Sasuke menjemput seorang perempuan yang lima tahun lalu telah berpisah dengannya. Hari ini, si bunga datang dengan tujuan mengunjungi menantu ayahnya, Hyuuga Hiashi.
“Aap Swagat hai, Hinata Ji.*”
Hinata. Gadis cantik itu memicing sambil tersenyum menggoda.
“Ah, sepertinya Sasuke-ku sudah menguasai Hindi, boleh jadi Nihon-go lenyap sebagai bahasa ibu.”
Sasuke tersenyum tipis. “Tentu saja tidak, Jaan.**”
------------------------------------------------------
*:Selamat datang, Nyonya Hinata.
**: Sayang.
-----------------------------------------------------Ruangan dengan nuansa klasik itu terlihat nyaman. Lantai marmernya mengilap. Ada dua meja panjang yang terbuat dari mahoni dan kursi empuk. Lukisan dewa dan asura karya maestro ternama India tergantung di dinding. Begitu juga ukiran-ukiran berkualitas nomor satu.
“Sanataka Dharma? Bukankah mereka disebut Hindu, Sasuke?” tanya Hinata saat ia melihat buku-buku Sasuke yang menyebutkan bahwa penganut mayoritas India adalah Sanataka Dharma. Ia duduk bersila sambil meminum chai, teh khas India.
Suaminya berada di sudut ruangan, duduk di kursi sambil menulis sebuah itihasa ternama.Sasuke menoleh. Berdiri dari kursi. Kemudian ia menghampiri Hinata dan duduk di sebelahnya. Sebelum merespons Hinata, ia sempatkan mengecup pipi kanan Hinata selama tiga menit.
“Aku rindu.”
Sasuke merangkul Hinata.Hinata melepaskan rangkulan Sasuke, merengek meminta jawaban yang benar.
“Semua yang berdiam tetap di negeri ini disebut Hindu. Tanahnya bernama Hindustan.”
“Aku tidak mengerti.” Hinata memasang ekspresi bingungnya. Sedari dulu, ia dan Sasuke memang bertolak belakang, tidak bisa serasi katanya. Namun nyatanya, mereka selaras.
Sasuke mengacak rambut panjang kekasih halalnya. “Nanti, maharani-ku juga akan mengerti.”
Kalau maharani, Hinata tahu maknanya, karena itu ia tersenyum. Maharani adalah kata yang kerap Sasuke sematkan pada Hinata jika sedang merayu. Maharani yang bermakna permaisuri.
“Besok, aku mau jalan-jalan. Boleh?” pinta Hinata. Kepalanya ia sandarkan pada bahu kokoh Sasuke.
Sasuke mengabulkan. Lalu, Hinata bertanya apakah besok ia tidak sibuk dengan itihasa dan wiracaritanya. Jawaban yang Hinata tunggu sejak dulu, akhirnya meluncurkan juga dari bibir laki-laki yang lima tahun lebih telah ia tinggalkan.
“Samragy* Hinata selalu menjadi yang terpenting dalam hidupku.”
Senyuman Hinata pun mengembang.
------------------------------------------------------
*: Kaisarina/Kaisar perempuan
------------------------------------------------------Jika biasanya, pelancong akan mengunjungi Taj Mahal, bangunan yang dibuat oleh Sultan Shah Jahan sebagai bukti cinta yang besar pada mendiang istrinya, Mumtaz Mahal di Agra, maka Sasuke mengajak istrinya lebih mengenal sisi klasik negeri yang disebut dengan Bharata itu di masa lalu.
“Kuil?”
Sasuke tersenyum mendapati nada kurang senang dari istrinya. Sekilas takkan ada yang menyadari kalau Hinata tidak suka diajak ke tempat bangunan klasik yang biasanya menjadi tempat suaminya bekerja. Meneliti artefak dan lainnya. Hinata tidak terlalu menyukai itu. Ia lebih suka sesuatu yang baru dan megah, selayaknya strata sosialnya, priayi—bangsawan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SASUHINA EVENT (2017/2018)
FanficDisclaimer© Kishimoto Masashi Sensei. Words For You: Starting Wave [Dilanjutkan oleh @Wisteria] Words For You: Ending Wave [Melanjutkan "Bulan dalam Pelukan" milik Kei Dysis] SHDL 2017 [Plot dari Srewskrup dan J.Jens] Love For us: Cokelat SHL Indone...