"Bukan saya yang salah, pak. Dia yang duluan cari masalah. Dia narik-narik baju saya terus nyeret saya ke tengah lapangan pak. Serius!"
"Asap gak bakal ada kalau gak ada api!" Bentak seorang siswa yang saat ini ada di ruang BK.
"Heii! Sudah diam kalian!" Amarah Pak Sam kini memuncak ketika melihat kedua siswa di depannya hampir saja melakukan adu jotos lagi.
Pintu ruang BK terbuka. Pak Sam refleks menoleh ke arah pintu. Sedangkan kedua siswa tadi hanya menunduk ke bawah.
"Permisi, Pak. Saya membawa tiga orang siswa yang menjadi saksi perkelahian tadi," ucap seorang guru sambil diiringi tiga perempuan dibelakangnya. Dan salah satunya Gia. Dengan gugup dia ikut masuk dalam permasalahan yang menurutnya begitu sial hari ini.
"Silahkan masuk," kata Pak Sam mempersilahkan mereka untuk masuk
Ketiga perempuan dibelakang guru tadi segera masuk ruang BK. Guru yang mengantar mereka segera pergi meninggalkan ruangan tersebut dan mulailah mereka di introgasi bak seorang pencuri.
"Kalian ini siapa?" Tanya Pak Sam
"Kami siswa di sekolah ini, Pak," jawab Gia santai. Dinda terkejut mendengar Gia menjawab dengan jawaban seperti itu. Dinda menginjak kaki Gia dan refleks Gia terkejut
"Astaga sakit bego!" Menyadari dia telah berkata kasar di depan guru, Gia menutup mulutnya. Gia juga segera menyingkirkan kakinya yang diinjak oleh Dinda.
"Iya saya tau kalau kalian siswa disini. Maksud saya, kalian ini siapanya kedua murid ini," tanya Pak Sam, sambil menunjuk kedua lelaki yang masih menunduk kepalanya dihadapan Pak Sam.
"Kan tadi udah dibilang sama si guru kalau kami ini saksi."
Dinda menepuk paha Gia kuat. Lagi-lagi, Gia hanya menutup mulutnya.
Pak Sam hanya geleng-geleng kepala."Nama saya Dinda, Pak. Dan ini teman saya Gia. Kami berdua dari kelas sepuluh IPA 4. Yang pertama kali melihat perkelahian di tengah lapangan tadi, teman saya Gia ini, Pak."
Pak Sam mengangguk-anggukan kepalanya sambil melirik kearah Gia dan Dinda
"Coba ceritakan apa yang kalian lihat.""Tadi saya dan teman saya ini sedang duduk bersantai di depan kelas." Gia mulai memberikan saksi "terus waktu kami sedang asyik bercerita ria gembira, tiba-tiba si cowok yang itu menyeret cowok yang itu Pak. Mukanya merah,berkeringat dan seperti sedang marah besar. Ngeri deh Pak. Saya aja tadi langsung teriak."
Pak Sam hanya mengangguk-angguk sambil memperhatikan Santi, saksi di kelas terjadinya perkelahian tadi. Merasa terpanggil untuk memberi saksi, Santi membuka percakapan lagi.
"Saya teman sekelas Edgar, Pak," ujar Santi, sambil menunjuk tubuh yang dia panggil dengan nama Edgar.
"Kamu, coba ceritakan kronologis kejadian kenapa mereka bisa berkelahi," kata Pak Sam sambil menunjuk seorang siswi yang menjadi saksi itu.
"Jadi gini Pak. Tadi nggak tau kenapa tiba-tiba si Bhakti ini masuk ke dalam kelas dan ngomongnya ngebentak-bentak sama si Edgar. Saya kurang denger sih dia ngomong apa. Soalnya kayak ngerap, cepet banget."
"Terus?"
"Terus si Bhakti nampar pipi Edgar, Pak. Mungkin karna gak terima digituin, si Edgar nampar balik. Dan akhirnya mereka berdua saling tampar-tamparan kek di acara MMA itu loh Pak."
Pak Sam yang telah mendapatkan informasi dari beberapa siswa itupun segera mempersilahkan mereka untuk keluar ruangan. Dan di ruangan itu hanya tersisa Pak Sam, Edgar dan Bhakti saja.