/1/
seperti menyelami palungnya
keharuan dan kecemasan ini akan semakin dingin dan dalam
Seringkali langit malam kosong mengisi kesenyapan, tapi percuma
karena hati kadang terlalu dungu untuk mengartikan satu dua kalimat:
mana yang menerbitkan harap,
mana yang menanti diharapkan
Hati kadang terlalu resah membayangkan segala kemungkinan di setiap puncak pengharapan
kita berharap seseorang itu adalah malam yang kosong dan menanti mengisinya dengan segala bintang indah
tapi, percuma
/2/
Tapi percuma,
kau bahkan melihatku dengan tatapan kosong yang hanya menilik dengan satu mata
di matamu itu akan semakin nampak bahwa semua pengandaian kemarin adalah sebuah pelarianmu
kita adalah persimpangan
kita hanya berhenti sejenak,
saling menatap,
untuk kemudian melanjutkan perjalanan
Ihwal kemana kita akan pergi, terserah
dan adakah kita bertemu lagi dan menjadi pemberhentian terakhir masing-masing?
Mungkin percuma
/3/
Aku hanyalah langit kosong dengan segala hal yang tidak pernah aku miliki
aku adalah Qais dalam rihlah yang penuh harapan kosong
Tapi,
apakah tidak mengapa kau beri aku seteguk mimpi untuk membangunkanku bahwa kau hanyalah harapan kosong itu?
Kurasa tidaklah mengapa
Sekali lagi, percuma
Hati terlalu dungu
/4/
seperti menyelami palungnya,
kita tenggelam dalam bayangan yang berbeda
Rihlah ini biarlah jadi kepingan dalam rangkaian kebodohan
untuk kemudian menyadari,
bila kita hanyalah fatamorgana
Rihlah yang panjang ini akan berlalu
tapi, percuma

KAMU SEDANG MEMBACA
Ya tidak?
RandomTerjemahan dari berbagai rasa yang ada pada hati manusia karena sesungguhnya apa yang kau pikirkan tentang perasaanmu, terkadang bukanlah sebuah kebenaran. Apakah benar cinta yang kau pikirkan selama ini adalah untuk selalu bersama untuk selamanya...