02. Alasan

176 31 13
                                    

"Dis, gue baru tau ternyata lo lebih milih makanan dari pada gue" Deira datang dengan suaranya yang menggebu-gebu.

"Setidak penting itukah gue di mata lo, Dis? Sampe tega lo ninggalin gue!" lanjutnya walau masih dengan nafas terengah-engah.

"Makanan emang jauh lebih penting dari lo" jawab Adis tanpa menghentikan kegiatan makannya.
    
"Sialan lo!"
    
Deira mengambil tempat di depan Adis. Secara perlahan, tanganya bergerak mengambil minuman yang terletak tepat delapan senti di sebelah kanan Adis. Setelah mendapatkannya, Deira langsung meneguk minuman itu hingga tandas.
    
"Ajegile! Itu minuman gue, Dei. Mana langsung diabisin lagi, sialan lo!" protes Adis, manatap nyalang minumannya yang hanya tersisa dua tetes. Itupun harus menunggu dua menit agar minumannya menetes.
    
"Ah elah Dis, lo pelit amat sama temen sendiri"
    
"Bukan masalah pelitnya Dei, tapi ini gue kehausan dan tak tahu harus mencari sumber air di ma--anjing! Itu kipas gue, Dei?" tatapan Adis berubah horror saat dilihatnya kipas kesayangnya sudah tidak berbentuk lagi.
    
"Iya, tadi jatuh. Tapi bukan dapet gue, dapet Reihan" Adis hendak membuka mulutnya menyemburkan amarah, tapi begitu nama Reihan disebut, dia langsung mengunci mulutnya rapat-rapat.
    
"Reihan? Kok bisa?" tanyanya sedikit melirik ke kanan dan ke kiri.
    
"Tadi gue nggak sengaja nabrak dia"
    
"Terus?"
    
"Kipas lo jatuh"
    
"Berarti lo yang harus gantiin kipas gue" putus Adis.

"Kok gue? lo minta sama Reihan lah! Kan dia yang bikin kipas lo jatuh" protesnya.
    
"Sstttt....jangan keras-keras, bego! Nanti kedengeran sekutunya Reihan" Adis menyumpal mulut Deira dengan kerupuknya yang baru dia makan setengah.

"Tadi aja gue langsung pergi karena takut. Masa sekarang gue nyamperin dia, itu mah namanya gue ngerajut kain kafan gue sendiri" katanya setelah memastikan keadaan sekitarnya aman.
    
"Setau gue, kain kafan nggak dirajut, Dis. Plis deh, lo nggak pernah belajar fisika apa gimana?" dengan tidak tahu malu, sekarang Deira manarik mangkuk soto Adis dan mulai menyeruput kuahnya.

"Lagian tadi lo langsung pergi aja, nggak minta gantiin kipas dulu sama Reihan" lanjutnya.
    
"Gue takut sama dia Dei. Lo tau, kan? Dia itu preman sekolah. Yang ada gue kena bully kalo berani deket-deket dia" jawab Adis kembali menengok ke kanan dan ke kiri, memastikan ucapannya tak di dengar oleh Reihan ataupun antek-anteknya.
     
Dengan sosoknya yang terkenal nakal dan kejam, Reihan sangat disegani teman-teman sesekolahnya. Jadi tak heran jika dia punya banyak kaki tangan di sekolah ini. Termasuk kaki tangan untuk membersihakan namanya dari barisan mak lambe.
    
Semua siswa sudah khatam akan konsekuensi apa yang akan mereka dapat jika berani membicaran Reihan. Maka dari itu Adis sangat berhati-hati saat menyebut nama Reihan.
    
"Oh iya, tadi lo nabrak Reihan, kan, Dei?" ucapnya dengan sedikit berbisik. Karena sedang sibuk dengan soto milik Adis, Deira hanya menjawab dengan anggukan.
    
"Hati-hati aja Dei, lo tau, kan, dia itu kejam? Siapa tau abis ini dia dendam sama lo" ucap Adis yang dengan mujarab langsung memiskah kepala Deira dari mangkuk sotonya.
    
Dan ya, Deira akhirnya ingat, kalau sosok yang tadi pagi dia tabrak adalah sosok paling bahaya yang selama ini ditakuti semua siswa di sekolahanya. Kecuali mungkin siswa laki-laki yang satu angkatan dengan Reihan.
    
"Ih, yang bener Dis? Lo jangan bikin gue takut dong!"Deira sedikit gemetar begitu mengingat dia yang dengan lancangnya menunjuk wajah Reihan dengan jari telunjuk, juga mengatai pria itu hantu.
    
"Serius Dei, Ghea aja kena bully gara-gara ngedeketin Reihan. Padahal Ghea deketin Reihan cuma karena dia suka sama Reihan, bukan maksud jahat. Tapi Reihan malah malu-maluin Ghea di depan umum"
    
"Emang Ghea diapain sama Reihan?"
    
"Ghea di bawa ke tengah lapangan sama Reihan, di depan banyak orang, Reihan ngomong kalo dia sama sekali nggak tertarik sama Ghea. Abis itu, temen-temennya Reihan sering ngolok-olok Ghea, bahkan nggak jarang Ghea dijadiin tukang suruh sama mereka" jelas Adis. 

AccidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang