08

44 4 5
                                    

"Arfan!" Seruku saat melihat Arfan dengan wajah merah padam.

"jika kau berani lawan aku, jangan menyerang dari belakang sebagai pengecut seperti yang kau lakukan dulu! " suara Arfan menggelegar di langit langit kastil.

"apakah kau fikir aku hanya seorang manusia lemah?" Sidrict dan bala tentaranya menoleh ke arahku, termasuk Arfan. "Aku bukanlah seorang manusia biasa. Aku adalah seorang shewolf. " semua orang yang ada di kastil itu terkejut dan juga Arfan. Dengan sigap aku bertukar shift dengan Aleah.

Aleah menerjang semua vampir yang menghadang jalanku dan jalannya menuju Sidrict. Wolfku itu melempar mereka kearah dinding dinding kastil. Arfan yang sebelumnya marah besar, sekarang menjadi Arfan yang berdiri kaku seperti gunung es di depan pintu ruang pertemuan kastil.

Aleah terus menyerang mereka, mencabik, melempar, dan mencakar mereka habis habisan. Semua mayat bergelimpangan di ruang pertemuan itu. Darah di mana mana. Suara suara debuman terdengar di telinga kami. Sekarang giliran Sidrict. Raja vampir yang tadinya sangat angkuh itu hanya berdiri gemetar saat kami menuju arahnya. Aleah memelankan langkahnya.

"jangan bunuh aku! Jangan bunuh aku! " ucap Sidrict sambil berjalan mundur. Aleah terus mendekat padanya, sampai Sidrict berhenti karena terhalang singgasana di belakangnya.

Aleah melompat ke arahnya dan mencakarnya dan mengeluarkan semua isi tubuhnya. Sidrict pun tewas. Arfan masih membeku melihat kami, setelah itu dia menundukkan kepalanya. Aku bertukar Shift lagi dengan Aleah. Aku berjalan pelan kearahnya.

"Arfan!" panggilku pelan. Arfan tetap diam.

"Arfan!" panggilku sekali lagi. Tapi, Arfan tetap diam. Aku terus melangkah ke arahnya.

"berhenti!" Arfan mulai bicara. Aku pun berhenti untuk menuruti ucapannya.

"Kenapa?" dia mulai bicara.

"Arfan!" panggilku lagi.

"kenapa kau menyembunyikan jati dirimu dariku? Apakah aku tidak ada artinya dalam hidupmu? Kenapa kau sembunyikan? Kenapa?! " dia mulai meninggikan nada suaranya.

"aku memiliki alasan untuk ini, Arfan. " jawabku. Aku sudah menebak, ini yang akan terjadi.

"apa alasanmu? Kenapa kau sampai menyembunyikan ini dariku? Apakah kau tidak mempercayaiku?" nada suaranya mulai membuatku sedikit takut.

"aku menyembunyikan ini untuk mengamankan diri dari musuh-musuhku." aku gemetar karena melihat aura Arfan jadi mengerikan. 'Alia kendalikan dirimu' ucap Aleah untuk menenangkan diriku.

"apakah kau menganggapku musuhmu, sehingga kau menyembunyikan hal ini? Apakah kau tidak percaya bahwa aku bisa melindungimu?" aku sulit mengeluarkan kata kata.

"bukan seperti itu. " jawabku.

"lalu seperti apa? Apa artinya hubungan tanpa kepercayaan?" dia mulai membentak.

"aku percaya padamu Arfan. Aku bisa jelaskan." aku berusaha membela diri.

"tidak ada yang perlu di jelaskan. Sudah jelas kau tak pernah mempercayaiku." Arfan pergi meninggalkan diriku sendirian di Kastil itu. Melompat ke arah jendela atap lalu berhenti.

"setelah ini, aku akan pergi dari hidupmu. Maaf, karena aku telah membuatmu ketakutan." kemudian pergi, melesat entah kemana.

"Arfan, jangan tinggalkan aku." hatiku hancur. Aku tak bisa apa apa.

Kakiku lemas seketika. Aku bersimpuh di lantai. Tidak ada yang bisa memarahiku seperti ini kecuali sahabat masa kecilku. Saat itu karena aku lupa memberi tahunya tentang nilai yang aku dapatkan.

My Mate Is My Childhood FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang