04

65 4 2
                                    

Woooiiiii...
Author balik nih...

Awas typo berserakan...

*****

Cinta bukan sesuatu yang bisa di ucapkan melainkan dirasakan. Mengucapkannya memang mudah, tapi membuktikannya yang susah.

~ Alia Ludwig ~

*****

Lanjutan ALIA POV

"Kau?" Aku melihat Arfan yang sudah berdiri di balkon kamarku.

"Maafkan aku, karena mengganggumu malam-malam seperti ini!" Katanya.

"Apa maumu?" Tanyaku to the point.

"Aku ingin bertanya. Kenapa kau tadi lari ke luar mobil?" Tanyanya.

"Bukan urusanmu." Aku ingin pergi meninggalkannya, tapi ada tangan yang mencegahku pergi.

"Aku ingin mengatakan sesuatu padamu." Ujarnya saat menghentikan langkahku.

"Katakan! Aku tidak punya waktu lagi." Kataku.

"Kau adalah mateku. Aku tau kau pasti akan bingung, tapi ini kebenarannya. Kau adalah mateku, belahan jiwaku, dan hidupku. Pada awalnya aku juga tidak percaya, tapi inilah takdir. Sekarang maukah kau ikut denganku dan menikah denganku?" Aku menatapnya terkejut.

"Ayo, Alia terimalah!" Kata Aleah yang membuatku sakit kepala.

"Omong kosong apa ini? Maafkan aku tuan bukannya aku bermaksud untuk menolak tawaranmu itu, tapi kita baru bertemu dan anda belum mengetahui apa pun tentang diriku. jadi, maafkan aku!" Aku meninggalkannya di luar balkon.

ARFAN POV

Aku memang bodoh karena mengajaknya secepat ini. Aku juga gila karena melamar seseorang yang baru aku kenal. Lalu apa yang harus aku lakukan? Dia mateku. Apakah aku harus melepaskannya begitu saja? Tidak, aku adalah werewolf. Aku tidak akan melepaskannya begitu saja.

"Kau bodoh Arfan. Kau bodoh." Aku tak peduli pada Alex yang terus mengataiku dari tadi.

Kalian anggap aku apa? Apapun aku tidak peduli. Sekarang yang terpenting hanyalah aku bisa mendapatkan cinta Alia saja. Dengan sangat berat aku pun meninggalkan balkon kamar Alia. Aku melangkahkan kakiku dengan sangat berat. Keadaan hujan saat itu. Banyak bangunan yang telah ku lewati dan banyak manusia yang berlalu lalang melewatiku. Aku hanya tetap menatap jalan basah yang ku pijak. Terus aku langkahkan kakiku sampai masuk ke hutan. Aku juga tidak peduli dengan mobilku yang aku tinggal di tepi trotoar jalan. Akhirnya aku berhenti di sebuah tempat yang penuh hamparan bunga yang. Bercahaya terkena cahaya bulan dan kemudian duduk di sebuah akar pepohonan. Aku termenung dan memikirkan apa yang akan aku lakukan selanjutnya.

"Auuuuu" Ada kawanan rogue yang mengepungku.

"Mau apa kalian?" Tanyaku.

"Grrrr!" Salah satu dari mereka mulai menyerangku. Mau tidak mau aku harus berganti shift dengan Alex. Sebuah peperangan antara aku dengan kawanan rogue itu. Alex mengoyak tubuh mereka dan menggigit leher mereka sampai mulut Alex penuh dengan darah. Tanpa aku sadari ada salah satu rogue yang mendorongku dan Alex hingga terpental jauh dan beberapa rogue langsung mengepungku dan menyerangku secara bertubi-tubi. Aku dan Alex sudah tak bisa melawan lagi, tubuhku sangat lemah. Mata kami berdua sudah sangat berat dan ingin sekali terpejam.

My Mate Is My Childhood FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang