CHAPTER 5: GHOST TOWN

8 0 0
                                    

"Misaki, apa kamu mau tahu hal yang menarik? " Muka aka berbinar-binar saat aku mengatakan hal yang sama dengan pikirannya.

"Apa? " Aku bertanya dengan muka penasaran.

Dia menghampiri HP ayah yang sudah rusak, lalu memegangnya walaupun hanya terlihat seperti menembusnya. Tiba-tiba matanya berubah warna menjadi ungu yang awalnya berwarna biru muda.

"Wow aka, apa yang barusan kamu lakukan dengan HP ayahku? " Awalnya aka terdiam dan merenung sebentar sampai dia tersadar lagi dari lamunannya.

"Ini lah keunikan ku misaki! Aku bisa menyimpan memori lewat benda yang aku sentuh! Setiap hantu yang baru menemukan memori pertamanya pasti akan mendapatkan keunikan nya. Hebat kan! " Mata ungunya sangat cocok dengan rambut pirang nya menurutku.

"Ah.. Irinya, keunikanmu sangat berguna untuk mencari memori ku aka, aku penasaran dengan keunikan ku nanti hehehe... " Aku memang benar-benar penasaran dengan keunikan ku. Hmmm... Apakah nanti aku bisa terbang, atau membaca pikiran orang atau, atau...

Tanpa aku sadari, aku malah melamun dan tidak menghiraukan aka, huh... Betapa bodohnya aku..

"Misaki? Misaki?? HEI MISAKI! " aka berteriak kepada karena aku malah mendumel hal yang tidak jelas.

"A, apa? " Aku langsung tersadar dari khayalan keunikan yang aku kagumi dari tadi.

"Huh... Kamu malah melamun lagi, padahal aku sudah menyimpan memori HP ayahmu nih. Karena memori ku terbatas jadi aku bisa lupa lagi dengan memori ku ini. Jadi ayo cepatlah kita berangkat ke tempat perempuan yang bernama dina itu!

O, iya dan untuk berjaga-jaga, aku akan menyimpan memori itu sekali lagi. Memori ini hanya bisa bertahan selama 12 jam sebelum mata ku berubah lagi menjadi biru kembali, dan kesempatan aku untuk menyimpannya lagi hanya 3 kali jadi kita harus cepat-cepat untuk menemukan memorimu misaki." Kata aka serius seraya dia menyentuh HP ayah ku untuk terakhir kali nya agar bisa menyimpan memorinya untuk 24-36 jam kedepan. Tapi tentu itu tetaplah bukan waktu yang panjang.









Aku sampai di sebuah kota terdekat yang aka percaya adalah kota dimana Dina tinggal. Kira-kira butuh 2 jam untuk pergi ke kota tersebut, tapi anehnya, aku tidak merasa capek, haus, ataupun lapar. Ternyata menjadi hantu tidak seburuk yang aku bayangkan.

Suara kota langsung menusuk di telingaku. Aku merasa sangat aneh dengan suara kota yang sangat bising dan berbeda jauh dengan perkampungan yang sepi dan sunyi. Ternyata aku juga bisa melihat hantu-hantu gentayangan yang lainnya. Bedanya, mereka terlihat sangat tidak normal dengan diriku. Muka mereka sangat pucat dan kerjaan mereka hanya bergumam sesuatu yang tidak jelas dengan suara rendah mereka. Dan itu agak membuatku takut dengan hantu gentayangan.

"Aka, kenapa hantu2 disini terlihat sangat seram. Bahkan sebagai hantu aku jujur agak ngeri dengan hantu ini.. Hihhh... " Kataku merinding

"Nah..ini lah yang di sebut hantu gentayangan misaki,jadi sebenarnya kamu belum tergolong hantu gentayangan namun masih sebagai hantu sementara. Kalau memori kita tidak cepat-cepat di temukan atau kita tidak pernah bisa mengingat apapun, maka roh kita lama-lama akan menjadi gila dan kesadaran kita akan menghilang jadilah kita sebagai hantu gentayangan yang hanya bergumam di tempat terakhir kita berdiri. "
Kata aka datar yang tetap fokus dengan memorinya.

"Hmm.. Apakah hantu gentayangan bisa menghilang? Maksudku, pasti akan penuh dunia ini kalau hantu gentayangan memenuhi semua tempat."

"Tentu saja mereka akan menghilang misaki. Pada hari ulang tahun mereka di jam-jam terakhir, mereka akan menghilang untuk selamanya dari dunia ini dan kalau soal mereka akan masuk surga atau tidak mereka tidak akan tahu atau bahkan tidak akan masuk ke kedua nya dan hanya tinggal di ruangan gelap untuk selamanya. "

Aku bergidik ngeri lagi, betapa menyeramkan nya kalau misalnya aku menjadi hantu gentayangan dan bernasib sama dengan hantu gentayangan yang malang itu. Hanya bisa menunggu untuk menghilang dan menentukan apakah mereka akan masuk surga atau tidak.

Akhirnya kami berjalan menyusuri jalan kecil dan menjauh dari kota lagi, suara-suara mobil atau orang yang lewat sudah berkurang. Lalu aka berhenti mendadak yang membuat ku terkejut dan menabrak punggungnya.

"Kita sudah sampai misaki!"
Aka menunjuk rumah di sebelah kanan kita. Ternyata rumah itu cukup besar dengan kebun di halaman nya, aku terkagum sesaat ketika...



"Kalian sedang apa?! "

When a Ghost CriesWhere stories live. Discover now