Happy birthday, happy birthday
I can only say 'Happy Birthday'
Happy birthday, happy birthday
You being born is like an endless blessing to me- 샤이니 쫑
"Bang! Abang!"
Matanya berat sekali rasanya untuk membuka. Ia baru tidur menjelang pagi, ketika akhirnya seluruh teman satu kelompoknya mengumpulkan bagian mereka dan Woojin, yang apes menjadi bagian yang menggabungkan tugas-tugas, selesai merapikan semuanya.
"Abang! Ih! Buruan bangun! Adek mau sekolah!"
"Adek... abang kan udah bilang kalau hari Jumat abang gak ada kuliah. Naik uber aja gih. Abang baru tidur pagi ini." Matanya masih terpejam dan ia tidak bergerak sama sekali. Suaranya terdengar seperti orang yang sedang mabuk berat karena ketiadaan usaha untuk benar-benar membuka mulut.
"Abang gak denger adek ngomong ya daritadi?" Yerim, adik perempuan Woojin merengut sebal. Sudah lima belas menit ia berteriak di depan pintu kamar, memanggil, menggedor, hingga akhirnya masuk langsung dan mengguncang tubuh kakak lelakinya yang tidur bagai mati, ternyata tidak ada gunanya. Maksudnya tidak tersampaikan.
"Adek gak minta anter, Bang. Adek daritadi panggil-panggil abang soalnya ada yang nyariin. Udah daritadi nunggu di bawah ."
Woojin yang sedang tengkurap mengangkat kepala. "Siapa?"
"Nggak tau adek, Bang. Mukanya serem. Brewokan. Pake jaket kulit."
"Hah?" Mendengar perkataan adiknya barusan membuat matanya terbuka nyalang. Kaget, karena pagi-pagi ia didatangi orang aneh.
"Abang ngutang dimana sih? Ayah lagi dinas, bunda badannya kecil gitu kalau digetok gimana!"
"Ih, dek, ngutang di warteg aja abang kaga pernah. Apalagi yang sampe ginian!"
"Ya udah turun gih. Adek sekolah dulu." Yerim melambai lalu berjalan ke luar kamar. "Oh, iya, jangan lupa cabut pompa belakang ya bang. Abang masih mau pake air kan. Adek biarin idup aja dulu."
"Yo. Udah sana."
*
Modal cuci muka dan gosok gigi, Woojin keluar kamar masih dengan celana pendek dan sleeveless belel andalan untuk tidur yang keduanya berwarna hitam. Rambutnya masih acak-acakan, mukanya bahkan masih basah karena dilap asal-asalan pakai handuk sambil keluar kamar mandi. Intinya, bukan muka yang layak untuk menerima tamu.
Garuk-garuk perut dengan menyingkap sedikit bajunya sambil berjalan limbung, ia menuju ruang tamu. Woojin pasrah. Ia sungguhan ngantuk sampai malas berpikir apa pembelaan yang harus ia katakan jika ia dituduh berutang dalam jumlah besar.
Woojin sedang menguap plus garuk-garuk saat ia melihat tamu yang datang terlalu pagi itu.
"Happy birthday, Cham!"
Menguapnya pause. Garuk-garuk juga pause. Ada bunyi 'ngiiiing' di kepalanya waktu melihat siapa yang hadir di ruang tamunya belum jam tujuh pagi.
Adek sialan.
"Ngapain di sini?"
Sohye cemberut. "Ih, Sohye bela-belain pagi-pagi naik ojek karena gak ada yang anter buat jemput kue, mastiin kuenya gak ancur, niup balon dua huruf walaupun Sohye ada asma, Cham malah ngomong gitu."
"Bukan gitu, Peng." Woojin mendekat lalu tertawa kecil melihat lilin yang sudah nyaris terbakar habis lalu meniupnya dalam sekali hembusan kuat. "Kaget lah tau-tau ada penguin nongol gak ngabarin."
"Kamu tuh udah make a wish apa belom?? Kok main ditiup aja?"
"Gak usah diulang tuhan pasti tau gue pengennya apaan." Woojin nyengir. Dicoleknya krim cokelat di tepi-tepi kue lalu menjilati telunjuknya.
"Jorok banget, ih! Ini aku ada garpu. Bentar aku potong." Sohye menyuarakan protesnya. "Tetep aja sebelum tiup lilin harus make a wish, Cham. Biar perfect."
"Ya udah," Woojin cuek. Kali ini buah di atas kue yang ia ambil. "kamu aja yang wakilin. Mau doain gue apa?"
"Aneh banget, sih, gue tapi kamu." Sohye geleng-geleng heran. Woojin memang belum bisa menghilangkan kebiasaannya yang satu itu. "Hmm.. apa, ya? Semoga Cham panjang umur, sehat selalu, tam-"
"Standar banget doanya."
"Sabar ih." Sohye mendelik sebal. "Hmm... semoga kuliahnya lancar. Main futsalnya gak pake cedera. Jadi anak berbakti buat ayah-bunda, jadi abang yang baik buat Yerim.."
"Standar parah."
Kali ini Sohye memilih untuk tidak mengacuhkannya. "terus jadi teman yang baik buat Sohye."
"Udah pacaran masih aja gue kena friendzoned."
"Bukan gitu," Sohye mengurut dada. Untung kue sudah ia letakkan di meja. "kan Sohye pengen Cham tetap jadi teman baik Sohye. Apa pun yang terjadi, status apa pun yang berubah, tapi kita tetap... apa, ya? Akrab? Sohye tuh seneng banget dapet teman kayak Woojin. Dari dulu Woojin walaupun galak dan nyebelin tapi Woojin baik banget sama Sohye. Semoga kita temenan terus, ya?"
Sohye mengantisipasi tawa keras, cemoohan, atau dirinya yang akan ditertawakan habis-habisan oleh Woojin. Namun, yang ia dapati adalah senyum simpul yang terpeta di wajahnya dengan tatapan yang lurus mengunci pandangan milik Sohye.
"Makasih, Peng. Amin buat semua doanya," Woojin tersenyum lebih lebar. "Kamu ngomong gitu mau kita akrab terus... seriusan?"
"Hah? Iya.. Sohye pengen akrab terus sama Woojin."
"Emang kamu udah siap stuck jadi temen gue selamanya?"
"Hah?"
"Lupain." Woojin mengibaskan tangannya lalu kembali sibuk mencolek krim kue seolah tidak terjadi apa-apa.
*
KAMU SEDANG MEMBACA
A Book of Ninety-nine
Fanfictioncollection of stories from 99z (mainly woojin/sohye, lucas/doyeon, and mark/mina)