Seperti biasanya aku kasih kalian lagu soundtrack
dari IU buat bacaan kali ini
*
*
*
Juni 2011
Hati lebih tahu ke mana seharusnya ia bermuara. Karena hati tak pandai berbohong, maka simaklah ia dengan takzim.
***
Hari ketiga di Juni, yang susah diterka serupa suasana langit. Banyak yang ingin kukatakan, banyak yang ingin kuceritakan, banyak yang ingin kutanyakan padamu, sungguh. Namun, semuanya, menguap begitu saja ketika kamu sudah berada di depanku. Sehingga, kesunyian tak kan membiarkan hati menjadi diam. Pun malam yang tak bisa memeluk kantuk. Terus-menerus bergemuruh, bergejolak. Hati bertanya, "Seberapa kejam rindu sudah membunuhku, hah?"
Pagi ini, aku dikejutkan pada sebuah kenyataan. Ya, tanpa kusadari selama ini semua tertuju pada satu arah. Pada satu tempat. Laiknya gerimis yang diam-diam membuat kita basah. Seperti itu pula benih perasaan itu tumbuh. Bahwa kamu-lah dibalik semua tiap huruf yang terukir dalam puluhan puisiku. Pun cerita-cerita yang tertulis di ratusan lembar kertas. Hanya kamu yang ada di sana. Kamu tokoh utama di setiap ceritaku.
Benar, tanpa menyadarinya aku telah terjatuh, terjatuh cukup dalam. Mungkin jika ditelisik, sedari awal kamu telah mengambil ruang di hatiku. Tapi bodohnya, lidahku terus menyangkal, terus berdusta. Karena bagiku hal itu sesuatu yang tidak mungkin, mustahil, tidak masuk akal. Bagaimana mungkin bisa aku menyukaimu? Seseorang yang telah kuanggap saudara sekandung. Biarlah rasa itu tetap tersimpan rapi di tempat terbaik. Hati.
Juni 2012
Aku menyukai gerimis seperti aku menyukaimu. Aku mencintai kata seperti aku mencintaimu. Aku berkasih dengan sunyi seperti aku berkasih denganmu. Aku memercayai bahwa Tuhan itu ada seperti aku memercayai bahwa rasa itu ada.
Rasa itu semakin tumbuh dan berkembang dengan baik tanpa dirawat. Bagaikan rumput liar di padang ilalang. Semua berjalan seperti biasa. Aku dan kamu menjalani hari yang normal. Tak ada yang beda kecuali hatiku. Ya, tanganku selalu dingin setiap kali bertemu denganmu. Aku canggung juga nyaman di dekatmu. Jangan tanyakan bagaimana jantungku berdebar kencang. Mungkin jika ada alat pendekteksi pacu jantung, akan diperoleh angka di atas normal. Pipiku? Ah, kurasa sudah menyamai merahya tomat.
Walau tak pernah tersampaikan, mesti kamu tak pernah tahu. Tapi, hati selalu tahu seberapa besar aku menyukaimu. Jadi, cukup hati yang berperan. Karena perasaan ini jauh lebih indah bila dimplentasikan dalam perbuatan daripada diucapkan tanpa berbuat apa-apa. Kesimpulan konyol yang aku buat ini, entah sebagai keyakinan atau sekadar alibiku saja. Entahlah, terkadang semuanya terlihat kabur.
Juni 2013
Mencintaimu dalam diam, bukan berarti aku tak pernah terluka. Sama seperti kebanyakan perempuan lain yang sedang bahagia, marah, kecewa, sedih dan cemburu pada pacarnya. Aku pun juga merasakan hal itu. Hmm, saat kamu sedang jatuh hati pada seseorang otomatis aku terluka parah. Namun sialnya aku justru menguatirkanmu. Kadang aku benci pada diriku sendiri. Apa aku yang membingungkan hati atau hati yang menipuku. Entahlah daya nalarku tak berfungsi sama sekali.
Anehnya aku tak bisa mengenyahkan kamu dari hati dan pikiranku. Jujur aku bahagia melihat ekspresimu yang terserang virus merah muda. Tapi sayangnya, kita bernasib sama. Cintamu bertepuk sebelah tangan. Apakah aku bahagia? Tidak, aku sangat mencemaskanmu. Sungguh.
Patah hati membuatmu terpuruk. Semuanya berantakan. Kamu berhenti menulis. tak ada lagi kegiatan mendaki gunung. Temu pun menjadi hal yang jarang kita tuai. Dan rindu kembali lahir mengisi hari-hariku yang bertudung gelisah.
KAMU SEDANG MEMBACA
All About Rain
General FictionPilihlah tempat paling hening, lalu bacalah sambil menyeruput secangkir coklat panas. Maka sayup-sayup akan terdengar suara hujan yang sedang bercerita.