BAB KETIGA

35 4 0
                                    

Dia wanita beharga di hidupku. Sebagai wanita yang tumbuh di pikiranku setiap saatnya. Sebagai wanita yang berjalan dalam genggamanku.

Dia wanita ku...

Sang mentari di duniaku-

"Mau kemana lo!"

Raja menoleh dengan malas, alis kananya ia angkat dengan tinggi. Kernyitan muncul di dahi mulus lelaki itu.

"Tanyakan pada rumput yang bergoyang" jawab Raja sarkatis. Lalu melanjutkan langkahnya.

"Pundung lo!"

Dante berjalan menyusul Raja, setelah mulai dekat langkah lelaki itu ia lambai-lambai-kan.

"Raja... hihihi..."

"Aku akan mendekatimu... hihihi"

Dante memasang muka menakutkan, tapi itu malah terlihat sangat menggemaskan. Wajahnya yang rupawan mengundang banyak perhatian orang.

"Bisa diem gak lo cicak!?" Raja mengumpat kesal, karena kelakuan sahabatnya itu.

"Iya iya. Marah - marah mulu pms ya lo?"

Raja tidak menanggapi, lelaki itu lebih memilih masuk ke tempat tongkrongannya. Bertemu dengan anak anak RJ.

"Baru kesini lo Ja? Kita - kita udah nunggu dari zaman kapan nih"

"Hmmm"

"Mau langsung cabut aja?" Anak lain menyahut.

Mereka anak - anak  RJ, satu SMA mengenal geng tersebut. Geng yang terkenal anak bandelnya. Bolos pelajaran, merokok, balapan liar, tawuran. Apalagi dengan di ketua-i oleh anaknya yang punya sekolah. Lengkap sudah.

Hampir dari anggota RJ bertampang ganteng, dan itu menambah kesan menarik bagi mereka. Dan dari sekian banyaknya siswa/siswi, mereka mengagung - agungkan anggota RJ namun terkadang menjelekkan.

"Udah jam 3 cabut aja deh" Dante  dengan lagak songongnya berucap, padahal dia baru saja bergabung.

Lelaki yang duduk di pojokan, dengan rokok di sela sela jarinya mulai tertarik dengan obrolan anggotanya. Dia berdiri dan membuang puntung rokoknya yang masih setengah. Dia Raja.

"Cabut!"

Raja berjalan di barisan depan, mengambil helm-nya yang tergantung. Lalu tangannya merogoh saku celana abunya, mengeluarkan kunci motornya itu. Dengan tatapan dingin nan tajamnya Raja mulai menaiki motor hitamnya dan memakai helm fullface nya. Begitu pun dengan anak - anak RJ, mereka mengikuti pergerakan sang ketua.

'Brmmm.... brmmmm.... brmmmm'

£££

Hari sudah mulai sore, perempuan itu masih duduk dengan cemas menunggu angkot yang lewat. Dengan lelah, kakinya ia ayunkan seirama. Jika terus seperti ini setiap hari lebih baik Ferra membawa motor saja. Lebih mudah dan tidak terlalu pulang sore seperti ini.

Suara bising dari arah samping, membuat Ferra menoleh dengan dahi mengkerut. Aih... bising sekali suara knalpot nya.

Ferra berdecak kesal ketika suara itu semakin terdengar. Jaraknya sudah tidak begitu jauh dengan dirinya duduk di halte.

Ferra menutup kedua telinganya ketika motor - motor besar yang jumlahnya banyak itu sudah dekat dengannya. Namun dengan tatapan heran, Ferra menatap sekumpulan anak bandel itu dengan terkejut. Mengapa mereka berhenti di depan halte ini ya? Gumam Ferra.

Anak - anak itu berbaris memanjang dengan satu orang di depan. Sepertinya pemimpin dari anak- anak itu. Hampir semuanya mengenakan celana dan seragam SMA. Yang semakin membuat Ferra curiga akan mereka.

Pikiran - pikiran aneh mulai menghatui Ferra. ' bagaimana jika mereka itu geng SMA yang ingin tawuram dengan anak sekolahnya. Lalu bagaimana jika mereka ingin mencelakai ku?? Ya ampun hari sial!' Ferra meremas rok SMA-nya. Takut. Hatinya mulai takut. Dengan pelan, Ferra mulai berdiri. Kakinya gemetar.

Lo harus segera pergi Fer, kalo gak mati lo di sini.

"Ferra?"

£££

Voment yaw

KRITISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang