CHAPTER 4: A LOST MEMORY

14 1 0
                                    

"Emm... Sebenarnya siapa kamu? Dan kenapa kamu tiba-tiba mau membantuku? Apakah kamu salah satu orang yang aku kenal saat aku hidup? " Begitu banyak pertanyaan di kepala ku saat berhadapan dengan gadis tersebut.

"Hei hei.. Tenanglah aku bukan gadis hantu yang buruk dan menempel kepadamu begitu saja. Tentu saja kamu pernah mengenalku di masa kamu hidup. " Gadis itu mencoba menenangkan ku lalu mendekat pelan-pelan.

"Owh.. Maafkan aku, aku hanya masih kebingungan dengan kehidupan setelah kematian. Tapi ngomong-ngomong, kenapa aku malah menjadi hantu gentayangan seperti ini? Ibuku bilang bahwa ada masalah yang belum aku selesaikan di dunia ini, tapi aku tidak mengingat apapun. Apakah kamu tahu tentang masalahku di dunia ini sebelum aku bunuh diri?"

Gadis itu awalnya terkejut, namun kemudian dia malah tertawa kecil sambil memegang perutnya. Aku kebingungan dan mengerutkan keningku.

"Hahahaha... Haduh... Mana aku tahu tentang kehidupanmu misaki, aku hanya membantu mencari tahu tentang memorimu saja. Aku saja tidak mengingat kehidupanku setelah aku mati dan baru muncul setelah aku bertemu denganmu. "
Dia masih belum berhenti tertawa, sebenarnya apa yang lucu tentang apa yang aku tanyakan dasar hantu aneh.

"Huh... Terserah kamu saja lah. Jika kamu benar-benar ingin membantuku itu adalah berita yang bagus karena bisa mempunyai teman seperjalanan. Hei, siapa namamu? "

Akhirnya gadis berhenti tertawa lalu tersenyum kepadaku. Dia lalu mengeluarkan sepucuk kertas kecil dan memberikannya kepadaku.

"A, aka...? Nama yang aneh untuk perempuan, apa ini benar-benar namamu? " Gadis itu hanya mengangguk. Tulisan yang dia berikan kepadaku tidak terlalu rapi. Malah lebih terlihat bahwa anak TK yang menulisnya.

"Simpanlah kertas itu dan ingatlah namaku, misaki. Apakah kamu sudah siap dengan perjalanan ini? "
Dia mengulurkan tangannya kepadaku dengan senyuman riang. Aku mengangguk dan mengambil tangannya (kedengarannya aneh) dan mencoba untuk berdiri.

"Jadi apa yang akan kita lakukan sekarang aka? "

"Hmmm... Mari berkeliling perkampungan ini dulu siapa tahu kita bisa menemukan petunjuk. "

Kami berjalan berdua sambil melihat sekeliling kami. Perkampungan yang kumuh dan jauh dari kota membuat daerah terasa sangat suram. Tiba-tiba kami mendengar suara teriakan dan tangisan yang berasa dari rumahku. Padahal kami belum lama berjalan namun sudah terjadi masalah lagi.

Kami segera berlari untuk mencari sumber suara tersebut, dari dalam rumah kami menembus tembok-tembok tebal yang terasa aneh yang pertama kali menjadi hantu, lalu kami akhirnya menemukan sumber suara tersebut.

Kami terkejut, ibuku sudah tergeletak di lantai dengan kepala yang mengucurkan darah, ayahku memegang botol yang sudah pecah dan berlumuran darah, dan seperti yang aku pikirkan, arwah ibuku sudah keluar dari tubuhnya dan menangis di samping tubuhnya. Tapi dia tidak menangis sedih, namun menangis bahagia. Dia sudah mengenakan gaun putih bersih dan sayap yang indah dan bersinar.

Dia menyadari bahwa aku dan aka melihat kejadian yang keji namun sudah dapat membebaskan ibu ku dari penderitaan.

"Misaki, kamu lihat? Ibu sudah bebas.... Dan aka, akhirnya kamu menemukan Misaki... Aku harap kamu bisa menolong Misaki menyelesaikan masalah nya, ya. "

"I, iya ibu, aku janji... "
Aka menitikan air mata bahagia juga. Sepertinya dia juga bahagia bahwa ibu sudah bebas.

Perlahan arwah ibu mulai menghilang dan akhirnya hilang sepenuhnya. Yang hanya aku lihat sekarang hanyalah bulu-bulu putih yang memenuhi ruangan di tempat ibuku dibunuh. Ayah tidak bisa melihat semuanya, yang dia lihat hanyalah kegelapan dan merahnya darah ibuku yang di bunuh.

"Huh! Dasar wanita banyak bacot, selalu mempermasalahkan semuanya bahkan setelah anaknya bunuh diri dia masih cerewet saja. Cih! "

Amarah langsung memenuhi kepalaku. Aku merasa sangat marah dengan ayahku. Aku tidak menyangkan bahwa ayah ku ternyata sangat jahat sampai tega membunuh istrinya sendiri untuk menutup mulutnya.

Tanpa kesadaranku aku berlari dan berusaha untuk memukul lelaki brengsek itu, namun aku tak bisa, aku hanya berakhir menembusnya bahkan tanpa dia sadari bahwa aku ada di depannya.

"Hmm? Telepon dari siapa ini? " Aku memperhatikan telepon yang di diterima ayah. Deretan nomor random yang membuat ku penasaran.
"Halo?"
"Hai, ini aku dina. "
"Dina?! untuk apa kau meneleponku lagi hah?? "
"Tolonglah kak, aku hanya ingin bertemu Misaki. Aku merindukan nya aku ingin mengobrol dengannya lagi... Aku mohon... "
"Sudah terlambat lah bodoh, hahahah.... Misaki sudah meninggal bunuh diri sekarang. Jadi tidak lagi urusan antara aku dan kamu. Hahahah... "
"APA?!!  MISAKI SUDAH MENINGGAL?? KENAPA KAMU TEGA SEKALI KAK! MISAKI SUDAH TERSIKSA DENGAN KENAPSUAN MU DAN SEKARANG DIA BUNUH DIRI KARENA DIRIMU. APA KAMU SUDAH PUAS DENGAN ITU!!? "
"iya, aku sudah puas jadi pergilah dan jangan kembali lagi dari kotamu bodoh! "

Ayah mematikan panggilan tersebut dan membanting hpnya dengan keras Lalu pergi keluar ruangan sambil tertawa jahat. Mungkin dia sudah gila.

"Misaki....apa kamu pikirkan apa yang aku pikirkan? " Aka menatapku serius.

"Iya aka, kita akan pergi ke kota... "

When a Ghost CriesWhere stories live. Discover now