E

37 1 0
                                    

"BUK!"

Kan, nyenggol orang. Bahu kami saling bertabrakan. Ga terlalu keras sih, tapi pasti sakit.

"Eh sorry-sorry" gue langsung meminta maaf sambil nyengir kuda berdiri di depannya.

"Jalannya pake mata ya, de" ia berkata tegas dengan tampang serius. Muka datar, menatap gue langsung ke manik mata, seolah menyampaikan pesan.

"Eeeh, iya, kak, maaf ya aku lagi buru-buru. Ehm, tapi, kak, kalo jalan kan pake kaki bukan pake mata."

Duh, Sinar, mulutnya asal nyeplos banget sih, minta dicocol sambel.

Dia hanya terdiam dan masih menatap gue, kali ini agak tajam.Gue memberanikan diri menatap matanya sambil tersenyum awkward. Cowo itu masih berdiri di depan gue.

Lalu berjalan begitu saja.
Meninggalkan gue yang masih terpaku dan tersenyum salah tingkah.

Dia terus berjalan ke belakang sekolah tempat kantin berada. Sesekali menyapa ramah dan ber-high five dengan teman-temannya.

Tanpa sadar, gue masih memperhatikannya sampai dia hilang di ujung jalan.

Laki-laki berkacamata, tinggi standar, sepatu merah menhala ala anak basket, gaya berbicara cukup berwibawa, terlihat supel, hari ini memakai jas almamater di sekolah disertai pita hitam melingkari lengannya.

Kelihatan unik, dan sedikit bikin penasaran. Oke, jika sewaktu-waktu bertemu lagi, potretnya sudah terekam dalam otak gue. Lo gak boleh lengah lagi.

Gue langsung bergegas menghampiri Gema yang diam saja di pinggir lapangan. Dari tadi disana rupanya. Dilihat dari jauh dia sudah cekikikan sendirian.

"Mata lo kemana nabrak-nabrak orang? Siwer? Hahahaha" dia menyindir membahas hal tadi.

"Gara-gara lo ninggalin gue sih,"

"Ngobrol apa tuh sama doi? Modus ya? Diliat-liat cakep juga" Gema mulai senyum-senyum tai.

"Cih, cakep apanya? Mana sempet merhatiin" sangkal gue.

"Dah, ah, ayo, Gem, cabut. Ngapain juga mikirin itu orang."

"Yeee, lo aja kali yang mikirin dia, gue mah mikirin perut. Laper nih."

"Ih demi apa?! SAMA! He, yuk gas!"

•••

Piring kotor bertumpuk di depan kita. 3 porsi nasi dan ayam geprek habis dilahap gue dan Gema, ditambah 1 es krim rasa coklat sebagai hidangan penutup.

Gema masih memainkan ponselnya, raut mukanya serius, kemudian berseru

"Nar! Gila, parah lo tadi."

"Hah, parah apaan? Karena makan 2 porsi nasi sama ngabisin es krim barusan?" Pas sekali karena suapan es krim terakhir lenyap dari wadahnya.

"Ish, bukan. Itu sih udah jelas. Tau ga orang yang di sekolah lu tabrak itu siapa?"

"Ya tau lah, Gem. Dia cowo kan?" Timpal gue sambil menjilati sendok sisa es krim.

"Haduh, lo ya. Ga sebelum atau setelah makan, samaaa aja lemotnya. Nih liat." Gema menyodorkan layar HP nya, memperlihatkan profile ig seseorang.

"Gibran Senja Pratama, ketua OSIS"

"Mati aja udah, lo berurusan sama ketos".

Gue terdiam, sedikit kaget, dan terbayang lagi kejadian 'senggol ketos' di sekolah, apalagi gue agak nyolot dan dibalas dengan tatapan tajamnya.

Bahaya.

Gue berusaha tenang dan berpikir jernih,

"Gue hidup-hidup aja kok, Gem, gak mati. Dia juga manusia, tenang, bukan zombie." Jawab gue (sok) santai, meredakan jantung yang udah grasak-grusuk.

Gema menatap gue lama, lalu menyunggikan senyum tipisnya,

"Udah deh ya, anak kecil, gue tau sebenernya lo panik tapi mau sok kalem. Lo mau minta maaf atau gimana?"

"Harus banget, Gem?" Takut-takut gue mengutarakan itu.

"Yaaa, terserah sih. Untuk menyelamatkan lo 3 tahun ini."

Gue berpikir diam, tumben Gema bener juga.

Ga lama, kami lanjut pergi ke stationery stuffs untuk mencari peralatan ospek.

•••

Sesekali Sinar melihat Senja sedang bertugas ketika ospek berlangsung. Ketika waktu istirahat tiba, kadang saat sedang berbincang dengan guru.

Ospek 3 hari akhirnya selesai juga. Ditutup dengan foto-foto anak baru dengan teman seangkatan atau kakak kelasnya, suasana di lapangan riuh ramai.

"Gem, ayo ke kantin". Gue menarik-narik kecil lengan baju Gema.

"Aduuuh, hidup lo makan mulu ya, duluan aja deh, gue disini dulu. Foto sama cewe-cewe cantik juga kenyang gue." Gema balik membalas

"Yeuuuh, lo ya. Ceweee mulu otaknya" gue mengerlingkan mata bosan. Dan lapar.

"Nih ya, Nar, gue kasih tau. Ajang kayak gini tuh harus dimanfaatkan, kalaupun gak dapet gebetan, seengganya dapet kenang-kenangan. Mending lo foto sama ketos yang waktu itu lo senggol deh" Gema masih sibuk 'mencari mangsa'.

Gue ikut menatap sekitar, mengenali orang-orang yang sedang berfoto. Hingga mata gue menemukan sosok lelaki itu. Dan dia sedang berfoto dengan teman perempuan seangkatan gue. Senyumnya manis juga. EH, SADAR, SINAR.

"A... Apaan sih, ogah dah, ntar gue dibacok sama dia. Biarin aja nanti juga dia yang minta foto sama gue" gue berusaha mengalihkan topik dan mengalihkan pandangan dari senyum manis kakak 'senggol-bacok' itu.

"Udah ah, gakuat gue menahan gejolak demonstrasi dari dalam perut. Gue di kantin, nanti lo nyusul aja. Bye, Gempi!"

Gue meninggalkan lapangan menuju surga dunia (re: kantin). Btw, Gema juga bisa dipanggil Gempi. Agak jauh, tapi, yah, cocok untuk hiburan semata.

Sesampainya, mata gue menerawang dan langsung menyergap mas Tono, penjual minuman segar.

"Mas, minuman green tea satu ya! Gulanya dikit aja."

"Siaaap, dikit juga cukup, ngeliat muka Neng juga udah manis" canda mas Tono.

"Yeee, gombal dasar." gue terkekeh mendengar lawakan Mas Tono. Bisa aja bikin orang ketawa.

Sambil menunggu, datang seorang laki-laki berbaju SMA mengambil minuman siap saji Mas Tono. Dia sudah lebih dahulu membeli. Kemudian lelaki itu duduk di kursi sebrang.

"Ini, Neng. Minuman laris untuk Neng yang manis. Tapi tidak boleh gratis, hehehehe". Mas Tono bercanda lagi.

Sembari mengambil minuman, gue geleng-geleng kepala dibuatnya. Lalu mencari posisi pas di kantin.

Tangan gue mengeluarkan handphone dan membuka aplikasi instagram. Dari atas sampai bawah hampir semuanya foto dengan kakak/adik kelas di ospek kali ini. Gema juga gak kalah update.

Sambil menyeruput minuman, gue hanya senyum-senyum melihat kebanyakan teman yang sedang bahagia bisa berfoto bersama kakak idolanya. Dilihat dari captionnya.

Tanpa mengalihkan pandangan dari layar, sekilas gue menyadari ada dua orang berpakaian SMA duduk di kursi depan.

Kayaknya sih kakak kelas yang tadi beli minum, tapi, siapa peduli? Sinar tak acuh, masih lebih fokus melihat foto-foto di HP nya.

Mereka mengobrol dan tertawa, sesekali melahap makanannya. Merasa betah untuk berlama-lama duduk dan menghabiskan makanan di kantin.

Tanpa sadar, di antara Sinar dan 2 orang di kursi, ada yang sedang memperhatikan baik-baik.

SinarWhere stories live. Discover now