Hello Kamu

21 7 6
                                    

Jika orang lain menilaiku dengan sebutan musim, mungkin aku cocok di panggil dengan sebutan musim semi..

Mereka bilang aku memiliki sifat yang hangat, ceria, dan memiliki warna yang cerah disetiap detikku..

Begitukah demikian???

Aku tak pernah berpendapat jika sifatku seperti itu, karena ku rasa aku termasuk dalam salah satu orang yang pendiam..
Selain itu, aku lebih suka menikmati musim dingin dari pada musim semi, walaupun aku tak pernah merasakannya secara langsung. Tetapi, aku selalu membayangkan bagaimana rasanya kulitku merasakan dinginnya musim salju, pasti sangat damai dan menenangkan..

Satu hal lagi, aku selalu penasaran..

Akankah ada di dunia ini manusia yang benar-benar memiliki sifat seperti musim dingin layaknya musim semi??

Jika iya, aku harap...

Aku dapat dipertemukan olehnya..

~Hanasia~

🖤


Sia menutup buku hariannya dan memasukkan buku tersebut kedalam loker mejanya. Tangannya menopang dagunya menatap papan tulis kosong yang ada di depannya saat ini. Dapat dilihat wajahnya yang sekarang sedang memikirkan sesuatu yang membuat dirinya hanyut dalam pikiran itu, beberapa menit kemudian ia menggelengkan kepalanya mencoba menghapus sekelabat bayangan yang sempat ia pikirkan. Setelahnya ia menyenderkan kepalanya diatas mejanya dengan mata yang terpejam, Sia menarik napas dalam dengan disusul ukiran senyum di bibirnya.

"Andai dunia khayalan itu bisa jadi kenyataan, mungkin sekarang gue udah jadi Tuan Putri."

"Jangan tinggi-tinggi punya mimpi, kalo udah jatoh sakitnya berasa loh."

Seketika Sia membangkitkan dirinya dalam sikap duduk yang sempurna saat mendapat sautan dari sebelahnya, dengan tatapan menganga lebar setelahnya ia terkekeh kecil saat mengetahui siapa pemilik suara yang menyahutinya tadi.

"Lo tuh ya nggak dimana-mana keberadaan lo kaya setan tau gak," ucap Sia menyikut Arta dengan senyuman jahilnya.

"Lo baru tau? Gue kan setan yang handal, bahkan tiap detiknya selalu menghantui pikirannya Putra," balas Arta dengan mata yang berbinar-binar menerawang jauh dalam khayalannya.

"Halah, paling juga Putra yang selalu menghantui pikiran lo itu," balas Sia kembali menidurkan kepalanya di meja.

Arta ikut menidurkan kepalanya dengan menatap Sia dengan dekat, sangat dekat sehingga Sia merasakan getaran aneh lebih tepatnya merasa tidak nyaman dengan kedekatan seperti itu. Arta menarik napas dalam setelahnya ia tersenyum kecil dengan berbisik.

"Ko lo tahu sih?" ucap Arta kemudian ia menutup matanya mencoba memasuki mimpi yang ia tunggu tanpa perduli dengan perubahan wajah Sia yang saat ini sedang menganga lebar menatapnya tak percaya dengan ucapan Arta yang baru saja ia lontarkan.

•••••

Bel pulang sekolah pun berbunyi memuntahkan isinya, seluruh ruangan yang berisikan murid tersebut keluar berhamburan setelah bel berbunyi lima menit yang lalu.

"Lo mau jalan kemana hari ini?" ucap Arta kepada Sia yang kini tengah merapihkan buku-buku pelajarannya.

"Hello.. Lo pikir gue orang kaya yang tiap pulang sekolah bisa bebas main kaya lo? Setelah tadi Kepala Sekolah ngasih tagihan sekolah yang harus dibayar masa gue masih sibuk ngurusin main," balas Sia dengan tergesa-gesa ia bangkit dari tempat duduknya setelah semua bukunya telah tersusun rapi di dalam tasnya. Arta menyusulnya dari belakang.

Between UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang