[21] Lantas, kenapa kau pergi?

2.5K 359 51
                                    


Semuanya terdiam, hanya helaan napas sesekali terdengar. Jimin menghapus air matanya yang masih turun, setelah menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi pada lainnya. Namjoon tak lagi terkejut, sebab ia yang paling pertama mengetahui, tapi reaksi yang ditunjukkin keempat yang baru saja mengerti, benar-benar tidak jauh beda dengannya.

Kecewa.

Hanya itu yang menggambarkan semua.

Dan Jimin tidak bisa membayangkan bagaimana jika Taehyung yang menjelaskannya sendiri. Mungkin, laki-laki itu bisa hancur berkeping-keping sebab terlalu banyak orang yang kecewa dengannya. Pun Jimin.

"Lalu, di mana Taehyung?" Hoseok bersuara, matanya sudah digenangi air. "Kenapa kau yang di sini, bukan dia? Seharusnya dia juga di sini untuk mengklarifikasikannya."

"Tidak mungkin, hyeong. Dia akan hancur jika sedang berada di sini."

"Jadi maksudmu, kita bisa saja membuatnya hancur? Bukan dia saja yang hancur, sebagai teman, sahabat, keluarga, sebagai kakaknya! Aku juga hancur di sini, kalian juga!"

"Yoongi-ya, tahan emosimu,"

"Dia butuh waktu untuk itu, hyeong," Namjoon menyela, berusaha tidak memancing lebih jauh lagi emosi lelaki bermarga Min itu.

"Sampai ka—"

Klek.

Yoongi berhenti bicara, yang lain pun kentara sekali raut terkejut saat mendengar pintu terbuka. Kemudian, Taehyung memperlihatkan diri dengan wajah kelewat sembab, kelewat kacau, dan jelas sekali tidak baik-baik saja.

"Taehyung, kau mau kemana?" tanya Namjoon di saat yang lain sibuk sekali memperhatikan dirinya.

"Aku mau menemui Bang PD," balasnya dengan suara serak.

"Biar kutemani—"

"Tidak, Jim. Aku pergi sendiri." Taehyung sudah menekan gagang pintu, bersiap keluar, namun kemudian ia berbalik dan menatap wajah-wajah mereka berenam. Hatinya semakin teriris, terpatri kecemasan, kekecewaan, juga terselip kerinduan yang entah mengapa ada di wajah mereka. Raut-raut itu, mengingatkannya pada sang ibu. "Aku minta maaf sudah melakukan kesalahan sebesar ini. Aku juga minta maaf untuk semua kebohonganku. Aku sangat berterima kasih bila kalian tidak membenciku." Lalu pintu tertutup, dan dia menghilang di baliknya.

Hening untuk beberapa sekon.

"Apa yang akan dia bicarakan pada Bang PD?" Jimin masih memandang kosong pada pintu yang baru saja tertutup itu. Namun, tak ada jawaban apapun, sampai sebuah suara yang sedari tadi tak terdengar mendadak mengatakan ketakutannya.

"A-apa—apa Taehyungie hyeong akan... dikeluarkan?"

Semua kepala sontak menoleh pada sang bungsu yang mulai meringkuk di sofa, memeluk lututnya, wajahnya kentara takut.

"Hey, apa yang kau pikirkan? Bang PD tidak mungkin berpikir untuk mengeluarkan Taehyung, dia juga salah satu bagian penting dari Bangtan." Seokjin berjalan mendekat, lalu duduk di sebelah Jungkook dan mengusap tangannya yang mencengkram erat kakinya sendiri.

"Bagaimana jika benar? Bagaimana jika setelah ini Bangtan akan dikabarkan comeback dengan enam—"

"Tidak ada enam!" Yoongi berteriak. "Dengar, tidak ada yang boleh pergi. Bangtan adalah tujuh. Selamanya seperti itu! Jika satu dari kita pergi, lebih baik kita bubar!"

"Yoongi..."

Yoongi mendesis jengkel, kemudian berjalan cepat ke kamarnya dan membanting pintu.

"Aku setuju dengan Yoongi hyeong. Jika Taehyung benar-benar membawa kabar itu, maka aku memilih bubar." Hoseok menyusul, pergi ke kamarnya sendiri. Jimin menatap punggung kakaknya dengan sedih. Ia sangat tahu cita-cita kakaknya yang sangat ingin menjadi idol, tapi, bagaimana jika itu benar? Bagaimana jika Bangtan bubar? Apakah mimpi kakaknya akan hancur bersama itu?

FATAMORGANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang