Pertemuan Ketiga
Hari ini Mira sedang bahagia sekali. Online shop yang baru dibukanya sebulan lalu, hari ini akhirnya mendapat konsumen untuk yang pertama kalinya. Akhirnyaaaaaa! Mira sungguh amat senang sekali.
Setelah mengabarkan kepada seluruh orang yang ada di rumahnya—dan ditanggapi tidak kalah lebaynya oleh mereka, Mira menyiapkan barang yang dipesan konsumen pertmanya dan bergegas menuju tempat jasa pengiriman barang.
"Hati-hati, ya, Mira. Nyetirnya santai aja, gak perlu keburu-buru."
Mira hanya mengangguk seraya tersenyum atas perkataan Dian, Kakak Iparnya, yang tengah menggendong Timal. Mira masuk ke dalam salah satu mobil Ayahnya yang menganggur di dalam garase rumah. Setelah meletakkan barang konsumen ke kursi penumpang di sampingnya yang kosong dan menghidupkan mesin mobil, Mira berpamitan kepada Dian dan dadah-dadah cantik kepada Timal. "Pergi dulu, yaaaa."
Setelah mobil yang dikendarainya keluar dari komplek rumahnya dan berada di jalan yang lebih besar, Mira menghidupkan musik dari tape. Detik berikutnya, suara alunan gitar memenuhi mobil. Tak lama, suara Taylor Swift mulai menyanyikan lirik demi lirik salah satu lagunya yang sangat emosional, All Too Well.
Sebenarnya dalam keadaan bahagia begini sungguh sangat tidak dianjurkan untuk mendengar lagu mellow yang penuh dengan flashback begini, tapi Mira juga tidak berniat untuk mengganti dengan lagu yang lebih bersemangat. Jadilah, seolah-olah dirinyalah Taylor Swift, Mira menyanyikan lagu All Too Well ini dengan penuh penghayatan dan emosi yang meledak-ledak di bagian yang menurut Mira sangat dalem a.k.a nyesss,
"Maybe we got lost in translation, maybe I asked for too much,
And maybe this thing was a masterpiece 'til you tore it all up.
Running scared, I was there, I remember it all too well..."
Mira nyaris berteriak di bagian yang menurutnya klimaks dari lagu tersebut,
"Hey, you call me up again just to break me like a promise.
So casually cruel in the name of being honest.
I'm a crumpled up—"
JEDUK!
Mira refleks menginjak rem kuat-kuat dan mengatupkan mulutnya rapat-rapat—berhenti berteriak. Mira menatap mobil yang ada di depannya dengan mata melotot. Matilah! Karena kurang fokus dan hati-hati, Mira menabrak mobil yang ada di depannya.
Mira merasakan tubuhnya menegang dan kedingingan yang lebih dingin dari ac mobil menjalari tiap inci tubuhnya. Dingin yang dirasakannya semakin menjadi saat melihat pintu kemudi mobil itu terbuka. Habislah Mira. Baru satu dagangannya yang laku, kini ia pasti tekor karena harus mengganti rugi kerusakan mobil yang ada di depannya ini. Itu pun kalau pemilik mobil itu mau berdamai, kalau tidak, habislah riwayat hidup Mira sebagai gadis ceria, imut dan bebas. Ia akan mendekam di penjara selama beberapa tahun dan... Mira menggelengkan kepalanya kuat-kuat. Ia tidak ingin kemungkinan paling buruk itu terjadi—demi Tuhan, jangan sampai!
Dari tempatnya, Mira melihat pengemudi mobil itu keluar. Parahnya, pengemudi mobil itu merupakan seorang lelaki dengan badan tegap. Benar-benar habis Mira setelah ini. Sementara keringat dingin mulai mengucur dari pori-pori kulitnya, Mira hanya bisa pasrah menerima segala amarah dan tuntutan pengemudi mobil yang ditabraknya tersebut.
***
Tiadi rasa ia tidak kejatuhan cecak tadi. Tapi mengapa hari ini ia begitu sial?
![](https://img.wattpad.com/cover/21105723-288-k979321.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Growing Pains
General Fiction❝Have you ever met someone for the first time, but in your heart you feel as if you've met them before?❞