Sixth : Lucky?

91 13 5
                                    

     Sudah sejak satu jam yang lalu, bel berdering nyaring. Semua siswa di sekolah Bintang Nusantara berada di kelas masing-masing. Tak ada lagi yang berkeliaran di halaman sekolah maupun lorong-lorong kelas.

Gia masih sibuk menyalin tugas teman-temannya yang ia rangkum satu persatu. Pagi ini kelas ada pelajaran Kimia. Namun guru yang mengajar tidak masuk tanpa keterangan yang jelas.

Mungkin demi pencitraan, banyak siswa yang mengeluh. Padahal dalam lubuk hati mereka, mereka sangat bersukacita karna guru tersebut tidak masuk.

Tidak peduli dengan keadaan kelas yang mengalahkan pasar malam, Gia tetap giat meyalin tugas. Baginya, 'tugas selesai is my life."

Ditengah kesibukan Gia menyalin tugas, Dinda sahabatnya masih sibuk memainkan ponselnya. Dari awal Gia menyalin tugas sampai sekarang, Dinda tak sedetikpun melepas ponselnya tersebut.

"Daripada main ponsel terus, lebih baik bantuin aku ngerjain tugas ini," kata Gia sambil menulis.

"Halahh... Lo itu ngomong gitu cuman gara tugas lo belum selesaikan? Coba kalau sudah. Pasti lo juga sibuk mainin ponsel lo."

"Ya enggaklah, kalau tugas ku sudah selesai dari semalam, pasti sekarang aku lagi di perpustakaan. Lagi baca buku."

"Bullshit!"

Gia hanya tertawa kecil. Dia tidak bersungguh-sungguh seperti yang dia katakan. Tapi dia pasti seperti apa yang Dinda bilang, memainkan ponsel hingga titik jenuh.

"Aku mau ditraktir sama kak Edgar loh," kata Gia yang masih sibuk dengan salinan tugasnya.

"Traktir apaan?"

"Traktir makan dong."

"Kalian masih suka chatan?"

"Iya, kenapa?"

"Enggak. Cuman pengen nanya doang."

Mereka kini saling berdiam. Saling sibuk dengan aktivitas masing-masing.
Hingga kini jam menunjukkan pukul 08.56 yang berarti empat menit lagi, bel istirahat berbunyi.

Gia menyudahi salinannya. Dia benar-benar selesai dengan tugasnya.

"Yang merasa bukunya aku pinjam, tolong ambil sendiri ya di atas meja kesayanganku," kata Gia sambil berdiri.

"Minta perhatiannya sebentar." Gia kini berdiri di depan papan tulis.

Seperti tak ada yang menghargai keberadaan Gia saat ini. Semua sibuk dengan ocehan masing-masing. Hingga darah Gia tiba-tiba menjadi naik.

"TOLONG MINTA PERHATIANNYA TEMAN-TEMAN YANG AKU CINTA DAN SAYANGI!!"

Mendengar itu teriakan itu, yang semula kelas seperti pasar kini kelas itu seperti bangunan lama tak ditinggali, sunyi.

"Selamat pagi, salam sejahtera untuk kita semua. Pertama-tama mari panjatkan pu.."

"WOY GI! CEPETAN NAPA NGOMONGNYA," potong salah satu teman sekelas Gia bernama Raihan.

"Raihan ku tersayang, mari dengarkanlah pemberitahuan pentingku ini dengan seksama. Kalau ngomongnya cepet malah jatuhnya jadi ngerap. Jadi dengarkanlah pesanku ini dengan baik."

"Bacot lo ekor kalajengking!"

"Udah denger aja, Han." Nasehat salah satu teman Gia juga.

"Lanjutin Gi!" Minta Dinda.

"Kalian mungkin sudah tau kalau ini awal bulan. Kalian juga sudah tau kalau sebentar lagi kita ulangan semester. Jadi saya harap kalian semua membayar iuran bulan ini." Gia menyudahi pemberitahuannya sambil tersenyum di depan kelas.

ScriptTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang