ke empat

1 0 0
                                    


    Entah apalagi masalah yang akan mereka hadapi sekarang. Jalan keluar yang seharus nya ada di depan mereka kini seakan bercabang-cabang menghantarkan mereka ke kematian yang makin dekat.

   Pintu keluar semakin banyak dengan jenis jalan kematian yang mengerikan.

   Huh. Hanya suara kelelahan yang bisa ia keluarkan, untuk mengurangi detak jantungnya yang seakan berdetak berkali kali lebih cepat.

  "Aku capek dev, udah gak usah ikut mereka lari cari jalan keluar.percuma nanti, eh udah ketemu jalan keluar ujung-ujungnya juga di tebas tu kepala ama tu laser ." katanya yang sudah kelelahan setelah berdesak desakan dengan teman-temannya.

  Tak.sebuah jitakan mampir di kening gadis itu. Ia mendengus seraya mengusap-usap keningnya untuk mengurangi rasa sakitnya, karna kelakuan sahabatnya.

   Menghela nafas. Ia mengurangi beban fikirannya. Ia ikut berjongkok seperti yang dilakukan sahabatnya.

   "Trus lu mau diem di sini aja sampe cicak yang segede buaya itu gigit lu gitu,Noela Asmadani." Katanya sambil menekankan nama sang sahabat.

  "Ya gak juga Devi Anggraini." Sanggahnya menirukan menekankan nama sang pelaku pertama. Ia memutar tubuhnya ke samping menghadap sahabat yang biasa di sapa devi itu.

   Meletakkan kedua tangannya di sebelah pundak kanan dan kirinya.menatap lurus manik kecoklatan yang terlihat sayu.

   "Kita akan keluar bersama sama dari tempat ini, dengan keadaan yang sehat jasmani dan rohani. Tapi sebelumnya gw mau istirahat sebentar dulu.gw capek lari sambil desek desekan ama anak anak."

   "Iya,gw ngerti." balasnya sambil tersenyum meletakkan kedua tangannya di pundak kanan kiri sahabatnya.

   Ia mengerti,sahabatnya ini pasti kelelahan karna berlari sedari tadi.berdesak desakan dengan teman temannya yang sebagian berbadan jauh lebih besar dari tubuhnya.

  Huh membayangkannya saja ia tak mau apalagi menjadi dirinya.tidak. tidak.ia menggeleng gelengkan kepalanya.

   "Pasti lu lagi bayangin jadi gw ya ? Gak usah di bayangin ntar lu stres sendiri.

   Gw sih bersyukur aja dapet body kayak biola dan lo juga harus bersyukur dapet body kayak gitar spanyol " katanya menunduk sambil mengerucutkan bibirnya.

                               

                                 *

     Berfikir berfikir berfikir kevin. Itu yang terus kevin ramalkan dalam otaknya sedari tadi.
   
    Berjalan tak tentu arah mengikuti arus teman temannya. Hingga kakinya yang lelah berhenti mendadak yang membuat sahabatnya yang sedari tadi mengekor di belakangnya menabrak badan kokohnya.

   Dug." Aduh kevin,kalo mau berhenti bilang dong. Sakit ni badan siwon."

   Dasar sarap. Dalam keadaan begini sahabat koplaknya, bisma ini masih aja tingkat kepedeannya tidak berubah. Tapi ia juga bersyukur mempunyai sahabat yang setidaknya bisa mengurangi kadar stres dalam dirinya.

   Menoleh sebentar,ia menatap bisma yang menggerutu entah menyumpahi dia atau bicara yang jelek tentang dirinya,dan kemungkinan yang paling benar adalah nama nama hewan yang menghuni kebun binatang keluar dari mulut manisnya. Ck kebiasaan.

   Mengamati keadaan sekitar. Mata tajamnya menangkap dua orang yang amat ia kenal sedang berjongkok dengan posisi yang,emh kurang sedap di pandang mata.

   Langkah kakinya bergerak mendekati dua orang itu dengan perlahan.

   Hingga sampai ia di tengah tengah posisi mereka,dua manusia itu belum menyadari kehadirannya malah asik mendebatkan masalah biola dengan gitar.ck ck.

Senior GilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang