bagian empat

77 6 3
                                    

Di dalam ruangan arsip terdapat satu orang mahasiswi dan dua orang mahasiswa, Alma buru-buru menghampiri seorang mahasiswa yang sedang mengotak-atik berkas yang ada di tangannya sekarang. "Permisi." Sapanya kepada mahasiswa tersebut.

"Ada yang bisa saya bantu?" tanya lawan bicaranya.

"Justru saya yang mau nanya gitu. Tadi ada anak laki-laki minta tolong saya buat bantu kamu, kalau gak salah namanya Ferdian." Adu, elo ko pake bawa-bawa orang lain segala sih Fer, awas aja lo sampe kesini lagi. Batin mahasiswa tersebut.

"Maaf, dia bilang gimana?" Lanjutnya. "Saya diminta buat bantu kamu." Jelasnya polos. Aduh, kerjaan lo bikin gue sengsara aja Fer! teriaknya dalam hati.

"Lo gaada kerjaan?" koreksinya untuk memastikan bahwa ia tidak akan merepotkan dia. "Gak ada." Jawabnya cepat.

"Nama lo siapa?"

"Alma, saya anak baru di sini."

"Kenalin, gue Billy. Gue juga baru masuk organisasi ini. Salam kenal." Mereka berdua mulai berjabat tangan.

"Karena berkas disini sudah selesai, gue masi ada tugas buat observasi di halaman depan markas, kalo lo mau ikut ayok!" Ajaknya sambil melangkah lebih dulu keluar ruangan.

Sambil tergopoh-gopoh, Alma mengekor dibelakang mahasiswa yang hendak ia bantu tersebut. "Mau ngapain observasi di depan kolam?" tanyanya dengan suara kecil, tetapi lawan bicaranya tetap dapat mendengar perkataannya.

"Namanya observasi ngapain sih neng?" mahasiswa tersebut balik bertanya kepadanya.

"Ya kan secara di sini gaada apa-apa gitu. Mau ngamatin apa lagi?"

"Lo anak jurusan apasi?"

"Saya? emangnya kenapa?" Alma mencoba berhati-hati dengan ucapannya.

"Gajadi, lupain aja." Mahasiswa tersebut mendengus kesal.

"Kalo gitu saya bisa bantu apa?"

"Minta tolong lo tulis apa yang gue bilang, oke?" ia mulai mendikte Alma dan juga sesekali memotret pemandangan di depannya.

Sampai lima menit kemudian, ia berhenti berbicara juga bergerak. Alma terheran-heran dengan sikap mahasiswa tersebut. "Kamu kenapa?" tanyanya disertai tepukan pada bahu mahasiswa itu.

"Wooo, lo ngapain?" mahasiswa tersebut terlihat sangat terkejut dengan teguran Alma.

"Justru saya yang harus nanya. Kenapa kamu kok tiba-tiba diem kayak patung gitu?" Balas Alma sarkas sehingga membuat dahinya terlipat.

"Gue......" ia menjeda ucapannya sambil berpikir.

"Coba lo kesini deh." Suruhnya sambil menarik tangan Alma. "Ada apa?"

"Coba lo liat di seberang kolam sana, ada apa?" ia menunjuk tepian kolam yang dibatasi dengan tembok setinggi setengah meter. "Gaada apa-apa."

"Sekarang lo liat pake kamera gue,"

"Ada apa?" lanjutnya.

"Gaada apa-apa. Tetep kosong kek semula,"

"Ada apasi sebenernya?" tanyanya menuntut sebab Alma merasa kebingungan.

LENTERA MERAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang