Awal Cerita

32 8 7
                                    

Hello Monday...
Pagi ini cerah, secerah warna wajah orang-orang di sekitar sini yang asik menikmati pagi ini. Sekarang, tepat pukul 07.00 matahari mulai menampakkan cahayanya malu saat ini, setelah semalam terjadi hujan deras membasahi bumi, akhirnya matahari berani keluar dari tempat nyamannya..
Aku.. masih sama seperti kemarin, tak pernah luput dari pikiran buruk yang terjadi kemarin. Ku coba untuk melupakan mulai dari 3 hari yang lalu namun tak pernah bisa..
Akankah ada yang bersedia membantuku melawan pikiran buruk ini? Tapi, ku rasa takkan ada yang bisa, karena aku sendiri pun tak mampu menahannya..
~Hanasia~
🖤

Hembusan nafas kasar keluar dari hidung pemilik gadis berambut cokelat itu, setelah menutup buku hariannya ia beranjak bangkit dari tempat duduknya setelah 1 menit yang lalu ia mendengar bunyi bel sekolah memanggilnya untuk segera beranjak memasuki ruang kelas.

Gadis itu segera bergegas menuju kelasnya tak ingin tertinggal barisan upacara hanya karena telat 1 menit ia akan di kenakan hukuman mengikuti upacara di samping tiang bendera tak pernah ingin ia mendapat hukuman itu.

"Sia!!"

Panggilan nyaring senyaring kaleng bekas itu terdengar di tengah-tengah koridor yang mulai nampak sepi karena sebagian siswa telah beranjak menuju lapangan, Sia menoleh mendapatkan temannya Arta sudah menunggunya di kelas 12 IPA 2.

Arta berdecak sebal setelahnya berlari menghampiri Sia saat ia melihat Sia yang masih terlihat jalan santai saat suara Kepala Sekolah sudah terdengar memanggil seluruh muridnya lewat speaker sekolah.

"Lo lama banget sih," tangan Arta terjulur menarik lengan Sia, membawa Sia mengikuti nya untuk segera bergegas. Sedangkan Sia, ia hanya bisa mengikuti temannya itu sambil sebelumnya ia memutar kedua bola matanya malas.

Lima menit setelah upacara di mulai, Kepala Sekolah yang tadinya berdiri tegak di atas panggung pembina upacara itu turun menghampiri kerumunan peserta upacara.

Sia kembali memutar bola matanya malas, lagi dan lagi kepala sekolah itu berbuat ulah, Sia sudah sangat terbiasa dengan Kepala Sekolahnya itu begitu pun murid-murid yang lainnya.

Kepala Sekolah yang terkenal dengan nama Pak Burhan itu menarik salah satu kerah belakang siswa yang sudah biasa menjadi incarannya, ia menarik siswa tersebut ke depan lapangan upacara setelahnya dihentakkan tubuh siswa tersebut dengan kasar tepat disamping tiang bendera.

Sia benci kekerasan, ia tak suka melihat siapapun melakukan kekerasan di depannya karena ia mempunyai phobia terhadap kekerasan ia lebih memilih menutup matanya dan fokus pada suara kegaduhan yang kini sedang terjadi.

Putra bangkit membenarkan seragamnya yang kotor karena terjatuh tadi. Seringaian kecil muncul dari bibirnya saat menatap tajam siapa musuhnya saat ini.

Pak Burhan yang di tatap melawan oleh Putra melemparkan tamparan keras di pipi muridnya itu.

"Masih juga kamu melakukan perkelahian itu? Mau berapa hutang lagi sekolah akan membayarkan semuanya akibat ulahmu?" Ucap Pak Burhan tegas.

Lagi, Putra hanya menyeringai kecil sambil terkekeh pelan, "dan lagi, Bapak masih saja menuduh saya yang melakukan kejahatan tersebut?" Balasnya santai.

Saat tamparan kedua, bukan lebih tepatnya bogeman mentah itu akan dilemparkan kepada Putra sasarannya salah, bogeman itu mengenai salah satu siswi kelas 12 IPA 2. Gadis berambut hitam pekat dengan kacamata yang selalu bertengger di hidungnya itu kini sudah terjerembab ke tanah dengan kondisi yang sangat berantakan.

Between UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang