Setelah memarkirkan motornya, Reihan tidak langsung pergi ke kantin. Dia sengaja duduk di koridor ruang guru untuk menghadang Deira yang sudah pasti melewati tempat itu jika hendak ke kelas.
Dia tidak akan melepaskan Deira karena kemarin imagenya sudah hancur di depan gadis itu. Dia meminta ongkos pada Deira untuk membayar servis ban motornya. Walau kemarin dia sempat mengatakan kalau dompetnya ada pada temannya, tetap saja dia tak mau Deira mengiranya tak punya uang.
Itu alasan pertama. Alasan kedua, dia masih kesal pada Deira yang lebih memilih bermesraan bersama Regan dibanding menemuinya.
Dia rela melakukan sesuatu yang sangat dia benci, menunggu. Tapi Deira malah mempermainkannya. Lihat saja, Deira akan merasakan akibatnya setelah ini.
Deira harus tahu kalau Reihan tidak pernah main-main dengan ucapannya. Sekali dia mengucapkan akan memberikan konsekuensi, hal itu pasti terjadi.
Beberapa siswa yang berlalu-lalang di koridor ruangan itu mulai memperhatikan Reihan. Bagi mereka, ini adalah hal langka. Tak biasanya pagi-pagi begini Reihan sudah hadir di sekolah, terlebih dia terlihat bersantai ria di depan ruang guru. Ruangan yang selama ini tidak pernah Reihan sambangi.
Biasanya pria itu takkan menginjakan kakinya di sekolah sebelum pelajaran kedua dimulai. Itupun dia tidak langsung menuju kelas, tapi pergi ke kantin dulu untuk mengisi perut.
Reihan menatap tak peduli siswa-siswa yang memperhatikannya. Terserah, itu tak penting. Dia lebih memilih menyandarkan kepalanya pada kursi dari pada menghadapi mereka.
"Rei," seseorang menghampirinya, Reihan mendadak dibuat prihatin melihat tampilan gadis itu.
"Mau aku bawain tasnya?" sesaat terdiam, Reihan menggeleng.
"Muka lo kenapa?" Reihan biasanya tak begitu peduli. Namun siapapun pasti tak bisa menahan dirinya untuk tidak bertanya begitu melihat tampilan gadis itu. Seragamnya kucel, pipinya bengkak dan matanya memerah.
"Ini? Kemaren aku jatuh di kamar mandi" gadis itu menunjuk pipinya yang membengkak. "Terus tadi malem aku begadang karena banyak tugas, makanya sekarang matanya jadi merah. Kurang tidur" jawabnya seraya mengulas sebuah senyuman.
Gadis itu berbohong, Reihan yakin itu.
Mengangkat kepalanya yang bersandar pada kursi, Reihan menatap gadis itu tanpa ekspresi. "Greta ngapain lo lagi?"
"Greta nggak ngapa-ngapain aku, aku cuma-"
"Dei!" Reihan meninggalkan Ghea yang belum sempat menyelesaikan ucapannya. Dia bengkit memburu Deira untuk kemudian mencekal lengan gadis itu.
Tanpa persetujuan, dia menarik Deira mengikutinya, meninggalkan Ghea yang lagi-lagi hanya bisa menatap nyalang kepergiannya.
*****
Demi Regan yang tadi pagi Deira jambak. Deira yakin gadis yang bersama Reihan tadi adalah Ghea, korban bully Reihan yang selama ini banyak diperbincangkankan teman-teman seangkatannya.Sempat Deira lihat pipi gadis itu membengkak, dan dia menunduk sendu saat Reihan meninggalkannya.
Apa yang telah Reihan lakukan pada gadis itu? Apa Reihan memukulnya? Apa dia dipermalukan lagi?
Rumor yang beredar tengtang Ghea dan Reihan memang bervariasi, tapi Deira tak percaya jika Reihan berani memukul gadis itu. Sehebat apapun Reihan, dia takkan lebih dari seorang pengecut jika berani melayangkan tangannya pada wanita.
Tapi yang tadi Deira lihat itu memang nyata. Pipi Ghea membengkak dan dia terlihat sedih. Sementara hanya ada Reihan di sebelah gadis itu. Apa itu berarti, memang Reihan yang memukulnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Accident
Teen Fiction"Mati aja gue! Gue dateng sendiri ke kandang kambing--eh salah. Maksud gue kandang macan" ~Deira Adelina Trisulla~ Cover by: @Kimyoung_01