06. Sial!

82 14 38
                                    


Reihan marah, dan dia melampiaskan kemarahannya pada siapapun yang dia temui. Di kelas, dia hampir meninju Joseph karena pria itu lewat di hadapnnya tanpa permisi.

Untung saja teman-temannya menahan, karena jika tidak, lantai ruang BP kembali licin karena saking seringnya dilewati Reihan.

Reihan tak mengindahkan celotehan teman-temannya yang terus saja bertanya apa yang terjadi padanya.

Sebenarnya bukan tak mengindahkan, tapi dia tak tahu harus menjawab apa.

Alasan klasik yang dia buat di otaknya, dia kesal karena Deira tak kunjung menemuinya. Namun hal yang terjadi sebenarnya adalah karena dia marah melihat Regan memeluk Deira.

Apalagi ketika Regan mencolek-colek pipi Deira, ingin rasanya dia mematahkan tangan kotor Regan yang sudah lancang menyentuh pipi Deira.

Dia mengenal Regan, bahkan pernah beberapa kali bertegur sapa dengan pria itu. Hanya saja dia tak tahu kalau Regan ternyata memiliki hubungan yang spesial dengan Deira.

Gadis yang tak lama ini berhasil menerbitkan senyum mahalnya.

"Shit!" Reihan memekik kala bayangan Regan yang tengah memeluk tubuh Deira kembali muncul di pikirannya.

Ingin rasanya dia menyeret dan menghajar Regan kala itu juga. Sayangnya, dia tak punya alasan yang kuat.

Terlebih, Regan bukan pecundang yang bisa dia bully sesuka hati. Pria itu punya nama dan prestasi yang unggul di sekolah.

Dia tampan, ramah, dan super aktif dalam kegiatan sekolah. Bahkan tak jarang, dia mendengar gadis-gadis di kelasnya memuja dan mengagung-agungkan Regan.

Untuk penegasan, Reihan berpikir seperti itu bukan karena dia takut pada Regan. Namun sekali lagi, karena dia tak memiliki alasan yang kuat untuk berurusan dengan Regan.

Jika dia mempermasalahkan Regan yang memeluk Deira, memangnya dia siapa? Kenal dengan Deira saja baru seminggu yang lalu. Masa dia marah-marah karena pasangan itu berpelukan di hadapannya?

Ah, sial! Semakin dipikirkan membuat emosi Reihan semakin melonjak. Sebenarnya, apa yang terjadi padanya?

"Rei, lo berantem sama bokap lo lagi?" tanya Alva, pria dengan tubuh jangkung melebihi ukuran pintu kelas.

Walaupun nakal, dia sedikit bijak, itulah alasan kenapa Reihan mau berteman dengannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Walaupun nakal, dia sedikit bijak, itulah alasan kenapa Reihan mau berteman dengannya.

Ada kalanya, pria keras kepala seperti Reihan sekalipun butuh nasihat. Dan dari mulut Alva lah dia bisa mendapatkan nasihat itu. Atau bahkan solusi yang kiranya membantunya dalam mengurus masalah.

IQ pria itu tinggi. Sayangnya, dia mengisi sebagian otaknya dengan hal-hal kotor. Itulah yang sering orang sesali menyangkut Alva.

"Lo marah sama Bi Asma?" kali ini si tengil Noval yang mengajukan pertanyaannya.

AccidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang