Brak!
Suara gebrakan pintu terdengar, disusul masuknya dua orang lelaki yang memegangi erat lengan seseorang lagi di tengah mereka. Lelaki yang berada di tengah berjalan terseret, terus dipaksa untuk ikut kemana dua orang itu membawanya.
"Lepas, kumohon," pintanya.
"Kau harus dihukum, Tae,"
"Hyeong, telah membuat reputasi kita jatuh. Hyeong, pantas mendapatkannya."
"Tidak, Jimin, Jungkook—lepas, aku minta maaf,"
Taehyung—lelaki yang tengah dicengkram erat oleh Jimin dan Jungkook itu kemudian dipojokkan di counter dapur, dengan terus meronta ia mencoba melepaskan diri. Kemudian, Hoseok, Namjoon, Yoongi dan Seokjin datang. Taehyung yang melihat keempat hyeongnya datang semakin meronta.
"Hyeong—tolong, maafkan aku."
Namun, Seokjin dan Yoongi hanya menatap di balik meja makan, Namjoon bersandar di dinding sebelah Hoseok, dan lelaki yang menjabat sebagai rapper dan lead dance itu berdiri lurus di hadapan Taehyung. Di tangan kanannya membawa panah dart, dengan wajahnya yang datar.
"Semua tidak akan seperti ini jika bukan karenamu. Rupanya, sedari awal kedatanganmu di Bangtan hanyalah perusak, sengaja sekali menyembunyikan fakta tentang orangtuamu, membohongi kami semua. Lalu, kau pergi seolah pengecut, ah tidak, kau memang pengecut." Itu Hoseok yang mengatakan, dengan tangan yang membawa panah dart itu diangkat. "Kau pantas menerima balasannya."
Taehyung membelalak kala Hoseok mulai membidik wajahnya. Itu panah dart, memang, tapi bukankah diujungnya ada besi runcing yang bisa saja menembus kulitnya?
"Tidak! Kumohon, Hoseok hyeong! Namjoon hyeong, tolong aku! Aku minta maaf! Tidak—jangan! Aku minta ma—"
Terlambat.
Panah itu sudah dilesatkan Hoseok, dan Taehyung sontak memejamkan mata, siap-tidak-siap ia harus menerima rasa sakitnya.
Dan...
"Taehyung!" suara itu seolah menariknya dari mimpi buruk di siang hari. Taehyung membuka mata, dan ia masih duduk di dalam mobil, dengan seatbelt terpasang, dan Namjoon yang tengah menatapnya cemas.
Syukurlah, hanya mimpi.
"Kau baik-baik saja?" tanya Namjoon, memastikan Taehyung benar-benar sadar karena lelaki itu tampaknya terbangun karena suaranya. "Kau berkeringat, apa kau baik—"
"Aku baik." Taehyung memperbaiki posisi duduknya, ia menatap ke sekitar luar mobil, rupanya mereka sudah berhenti di parkiran basement.
"Aku akan membawamu untuk menghadap Bang PD. Dia sungguh mengkhawatirkanmu."
"Baiklah."
Taehyung hanya terus menunduk menatap lantai yang dipijaknya. Setiap langkah yang ia lalui, para staff banyak yang menyambutnya datang, ada pula yang bertanya, tapi dengan cepat Namjoon mengatakan bahwa Taehyung sedang tidak sehat. Lagi-lagi, ia hanya bisa diam seperti pengecut, berjalan di belakang Namjoon yang seolah adalah pelindungnya.
Namun, ia tidak bisa terus bersembunyi begitu saja, sebab Namjoon kemudian duduk di depan pintu ruangan bertuliskan BANG SI HYUK, menyuruhnya untuk masuk seorang diri dan menghadapi apapun yang terjadi.
"Katakan yang sebenarnya, Taehyung-ah," begitu kata Namjoon sebelum ia mengetuk dan masuk ke ruangan itu.
Bang Sihyuk, pria tambun itu tampak sibuk dengan laptop di mejanya, ia langsung saja terkejut melihat salah satu anak didiknya itu—yang selama ini sedang ia cari-cari—datang, tapi dengan wajah lusuh dengan memar di bibir kanannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FATAMORGANA
FanfictionJangan jadikan janji kita hanya sebatas fatamorgana __________________________________ Inspirated by BTS ©Hazel2017 start : 10 Oktober 2017 end : 1 Januari 2019 SAYA TIDAK MEMPUBLISH FIKSI INI DI LAPAK MANAPUN, HANYA DI WATTPAD