1. Saat Pertama

218 16 11
                                    

Sekuat apapun aku berusaha melupakan. Kenangan itu tetap ada. Membekas dalam sebuah organ bernama otak.
Kin Kanei

Banyak orang bilang masa lalu harus dilupakan. Dibuang jauh-jauh karena menurutnya masa lalu hanyalah kejadian yang sudah terlewati. Kanei setuju dengan pernyataan tersebut. Dia ingin sekali menerapkan pemikiran itu. Ia bertekad untuk melupakan masa lalunya, masa dimana ia mengenal warna kehidupan sebelum akhirnya kembali gelap, hitam dan penuh kekosongan.

Awalnya Kanei mengira itu mudah dilakukan, tapi kenyataannya tidak. Setelah satu tahun mencoba untuk melupakan semuanya terasa begitu sia-sia. Karena ketika ia berusaha melupakan justru malah semakin teringat. Mengingatkan tentang kehidupan dia bersama seorang laki-laki yang sampai saat ini masih tersimpan di hatinya.

Dan saat ini Kanei menyerah. Dia tidak akan lagi berusaha melupakan gelembung-gelembung kenangannya sewaktu dulu. Yang ia lakukan hanya membiarkan kenangan itu terus membayanginya walau menyakitkan. Ia hanya berharap waktu dapat menelan semua ingatan tentang laki-laki yang pernah membuat hidupnya lebih berwarna.

Kanei melangkahkan kakinya tanpa arah. Melewati tenda-tenda bazzar yang ramai dikerumuni oleh para mahasiswa baru. Ia sama sekali tidak tertarik dengan acara bazzar yang sedang berlangsung di kampusnya.

Ketika manik hitamnya melihat sebuah bangku kayu di bawah pohon rindang yang terletak di pinggir lapangan gedung rektorat buru-buru ia mendekatinya. Kanei merasa senang karena tempatnya duduk sekarang ini terbilang jauh dari jangkauan para mahasiswa.

Dia menyandarkan kepalanya pada batang pohon yang besar. Kata lelah mungkin cocok menggambarkan Kanei saat ini. Setelah melewati satu minggu acara pengenalan kampus yang sangat melelahkan, sebentar lagi ia akan resmi menjadi salah satu mahasiswi di Universitas Senja Raya. Universitas paling bergengsi di Bandung.

Kanei senang sekaligus sedih. Senang karena ia bisa diterima di universitas impiannya. Dan sedih karena; pertama, dia tidak masuk dengan jurusan keinginannya melainkan jurusan keinginan orangtuanya. Kedua, dia sedih karena impian untuk satu kampus bersama orang tercintanya tidak tercapai, bahkan harus pupus di saat mereka belum lulus sekolah.

Perempuan itu menyisir rambut cokelat sebahunya, sedikit berantakan karena terterpa angin. Matanya yang besar tajam namun penuh kesedihan memandang mahasiswa yang berlalu lalang sepeluh meter di depannya. Melihat bagaimana bahagianya mereka ketika berjalan bersama teman baru, mendapat gebetan baru, atau bahkan mengelilingi bazzar bersama pacar baru.

Seminggu sudah Kanei berada di kampus ini. Tapi tidak ada satu teman pun yang Kenai miliki. Baginya tak masalah jika tidak punya teman toh dia datang ke kampus ini untuk mencari ilmu. Namun tetap, jauh di lubuk hatinya dia merasa kesepian. Apalagi sebagai mahasiswa merantau yang tak kenal siapapun membuatnya semakin kesepian.

Dulu, mungkin dia tidak pernah merasa sesepi ini. Karena akan ada laki-laki yang selalu menemaninya. Laki-laki yang selalu siap menjaganya selama 24 jam. Yang selalu mengikutinya kemanapun ia melangkah. Kanei rindu. Sangat rindu. Dia merindukan laki-laki itu. Laki-laki yg menjadi teman pertamanya saat masuk sekolah di bangku SMP.

🌸🌸🌸

"Hai," sapa seorang anak laki-laki bertubuh jangkung yang berdiri di depan Kanei. Ia melambaikan tangannya, berusaha mengenalkan diri. "Namaku Daren, nama kamu siapa?"

Kanei tak langsung menjawab, dia menilik anak laki-laki di hadapannya.  Seragam yang berantakan dan tidak dimasukkan ke dalam celana, serta baju yang dua kancing teratasnya dibiarkan terbuka membuat anak lelaki itu terlihat tidak seperti anak SMP umumnya.

DarenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang