Bouquet 10. Holy Flower

166 21 5
                                    

Holy Flower (Kebahagiaan Berumahtangga)

Sensasi itu terasa begitu asing. Aneh namun menyenangkan. Saat kedua tangan Sasuke menyentuh kulit tipis itu. Mengelusnya pelan-pelan, mencoba merasa tiap sensasi yang ia rasakan tiap detiknya. Dan gerakan itu langsung terasa. Menyentuh telapak tangannya dengan sensasi asing yang melambungkan dirinya. Sasuke sudah ratusan kali merasakan hal itu, namun entah kenapa sensasinya masih terasa begitu menyenangkan. Seakan malaikat kecilnya, jagoan kecilnya sedang memberi salam untuknya dari dalam perut.

"Apa kau tak bosan mengelus perutku terus, Sasuke?"

Naruto hanya bisa terkekeh menatap Sasuke yang masih asyik memandang perut buncitnya sambil sekali-kali mengelusnya. Sudah ratusan kali rasanya Sasuke melakukan hal ini. Tidur beralas paha Naruto dengan kedua manik mata yang terus-terus menatap perut buncit di hadapannya. Naruto memang tahu ini pertama kalinya pria dingin itu melihat orang hamil, apalagi jika orang itu adalah suaminya sendiri. Hanya saja Naruto masih geli sendiri jika perutnya terus dielus seperti itu.

Namun entahlah, rasanya Naruto rela saja merasa kegelian jika pemandangan menyenangkan itu selalu hinggap dalam pandangan matanya. Melihat seorang pria yang paling ia cintai sedang tersenyum bahagia mengelus calon anak mereka yang masih dalam perut, memang siapa yang tak akan bahagia?

Naruto bahkan masih ingat rasanya, berbulan-bulan lalu saat keajaiban datang menghampiri mereka. Entah apa yang terjadi, Tuhan seakan sedang memberikan mereka sebuah mukjizat melalu bayi mungil yang sedang tertidur dalam dirinya. Sejujurnya Naruto sendiri pun tak mengerti bagaimana itu semua bisa terjadi, terlalu mustahil dan terasa seperti mimpi. Namun saat detakan itu terdengar di telinganya, tak ada hal lain yang bisa ia rasakan selain kebahagiaan yang membuncah.

Kebahagiaan mereka begitu sempurna saat itu. Kehadiran seorang anak tentu saja sudah menjadi pelengkap sempurna hidup mereka. Memang apa lagi yang mereka harapakan? Ini sudah lebih dari cukup untuk membahagiakan mereka berdua bahkan hingga maut memisahkan nanti.

"Kau merasakannya, Naruto? Dia sedang menyapaku." Kekehan merdu itu rasanya tak mau hilang dari diri Naruto saat wajah terpukau Sasuke telah terpampang manis di hadapannya. "Jagoan kecil Ayah."

Dan mungkin inilah keajaiban lain yang sudah Tuhan berikan. Saat Tuhan menghadirkan senyum yang tak mau hilang dari wajah Sasuke serta binar kebahagiaan itu. Rasanya Naruto sudah tak bisa meminta hal lain lagi ketika semua kebahagiaan sudah Tuhan berikan. Ini sudah terlalu banyak.

"Kurasa anak kita seorang laki-laki, Naruto." Dari sekian banyak hal yang berubah dalam hidupnya, inilah yang paling terasa menyenangkan. Entah kenapa saat frasa anak kita itu meluncur manis dari bibir Sasuke, tak ada lagi yang bisa Naruto lakukan selain mengelus sayang helaian hitam milik pria dalam pangkuannya.

Mungkin saja ini karena pengaruh hormon kehamilannya atau memang karena yang lain. Rasanya Naruto dibuat mudah bahagia bahkan oleh kata-kata sederhana macam itu. Rasanya segala kesusahan yang pernah ia rasakan saat mengandung hanyalah angin lalu. Rasa sakit itu. Ketidaknyamanannya. Atau bahkan menghabiskan pagi hari di kamar mandi tak lagi terasa karena kebahagiaan sudah terlalu banyak membanjirinya saat ini.

Bulan demi bulan yang berlalu pun berlalu begitu cepat. Melewati mereka begitu saja, sampai-sampai Naruto hanya perlu menghitung hari hingga seorang anak yang paling ia dambakan akhirnya hadir di tengah mereka.

"Apa kau sudah menyiapkan nama untuknya?" Manik mata sehitam arang milik Sasuke langsung beralih menatap Naruto. Memandang pria yang paling ia cintai dan penyempurna hidupnya itu kini masih asyik memandang hangat ke arahnya. Tangan Naruto bahkan masih setia mengelus surai hitam Sasuke.

"Entahlah, Sasuke. Aku masih belum memikirkannya."

Naruto hanya mengangkat bahunya. Ia bahkan belum sempat memikirkan soal itu. Pikirannya sudah terlanjur penuh dengan kesehatan bayinya dan segala persiapan persalinan nanti. Rasanya nama akan ia pikirkan nanti, setelah anaknya lahir. Sepertinya tak masalah. Yang penting anaknya sehat, itu sudah lebih dari cukup.

"Aku sudah menemukan nama yang cocok untuk anak kita." Senyum lebar langsung terkembang di wajah Sasuke. Terlihat begitu memesona bahkan ketika Sasuke sudah kembali menyibukkan dirinya dengan perut buncit di hadapannya itu.

"Namanya Menma. Uchiha Menma."

Saat itu, entah apa yang terjadi, namun sebuah bayangan indah langsung saja tergambar di dalam kepala Naruto. Tentang bocah lelaki kecil dengan kulit putih dan helaian hitam yang begitu mirip dengan Sasuke. Wajah rupawan bocah itu terhias gurat di pipi serta manik biru seperti miliknya. Tak lupa senyum lebar yang terkembang di wajah bulatnya.

Sempurna. Gambaran itu terlalu sempurna hingga rasanya Naruto tak bisa menahan senyum yang terkembang di bibir. Masih bisa ia bayangkan suara tapak kaki yang berlari mengelilingi rumah. Juga suara canda tawa yang akan memenuhi rumah mereka. Dan kebahagiaan yang terlihat begitu sempurna di matanya kini.

"Ya, Menma. Uchiha Menma."

Detik itu, rasanya Naruto sudah tak lagi mampu membendung kerinduannya pada bocah kecil yang sedang tertidur di dalam perutnya. Bocah kecil mereka. Uchiha Menma, anak mereka.

END

Author's Note :
Entah mengapa aku merasa kalo semakin lama ff ini semakin ga nyambung sama makna bunganya 🤔🤔🤔
Ahahah biarlah. Yang penting aku suka.
Ff mpreg pertamaku. Super singkat dan ga jelas ahaha  padahal aslinya aku ga bisa menemukan alasan yang pas kenapa seorang pria bisa hamil, kecuali tg maksudnya.
Intinya adalah hanya ingin menyalurkan keinginan gila membayangkan Naru lagi bunting 🤣🤣🤣🤣

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 01, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BouquetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang