lemme warn you, it's full of trashwriting and showing crackhead behavior. This is how I do pain management so It's obviously much different from the other story. You've been warned. Nevertheless, enjoy!
________
"Mark! Mark!"
Mina menggedor pintu kayu di depannya sambil terus memanggil nama yang sama. Lima menit berlalu namun belum ada respon apa pun dari dalam sana.
"Mark! Nanti kita bisa terlambat!"
Setengah jam lagi mereka sudah harus berada di alun-alun. Keramaian yang mereka nanti sekian lama akhirnya tiba. Keramaian berarti waktunya keduanya bekerja demi membantu dapur mereka tetap mengepul. Mina, dengan keranjang rotan di lengan kanannya, sudah siap sejak tadi dan tinggal menunggu Mark sebelum mereka berjalan bersama menuju alun-alun.
Duh, kalau ditungguin bisa-bisa kita telat beneran.
Sadar usahanya sia-sia, Mina langsung berjalan menyusuri jalan setapak di samping rumah kayu itu. Kuda bersurai cokelat bernama Spidey sedang asyik makan rumput meringkik ketika Mina menyapanya sambil berlari-lari kecil mencari seseorang yang ia asumsikan ada di tempat yang sedang ia tuju kini:
Rumput-rumput jagung.
"Bang!! Bang Igun!!"
Yang dipanggil dengan sebutan tadi mengelap keringat dengan handuk kecil motif jembatan ampera lalu menyipit melihat siapa yang memanggilnya.
"Dibilangin gua udah ganti nama. Panggil Daniel." Sewot sudah Igun alias Daniel tadi. Sejak seorang desainer yang ia kurang suka nama bekennya jadi mirip namanya, Daniel langsung pergi ke catatan sipil untuk mengganti namanya menjadi Daniel. Jadi di antara mereka tiga saudara, hanya abang tertua mereka yang namanya masih agak kuno: Ikung.
Ikung. Daniel. Mark.
"Hehehe sorry, Bang." Mina cengar-cengir. "Mark mana, Bang? Dia minta temenin jualan korek di alun-alun tapi Mina gedor-gedor gak nyaut."
Daniel mengernyit. "Hah? Tadi dia bangun pagi kok? Abis gua langsung mandi. Masa tidur lagi? Coba panggil Peter deh? Siapa tau nyaut?"
Kalau tidak ingat lelaki ini lebih tua tiga tahun, mungkin Mina sudah nyanyi lagu kesukaannya ciptaan youtuber favorite berinisial SS.
Spesial Sambal.
°°°
Ternyata Mark bukan ketiduran.
Tidak lama setelah menghampiri Daniel, Mark lewat dengan otopetnya sambil mengunyah permen karet kebangsaannya. Kata Mark, dia habis mengantarkan korek api custom pesanan tetangganya untuk jadi souvenir nikahan anaknya minggu depan. Makanya mau bagaimana pun Mina menggedornya, tidak ada yang merespon. Soalnya rumah kecil itu memang tidak ada penghuninya selain tiga kucing Daniel dan satu biawak yang dijinakkan Ikung.
"Jangan lupa tudung merahnya." Mark merapikan ikatan tudung merah merek Hana Kajima milik Mina dan memastikan angin kencang yang bertiup tidak akan menerbangkan kain tipis itu. Mina menggumamkan terima kasih kecil, sementara dirinya menghitung isi roti di dalam keranjangnya.
Sepuluh cokelat, sepuluh sarikaya, lima keju, lima strawberry. Siap dipasarkan lalu uangnya untuk beli makanan yang akan diantarkan ke nenek.
"Kita naik otopet aja ya biar cepet." Mark memberi ide yang langsung ditolak oleh Mina.
"Naik berdua? Bahaya tau, Mark! Ini kendaraan ekstrem!"
"Kita pakai helm SNI sama pelindung lutut mudah-mudahan diberkahi tuhan. Nanti sebelum jalan kita doa aja bareng-bareng."
"Kamu yakin ini aman?"
"Percaya aja kalau tuhan selalu melindungi, Min." Mark mengangguk takzim. "Sebaik-baiknya pelindung adalah tuhan."
Mina membenarkan tudungnya begitu mendengar perkataan Mark.
°°°
Benar kata Mark, mereka baik-baik saja.
Mereka sampai di alun-alun tidak kurang satu apa pun. Setelah memarkir otopetnya dan mengikatnya ke pohon dengan tali tambang supaya aman dari curapet, Mark memasrahkan diri diseret Mina menuju alun-alun yang sudah dipadati penduduk dari kampung sekitar. Mulai ramai orang lalu lalang berjualan, yang membuat Mina tidak mau kalah.
"Yuk, Mark! Kita mau keliling apa nyari tempat?"
"Keliling aja biar semua bisa lihat."
"Oke deh. Kita mulai dari sini aja." Mina mengacungkan jempol yang dibalas dengan jempol pula oleh Mark.
"Rotinya, kakaaaak! Roti enak masih hangat, homemade dan mengeyangkan!" Mina yang pertama memulai acara berjualannya. "Ayo, Kak! Cuaca mulai dingin perut pasti lapar! Busanmi tidak mungkin dibawa kemana-mana jadi roti saja penunda lapar!"
"Korek api, Gan, Sis." Saat Mina mengambil napas, Mark ganti berteriak. "Custom. Bisa buat acara apa saja dan bisa dipakai sehari-hari. Cuaca mulai dingin. Korek api Leekang adalah solusi. Bisa untuk menghidupkan kompor minyak, membakar kayu di perapian, dan lain-lain. Bisa rikues foto di kotaknya."
Dan mereka terus melakukan bergantian melakukan hal tersebut hingga barang dagangan mereka pelan-pelan menipis lalu habis.
°°°
Selesai berjualan, Mark menolak ajakan Mina untuk langsung pulang. Sebagai gantinya, gadis Kang itu dibawa ke salah satu meja yang menjual limun dengan harga terjangkau.
"Eh? Aku bawa minum kok?" Mina berbisik pada Mark ketika ia melihat si pemuda mengeluarkan recehan dari sakunya setelah memesan dua limun ukuran venti.
"Ambil aja," Mark menyodorkan satu limun ke depan Mina. "Ucapan terima kasih karena mau nemenin jualan sampai habis padahal kamu udah abis duluan."
"Yaelah, Mark, apaan sih. Biasa aja kali." Mina tertawa. "Kan kita emang harus saling bantu. Lagian aku gak pamrih kok."
"Gak apa-apa, Min." Mark garuk-garuk kepala. "Aku sama abang-abang kayaknya banyak ngerepotin kamu. Sekali-sekali gak apa. Lagian kayaknya daritadi tiap lewat sini kamu ngelirik limunnya terus."
Agak lama Mina terdiam sebelum senyumnya merekah lebar. Susah payah ia menahan tawa karena, hei, siapa sangka Mark yang terlihat bengong dan banyak melamun ternyata memperhatikan kalau Mina memang penasaran dengan limun ini?
"Nawarin minum doang itu kuping ampe merah segala," pada akhirnya, ia mengulum senyum lalu menarik Mark untuk memberikan pelukan terima kasih. "Makasih, ya, Mark! Jangan sering-sering juga ya biar kita bisa nabung buat liat marching band di kota!"
Ketika Mina melepas pelukannya, muka Mark nyaris mengalahkan warna tudung yang dipakai Mina.
•••
To miss beta: I'm sorry.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Book of Ninety-nine
Fiksi Penggemarcollection of stories from 99z (mainly woojin/sohye, lucas/doyeon, and mark/mina)