bagian dua

123 7 0
                                    

Pukul 10.00

"Apa sih mau lo kesini?"

"...………"

Yang ditanya hanya bergeming di tempat, membisu layaknya batu. Ia tidak bisa berucap sepatah kata pun mendengar respon dari Riko.

"Just keep calm Rik!" seorang wanita muda yang sepertinya sebaya dengannya, mencoba menenangkan sahabatnya tersebut.

"Apaan sih lo ikut campur urusan gue?!" kini nada bicaranya dalam intonasi dua oktaf.

"Gue nanya sekali lagi. APA URUSAN LO DATENG KE SINI?!" penuh dengan penekanan dalam setiap katanya, laki-laki tersebut berada di titik jenuhnya. Sehingga sebentar lagi muatan elektron amarahnya akan segera lepas kendali.

Sementara itu seorang mahasiswa laki-laki yang kebetulan mendengar keributan di ruang meeting segera menuju tempat kejadian perkara (TKP).

"Wow-wow, slow down man."

"Dia kenapa sih Cait?" tanya mahasiswa tersebut kepada teman perempuannya.

"Gue juga gatau Ri, tau-tau uda kek gini kondisinya." Jelas wanita tersebut yang memang tidak mengetahui sebab musabab kejadian ini.

"What's going on with you dude?"

"It is not your bussines!"

"Tentu saja ini urusan gue!" intonasi suaranya mengalun penuh wibabwa, akhirnya Riko menoleh kepada asal suara yang sedang berbicara kepadanya.

"Gue ketua di sini, gue bertanggung jawab atas apapun yang sedang terjadi di sini!"

"Lo gapapa?" tanya mahasiswa yang berprofesi sebagai ketua organisasi tersebut dengan raut wajah khawatir.

"Gapapa, cuman kaget aja."

Syukur deh, tapi kenapa semua pada bengong sih? diem-diem bae, padahal gue ga suruh mereka mainin manequin deh? batinnya dalam hati.

"Lo-lo pada napa sih bengong mulu? kesambet sunggokong?"

"Ye, lu aja kali yang jadi sungokongnya, lu kan pembawa virus kera, suka bikin bingung orang terus garuk-garuk pala deh hahaha." Wanita satu-satunya yang ada di ruangan tersebut tertawa pelan.

"Ye, lu kok jadi ngeledek gue sih?"

"Kenyataan!"

Mahasiswa tersebut tidak menghiraukan teman perempunnya yang sedari tadi mengejeknya dan berpaling bertanya pada anak disebelah kanannya.

"Lantas lo kesini ada urusan apa Jay?"

"Gue cuman mau kasih berkas ini ke lo, tapi kayaknya Riko kurang bersahabat sama gue hari ini."

"Dan gue gatau apa masalahnya." Mendengar penjelasan tersebut membuat mahasiswa laki-laki itu tiba-tiba tersadar akan penjelasan kekasihnya kemarin lusa.

"Lo kenapa si Rik? kalo lo merasa butuh tempat curhat lo bisa ko ke gue."

"Sorry Ri, keknya gue uda kebawa emosi, nanti gue hubungin lagi."

"Dan gue minta maaf Jay, lo jadi kena imbasnya."

Persis setelah mengatakan hal itu, Riko segera pergi meninggalkan ruangan meeting dan menyisakan mereka bertiga yang masih tetap mematung sambil memandangi punggung Riko yang mulai menghilang dibalik pintu keluar.

Setelah kejadian tadi pagi, sekitar tiga jam kemudian, akhirnya Riko bersedia berbagi cerita tentang apa yang selama ini sudah mengganggu pikirannya.

LENTERA MERAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang