- 0,5

1.3K 164 14
                                    

"Openly you, Huang Minjae"
























"Hai, Minjae!"

Dengan wajah kusut bersama dengan pensil yang dipake untuk menyanggul rambut, gue menoleh ke arah pintu perpustakaan.

"Hm?" gumam gue sambil melihat orang yang manggil gue tadi, Ara.

Ara menghampiri gue dan membuka buku, nunjukin materi yang sepertinya ingin ia bahas.

Dan gue cuma bisa muterin bola mata, trus fokus lagi ke buku gue.

"Ini jawabannya B, kan?" tanya Ara.

"Hm" jawab gue tetep fokus ke buku lagi.

"Minjae"

"Hm?"

Ara diem dan gue ngeliat dia yang natap gue dengan tatapan yang menurut gue sih, itu aneh.

"Lo jangan kayak gini dong" ucap Ara, lalu menunduk. "Gue khilaf waktu itu, Jae. Gue kira lo—"

Gue menghela nafas, tidak perduli dan gue ninggalin Ara beserta dengan buku-buku gue itu disana.

Persetan, cuih! Batin gue.

Ini udah ke 2 tahun dan gue udah jadi mahasiswi semester 2 hampir jalan ke 3.

Berubah total? Ya, mungkin bisa lo bilang gitu.

Mereka bilang gue itu orang yang pertemanannya terbatas, irit bicara, banyak belajar.

dingin, cuek, skeptis, hidup lagi.

Lengkap sudah kedataran hidup gue.

Adik tingkatan gue rada takut sama gue. Soalnya kata mereka gue galak. Padahal gue gapernah marahin orang saking gamau berhubungan lagi sama orang-orang sekitar kampus gue.

Oiya btw gue masuk universitas pertanian dan beruntungnya gue sering diajak hunting ke daerah-daerah industri pertanian gitu. Jadi gue punya pengalaman mengolah lahan meskipun ngga sampe pro kayak petani.

Kenapa gue ke pertanian?

Just make it simple. Kayak orang tua gue. Dia mau anaknya menguntungkan, tapi dengan pekerjaan yang simple.

Padahal si sama aja, capek.

Alesan kedua, orang tua gue kasian.

Iya, kasian. Semenjak kejadian bandara waktu itu gue kayak mayat berjalan. Jalan doang gaada ngomong, tiba-tiba ngelakuin sesuatu sesuka gue.

Papa gue mau gue berinteraksi kayak dulu, dan dia masukin gue ke pertanian.

Dan gara-gara papa juga, keinginan gue buat jadi dokter pupus sudah.

"Kak Minjae"

Kalo ini, dia adek kelas pertama gue yang bener-bener mempertaruhkan nyawa banget buat ngomong ke gue.

Dan untungnya gue udah akrab sama dia, lagian adek kelas gue dulu kok, namanya Lucas.

Tau kan? Yang matanya mirip balon.

alzheimer ft.winwin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang