Bouquet 3. Agaphantus

311 44 1
                                    

Agaphantus (Surat Cinta)

Itu senyum terindah yang pernah Sasuke lihat. Tawa termerdu yang pernah Sasuke dengar. Seakan keindahan dunia sudah terangkum sempurna dalam sosok di depannya. Satu-satunya pemuda yang pernah Sasuke lihat yang begitu memukau dalam guguran sakura di atasnya. Helaian rambut sewarna mentari, manik mata sebiru lautan, hidung mungil nan bangir, dan bibir semerah cherry berpadu begitu apik dalam sosoknya. Dan senyum serta tawa itu hanya menyempurnakan keindahan yang ada.

Saat itu, waktu seakan berhenti di tempatnya. Sasuke seakan lumpuh seketika, tubuhnya tak bisa bergerak. Manik mata sekelam malam itu pun seakan terpancang untuk terus memandang pemuda di depannya. Menyelami keindahan yang ada. Menikmati dan terus memuji dalam diam. Kembali mempertanyakan dimanakah ia kini, apakah ia sedang di surga saat malaikat rupawan kini telah hadir di hadapannya?

Ah, senyum itu begitu membuai Sasuke. Memaksa sudut bibirnya untuk terangkat pula. Mungkin ini senyum pertama yang ia keluarkan entah sejak kapan. Hanya saja, saat melihat senyum indah itu, Sasuke seakan tak mampu menahan senyumnya. Ada luapan kebahagiaan di sana. Ada debaran asing nan menyenangkan di sana. Seakan kini begitu banyak kupu-kupu yang menggelitik perutnya. Menawarkan padanya sebuah sensasi indah nan memabukkan yang belum pernah ia rasakan kepadanya. Bahkan ia sudah ketagihan dibuatnya.

Saat itulah Sasuke sadari bahwa ia telah jatuh cinta.
.
.

Secarik kertas lagi-lagi jatuh di hadapan Naruto. Surat yang untuk kesekian kalinya ia temukan di loker sepatunya. Ini memang bukan yang pertama. Naruto pernah mendapatkannya dulu, bahkan lebih heboh dengan segala kata puitis di dalamnya. Ini memang hanya kertas putih biasa dengan sederet kalimat, tak lebih. Namun, entah mengapa ada sesuatu yang spesial di sana. Dan sesuatu yang spesial itu sudah mampu menghadirkan senyum indah di wajah Naruto.

Rasanya aneh memang. Ketika kebahagiaan itu hadir begitu saja saat sederet kata dengan tulisan rapi itu memenuhi pandangan matanya. Bukan kata puitis atau romantis yang sering ia dapatkan. Hanya kalimat biasa dengan sejuta makna di dalamnya.

Bukankah ini hari yang indah?

Sungguh, kalimat tanya itu selalu menjadi awal yang menyenangkan saat Naruto membaca suratnya. Lagi-lagi senyum itu tak mampu Naruto tahan. Rasa-rasanya ia sangat yakin jika harinya akan seindah seperti yang dikatakan dalam surat itu.

Tak terasa musim semi sebentar lagi akan berakhir.

Manik sebiru lautan itu nampak mengerjap imut membacanya. Sama sekali tak terasa jika waktu telah terlewat selama itu. Rasanya baru kemarin ia pertama kali menerima surat seperti ini. Dan kini sudah satu bulan lamanya. Naruto jujur tak menyangka sama sekali. Mungkin ia harus menyediakan kotak yang lebih besar lagi untuk menampung seluruh surat-surat itu. Bukannya Naruto terlalu berharap, hanya saja ia tak bisa memungkiri jika ia masih menginginkan surat-surat itu akan terus menemani hari-harinya. Ya, terus seperti ini selamanya.

Kuharap kau tak masalah dengan cuaca panas nanti.

Sebuah kikikan merdu langsung mengalun indah begitu saja dari bibir semerah cherry itu. Tak sanggup menyembunyikan luapan kebahagiaan yang ia rasakan kini. Kupu-kupu itu seakan semakin banyak mengerubunginya. Lagi-lagi menggelitiknya dengan debaran aneh yang terasa bagai candu. Rasa itu memang menyenangkan. Debaran jantung yang menggila. Semburat merah yang semakin hari semakin pekat saja. Ah, Naruto sungguh menikmati sensasi ini.

Dan semoga harimu menyenangkan.

Ya, surat itu hanya sampai di sana. Terasa seperti surat iseng memang. Namun Naruto tahu, ada sejuta rasa yang tertuang dalam tiap kalimat itu. Seakan penulisnya sedang menggambarkan isinya hatinya dalam sebuah kalimat sederhana. Tiap kata yang ia pilih. Tiap ekspresi yang tersirat di dalamnya. Sederhana namun begitu indah. Dan Naruto menyukainya, sangat menyukainya.

Sebuah senyum pun kembali hadir di wajah Naruto. Dilipatnya surat itu menjadi lipatan rapi dan dimasukkan ke dalam kantung blazernya. Surat itu akan menemaninya hari ini. Menjadi penyemangatnya dan sumber utama yang mengahadirkan senyum di wajah Naruto. Seakan hari ini akan menjadi seindah dan semenyenangkan seperti yang tertulis dalam surat itu. Dalam menit pertama pun, surat itu sudah terlanjur sukses menghadirkan senyum yang tak akan luntur di wajah Naruto.

Begitu pula dengan sang penulis surat. Senyum indah yang sama pun kembali menghiasi sosok Sasuke Uchiha yang memandang punggung mungil itu dari balik tembok. Harinya akan menjadi seindah yang ia tuliskan dalam suratnya.

"Bukankah ini hari yang indah?"

END

Author's Note :
Ehehehe akhirnya lanjut juga. Wkwkwk semoga kalian suka. Jangan tanya kenapa pendek dan menggantung, karena ini hanya iseng semata *plak*
Aku ucapkan terima kasih juga untuk teman-teman yang sudah membaca, mem-vote, dan mengomentari fic ini. Apalah diriku tanpa kalian 😘😘😘

BouquetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang