Ketenangan Deira menghilang. Benarkah tadi pagi dia memeluk Reihan? Kenapa dia lancang sekali?
Biarpun Deira tidak pernah dekat dengan Reihan, tapi Deira tahu betul Reihan itu orang yang seperti apa. Dia akan marah pada siapapun yang berani mengusik kehidupannya. Apalagi pada gadis yang berusaha mendekatinya, Reihan tidak akan segan-segan untuk membully gadis itu sampai dia jera.
Walaupun tujuan Deira memeluk Reihan bukan untuk mendekatinya. Tapi bisa saja kan, Reihan salah paham padanya?
“Lo meluk gue cuma karena hal itu?” tanya Reihan lagi, dengan kini tubuhnya yang semakin maju mendekati Deira.
“Gu-gue nggak bermaksud buat jahat sama lo, Rei. Gue cuma seneng masih bisa ngeliat lo lagi” jawab Deira ketakutan.
Dia mengira Reihan mendekatinya untuk memindahkan mangkuk bakso itu ke kepalanya. Atau bahkan untuk mengeluarkan lagi bakso yang sudah dia telan.
Namun, yang terjadi selanjutnya adalah hal yang sangat jauh dari perkiraan.
Reihan memeluknya!
“Makasih udah khawatir sama gue. Bahkan orang tua gue belum tentu peduli sama gue” bisik Reihan.
Dia sangat terkesan pada Deira yang memberinya ucapan selamat pertama di hari ulang tahunnya yang ke tujuh belas ini. Sungguh, Reihan tak menyangka ada seseorang yang akan memberinya ucapan selamat.
Karena bahkan orang tuanya sendiri pun hanya menitipkan salam tanpa mau berbasa-basi-busuk memberinya ucapan selamat. Jadi Reihan pikir, tak mungkin ada yang menyelamatinya, apalagi memberinya doa. Itu mustahil.
Tapi gadis ini, yang bahkan tak memiliki hubungan apapun, apalagi hubungan darah dengannya, mau memberinya ucapan selamat.
Sungguh, Reihan merasa terharu. Terlebih tadi pagi Deira mendoakannya juga.
Tanpa sadar, Reihan semakin mengeratkan pelukannya.
"Makasih" bisiknya sekali lagi.
Sementara Deira hanya bisa diam, membiarkan Reihan memeluknya karena dia tidak mau mengganggu Reihan yang berkemungkinan besar akan marah padanya jika dia mengganggu.
Untuk kata-kata yang tadi pria itu lontarkan, Deira tidak terlalu mengerti. Dia terlalu takut memikirkan nasibnya sampai tidak bisa mencerna kalimat Reihan dengan baik.
Sekitar satu menit, Reihan baru melepaskan pelukannya. Ditatapnya wajah Deira yang kini terlihat bingung seperti orang linglung.
Dalam hati Deira menghitung, begitu banyak kelancangan yang sudah dia lakukan di depan Reihan. Mulai dari tadi pagi dia menunjuk wajah pria itu dengan jarinya, hingga tadi dia menyemburkan wajah pria itu dengan kuah mulutnya.
Bisakah kiranya Reihan memaafkannya? Atau setidaknya memberikan sedikit toleransi kepadanya?
Untuk manusia seperti Reihan, Deira tidak bisa berharap terlalu banyak. Mungkin, tak ada cara lain selain dia meminta maaf sendiri kepada Reihan.
“Maapin gue Rei, gue tau gue lancang, tapi tolong maapin gue untuk kali ini aja” mohon Deira tiba-tiba.
Reihan mengernyit. Seingatnya, dia hanya memeluk gadis ini, bukan mengintrogasi apalagi memarahinya. Tapi, kenapa dia meminta maaf?
“Gue tau gue lancang, gue udah nunjuk-nunjuk muka lo pake jari, gue udah ngatain lo hantu, gue nangis di depan lo, meluk-meluk lo, dan bahkan dengan lancang gue nyembur muka lo. Tapi semua itu refleks, gue nggak ada maksud apa-apa. Tolong jangan bully gue, gue masih pengen sekolah” lanjut Deira.
KAMU SEDANG MEMBACA
Accident
Teen Fiction"Mati aja gue! Gue dateng sendiri ke kandang kambing--eh salah. Maksud gue kandang macan" ~Deira Adelina Trisulla~ Cover by: @Kimyoung_01