2. Harapan baru

95 4 3
                                    

Karena aku akan selalu ada disamping mu, percayalah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Karena aku akan selalu ada disamping mu, percayalah.

Artha Geovano Zareon

***

"Kenapa suster Gia lama sekali?"

Aku menghela nafas bosan, kembali memandang ke arah pintu ber- cat putih yang tertutup rapat. Sudah hampir setengah jam suster Gia tak kunjung kembali, lagi lagi dia meninggalkan ku sendirian.

Yah, aku memang tahu bagaimanapun dia tetap suster di rumah sakit ini. Dan tugas nya tak hanya merawat diriku, tapi aku sungguh bosan hanya sendirian disini.

Hari ini langit cerah, awan awan putih terlihat di langit biru bagai kumpulan gulali halus berwarna putih. Angin berhembus lembut, menerbangkan beberapa daun daun kering di halaman rumah sakit. Aku ingin keluar, tapi manamungkin aku keluar dengan keadaan seperti ini sendirian.

Cukup lama aku hanya memandangi langit biru dari jendela kamar ku, menikmati hembusan angin yang menerpa rambut ku lembut. Sampai suara ketukan pintu menyita perhatian ku,

Aku menyerngit, tak bisanya suster Gia mengetuk pintu. Kalau bukan suster Gia, lalu siapa? Apa suster lain?

Segera saja aku bertanya. "Siapa?"

Beberapa detik tak ada jawaban dari sana, aku pun sedikit kesal. Sampai sebuah kepala menyembul dari pintu, tersenyum lebar seraya menatap ku riang.

"Halo Aretha!"

Artha masuk, aku hanya tersenyum tipis membalas sapaan nya. Walau aku tak begitu kenal dengan nya- dan baru mengenal nya kemarin, tapi aku cukup senang ada seseorang yang menemaniku.

Aku sedikit heran, dia agak berbeda dari kemaren. Tapi apa?

"Artha, dimana infusan mu?" Aku bertanya saat melihat nya hanya berjalan sendirian, tanpa sebuah selang infusan yang seharusnya dibawa nya seperti kemarin.

Artha terkekeh, "Aku tak membutuhkan nya, lagipula aku sekarang sudah jauh lebih baik." Katanya seraya membusungkan dada.

Aku mengangguk, mempercayai nya.

Tanpa kuketahui, semua itu bohong, dia mencopot infusan nya tanpa sepengetahuan dokter maupun perawat, dan dia tak benar benar jauh lebih baik.

"Lalu kenapa kau datang kesini?"

Artha mendudukan dirinya di kuris yang berada di sebelah kasur ku,

"Ah aku hanya bosan di kamar, aku juga ingin mengajak mu ke taman rumah sakit. Apa kau mau Aretha?" Artha kembali tersenyum lebar, mata hitak nya berbinar. Persis seperti anak kecil, sangat manis.

Aku terkekeh, menoleh ke arah nya, "Hanya berdua?" Tanya ku.

Dia mengangguk, aku pun berpikir sejenak.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 12, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Artha Dan ArethaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang