Tiba tiba kak Andra langsung memeluk ku dengan erat dan tulus. Jantung ku bergetar tak karuan, pipiku mulai memerah muda. Sosok lelaki yg ku impikan memeluk ku erat?, ini mimipi terindah bagiku.Andra, itulah nama sahabat kak alvin yg membuat degup kencang saat bertemu. Tampan, cool, keren dan sangat perhatian. Namun aku hanya mencintai dengan diam. Bagaimana tidak, club kak alvin dan kak Andra adalah pria idaman di sekolah ku.
"Re kamu gak kenapa napa kan?." Sembari mengelus lembut kepalaku.
"Aku butuh pertolongan mu kak." Jawab ku takut.
"Pertolongan apa?."
Aku tak menggubris pertanyaan nya dan langsung menarik tangan hangat nya menuju kamar. Kututup pintu kamar rapat rapat lalu ku kunci dengan sempurna. Dia semakin heran, nampak raut muka yg keren itu kebingungan. Ku dorong tubuh nya menempel ketembok. Ku pegang kedua tangannya.
Dia semakin heran dan bingung. Tetapi dia hanya diam diantara tanda tanya.
"Aku sangat menyayangi mu kak, lebih dari segala yg ku punya sekarang." Ku peluk tubuh six pack nya erat erat.
"Maksud mu apa Re?,Aku masih bingung dengan perkataan mu." Dia masih bertanya penuh tanda tanya besar.
"Aku sangat mencintai mu."
"Aku sangat mencintai mu juga Re." Jawabnya penuh ketulusan.
"Guprakkkkl"
Tubuh kak Andra jatuh lunglai kelantai yg lembab dan dingin. Akhirnya aku berhasil membiusnya dengan jarum yg sudah di olesi obat tidur.
"Tunggu sebentar lagi Daruma, aku masih butuh persiapan" ucap ku dengan sinis menatap Daruma yg asyik memperhatikan ku.
Lalu terdengar beberapa kendaraan bermotor. Sudah ku tebak, itu kak Alvin dengan 2 sahabatku, yaitu Yurin dan Riska.
Terdengar suara ketukan pintu secara kasar. Aku berlari menuju pintu tersebut.
Ku buka pintu itu dengan cepat, nampak mereka bertiga berdiri penuh kekhawatiran di depan pintu.
"Ayo cepat ikut aku." Sembari berlari menuju ke kamar ku.
Mereka semakin heran lalu berlari mengikuti ku. Nampak ruangan kamar yg gelap tanpa secercah cahaya sedikit pun.
"Re kamu dimana?" tanya kak Alvin bingung.
"Iya Re kamu dimana?" tanya Yurin bingung.
"Kok gelap sih" keluh riska kelabakan.
"Cetrak"
Suara pintu yg terkunci di belakang mereka bertiga. Ku nyalakan lampu kamar menjadi sangat terang. Nampak pupil mata mereka bertiga mengecil. Itu pertanda bahwa suasana menjadi silau.
"Selamat datang di permainan Daruma-San." ucapku lantang.
"Apa?." Tanya mereka bertiga dengan serempak dan tercengang.
"Kau gila Re, Sungguh gila." Ucap yurin kesal.
"Apakah kamu sudah kehabisan akal hah?." Ucap Riska yang sudah mulai kesal penuh amarah.
"Tapi apa maksud mu Re?, aku masih kurang paham dengan maksud mu." Ucap kak alvin yg masih belum mengerti.
"Tak waras, Gila?. Ya, memang aku sudah tak punya akal. Sehingga aku putus asa dan terjerumus untuk bermain permainan hantu Daruma-San. Namun nahas, aku gagal dan harus mati. Lalu ikut bersama Daruma untuk menjadi teman. Aku tak bodoh. Aku pasti kesepian tanpa kak Andra dan kalian bertiga. Jadi, aku meminta permintaan terakhir ke pada Daruma untuk membawa kalian semua. Dan ya, ia setuju dan sangat senang dengan semua ini. Jadi kalian harus ikut." Teriak ku penuh kepiluan.
Mereka terdiam, melamun kencang tiada batas . Namun itu tak bertahan lama.
Saat Daruma muncul di samping ku. Lamunan mereka mulai buyar dan jatuh terpental jatuh ke lantai. Nampak juga kak Andra yg mundur ketakutan di atas ranjang tidurku.
Tetesan air mata mulai berjatuhan dipipiku. Memecah suasana yg sunyi penuh ketegangan.
"Tomare, ku potong kamu pengecut." Ku tebas tubuh Daruma dengan tangan kosong seakan kuda kuda bela diri karate.
Dia mulai menjerit histeris, tubuhnya mulai jatuh ke lantai. Namun saat dia musnah. Kuku tajam nya sempat menembus dada mungil ku.
Tubuh Daruma nampak mengeluarkan kepulan asap hitam lalu menghilang begitu saja.
Aku jatuh dengan darah yg membasahi seluruh tubuhku. Serentak Kak Andra menangkap ku sigap.
"Terimakasih karna sudah membantuku. Aku sayang kalian dan selamat tinggal. I Love You All."
"Kamu harus kuat re"
Terdengar suara motivasi dan jeritan pilu yg ku dengar, tapi terlambat, aku sudah bahagia berkumpul bersama ayah dan ibu.