. Mereka juga suka malakin pelajar yang tak sengaja lewat tongkrongan mereka. Dan satu lagi, mereka ingin ditakuti pelajar lain. Jadi mereka sering pasang gaya sok jago di depan pelajar lain yang kebetulan sedang sendirian, seperti One.

Hari ini One tidak pulang bersama kedua sahabatnya yang kebetulan sekali keduanya tidak hadir ke sekolah. Jadi ia memutuskan untuk pulang sendiri sambil berjalan menuju rumahnya. Biasanya ia akan lewat gang kecil yang setiap hari ia jalani dengan kedua sahabatnya. Tapi berhubung karena kemarin ia baru dikejar bapak-bapak berkumis tebal sebab telah mencuri mangga di depan rumah si Bapak, jadi ia memutuskan untuk lewat jalan raya saja. Takut jika bapak itu masih mengenali wajahnya. Bakal habis deh kena gorok goloknya.

Ia berjalan dengan santai sambil sesekali bersiul menghilangkan sepi. Lalu ia berdehem kuat berusaha meringankan batuk yang mengganggu tenggorokannya. Di ujung sana ia melihat sekumpulan pelajar yang sedang nongkrong di halte. Salah seorang pelajar menatapnya tak suka, namun One tetap terus berjalan tanpa menghiraukan mereka.

"Heh! Mau kemana kau?" tanya cowok berambut cepak dengan angkuhnya.

Cowok bermata sayu itu melirik dan menaikan sebelah alisnya seolah bertanya apa sih?

Tiba-tiba kerah bajunya ditarik paksa oleh si cowok berambut cepak tadi. "Songong kali kau, Anjing!" makinya.

Cowok bermata sayu bernama One itu pun memandang tak suka kepada si cowok cepak. "Apa sih? Ganggu orang jalan aja kau. Minggir!" One menyingkirkan tangan si cowok cepak itu dan melangkahkan kakinya.

Namun tasnya malah ditarik paksa sangat kuat hingga membuat tubuhnya terhuyung ke belakang.

"Urusan kita belum siap, anjing!"

One menatap tajam ke arah si cowok cepak. Dan kini dirinya sudah di kepung segerombolan pelajar yang sedang anggar jago itu.

"Urusanku samamu apa?!"

ONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang