I

20 0 0
                                    

"K... Ka... Kak Karang? Ngapain disini?"

"Menurut lo ngapain? Ya pulang lah hahaha. Ayo naik, biar ga bikin macet."

"Ha? Beneran naik nih?" gue memasang muka melongo dan keheranan.

"Iya beneraaan. Ga diculik, tenang."

Masih dengan tampang ragu gue memutuskan menaiki injakan motornya, di jalan, Karang membuka percakapan.

"Kebetulan aja tadi gue liat lo di halte, yaudah sekalian. Tumben ga sama Gema?"

"Oooh, Gema gatau kemana kak. Emang udah biasa ditinggal-tinggal" gue terkekeh menimpalinya.

"Sama gue ga bakal ditinggal-tinggal kok" gue mendengar dia berkata pelan sambil mengegas kecepatan motor.

"Apa kaaak? kenapaaa?" Gue berteriak agak kencang bermaksud untuk memperjelas.

"Engga engga."
"Lo jomblo sih yaaa hahaha" Karang berteriak lebih keras biar suaranya terdengar.

"He he he, gausah ngeledek gitu deh kaaak" hanya senyum kecut yang bisa gue berikan, sekaligus pengen nampol.

Perjalanannya sebentar lagi sampai, kebetulan sekali, ketika menengok ke kiri ada kedai es krim disana.

"Sinar, beli es krim dulu, yuk. Langsung dibawa pulang aja. Deket kan rumahnya?" Karang bertanya.

"Es krim? Hmmm... Gausah kak, nanti ngerepotin. Siapa tau kakak juga ada acara lagi."

"Gue tau lo mau" tanpa aba-aba, motornya langsung belok ke kedai itu. Kami melepas helm lalu berjalan masuk.

"Sinar,"

"Ya kak, kenapa?

"Mau rasa apa?"

"Eh beneran dibeliin kak? Bebas aja kalo gitu" agak gaenak tiba-tiba dibeliin es krim oleh kakak kelas. Gue yakin dia bukan penculik kok, dia gabakal naro obat tidur di es krim.

"Coklat satu, vanilla satu ya mas, take away." Karang memesan di kasir.

"Nih" Karang menyodorkan es krim rasa coklatnya.
Tau darimana ya gue suka coklat, gue mulai bergumam.

"Gue tau lo suka coklat. Yuk, pulang." Gue mengikuti langkahnya. Badannya yang tegap seakan menjadi tameng gue.

Sesaat kemudian, dia menoleh ke belakang,

"Sinar,"

Gue yang sedang memperhatikan sepatunya mendongak, "ada apa, Kak?"

Heran, manggil-manggil mulu nih orang.

"Manggil gue Karang aja gausah pake 'kak'."

"Serius, gapapa ga pake kak? Nanti ga sopan. Gapapa, pake kak aja."

"Duh lucu banget sih looo, jadi gemes. Gapapa beneran panggil Karang aja, Sinaaar" dia mengusap puncak kepala gue pelan.

"Ooo... Oke deh, Kak"

"Nar" dia mendelikkan matanya ke arah gue

"Eh, Rang" gue tersenyum kikuk. Kagoook.

Sesampainya di rumah, Karang langsung pamit pulang. Gue melepas sepatu dan berjalan ke arah kamar di lantai atas.

Karang tau rumah gue darimana ya? Gue kan gapernah nyebut. Terus kenapa dari tadi Karang manggil gue mulu? Udah gitu tau kalo gue es krim coklat, dan kenapa pake ada acara ngusap rambut gue? Jangan-jangan modus?!

Sedetik kemudian, pikirannya dibantah logika, "oh mungkin nganggep adik"

Di kamar, Sinar langsung menghempaskan dirinya ke kasur, masih lengkap dengan seragam sekolah dan kaos kaki. Ia... Tidur.

SinarWhere stories live. Discover now