Bagian Ketiga; Perasaan Baru, Kehidupan Baru

49 6 2
                                    

Roda nasib mulai berubah. Tadi malam aku bermimpi tentang Kaisar Li yang terlihat penuh semangat menulis pada buku takdir di mejanya dengan kuas. Aku merasa seperti daging digantung di tongkat bambu, di mana orang-orang menggunakan kuas pada saus kedelai.

Aku menarik selimut ke wajahku untuk menghilangkan bayangan jelek itu. Ketika aku merasa seperti kehabisan napas, aku mengangkat selimut dan duduk.

Tidak! Aku tidak akan menyerah pada takdir. Ini membuang buang energiku. Membuang buang berkah dari kenangan  kehidupanku yang sebelumnya di Khayangan. Aku harus berjuang melawan takdir.

Aku menggigit jariku, menarik wajah panjang dan memikirkan masa depan. Apakah ada cara untuk menyingkirkan si brengsek Chu Kong?

Tiba-tiba, sebuah cahaya melintas di benakku. Drama yang ditulis Kaisar Langit Li adalah tujuh kehidupan cinta. Jika dalam kehidupan  itu salah satu dari kami meninggal lebih awal dan kemudian bisa bereinkarnasi lebih dahulu, sementara yang lain menunggu kematiannya. Jadi kita bisa saling menghindar; secara alami kami hanya akan saling merindukan di setiap kehidupan.

Ketika aku mengetahuinya, aku berlari riang ke cermin dan memberi ciuman di cermin. Identitas sebagai putri perdana menteri memberiku alasan yang dibenarkan untuk tidak melakukan pekerjaan apapun.

Aku tidak ingin menyerah pada kehidupan seperti ini. Kemudian…
Aku melihat bayanganku di cermin dan tertawa: “Hai Lu Hai Kong, untuk kebahagiaan kita dalam enam masa kehidupan berikutnya, bisakah kau sedikit berkorban dengan menemui kematian, ah?”

Setelah hari perencanaan mendetail, aku dengan bersemangat berlari ke rumah Jenderal Lu. Aku tidak ada seorang pun, ini adalah kesempatan yang baik. Lu Hai Kong berbaring dengan tenang di buaian. Dibandingkan beberapa hari yang lalu, dia lebih cantik sekarang. Kulit putih lembut, bulu mata yang panjang dan tebal. Aku tidak bisa menahan diri untuk tidak menyentuh bibir cemberutnya. Dia bangun karena sentuhanku. Dia menatapku dengan mata besarnya yang berkilauan. Hatiku tiba tiba bergetar dan aku terkejut mengetahuinya.

"Ah!"

Dia berteriak dan dengan tangan kecilnya penuh air liur, dia menarik kepangan rambutkku.

"Ah!"

Dia menarik begitu keras sehingga kulit kepala saya sakit. Itu membuatku kembali teringat pada bajingan berbaju merah, seketika dengan mengingatnya saja dadaku sudah dipenuhi kebencian.

Aku berusaha untuk tetap tenang dan meletakkan tanganku di leher anak itu. Perasaan lembut dan rapuh membuatku berpikir bahwa aku tidak perlu menggunakan banyak kekuatan; menyentuhnya perlahan saja sudah mampu menghancurkannya. Bagaimanapun dia sekarang, dia tetaplah pemuda brengsek itu...

Tetapi rasanya aku tak sanggup, ketika saya menatap matanya yang penuh kepolosan. Seolah bocah malang ini bisa tahu mengapa aku memegang lehernya? Dia membiarkan kepangan jatuh dan beralih meraih jariku sebagai gantinya. Seperti terakhir kali dia membawa jariku ke mulutnya. Seolah mengisapnya seperti itu adalah hal paling bahagia di dunia baginya.

Dia menendang untuk menunjukkan kegembiraannya. Rasanya juga ingin menendang. Dasar anak nakal, jangan terlalu manis ah! Jika kamu seperti ini, bagaimana kakak membunuhmu, ah?
Aku berjuang melawan kekacauan dalam diriku ketika pengasuh bayi dan sekelompok orang masuk.

"Oh, mengapa putri Perdana Menteri di sini?"

"SAYA…" Aku terbatuk untuk menenangkan diri. "Saya datang untuk melihat suami kecil saya."

Semuanya tertawa. Tiba-tiba sang pengasuh mengatakan “Kami akan memandikan tuan muda kecil sekarang. Nona Song, apakah kamu juga ingin tinggal? ”

"Tidak.... Sakit…"

Aku menarik tanganku dan seketika Lu Hai Kong mulai menangis. Aku tertegun menatapnya. Dia menangis semakin keras. Air matanya mengalir deras. Dia tampak begitu sengsara sehingga aku tak berkutik dan hanya memandangnya dengan ngeri.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 08, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Seven Unfortunate Lifetimes; Tujuh Kehidupan Yang MalangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang