16

1K 75 2
                                    

16
Sebelumnya, jiyong bertanya bagaimana caranya membawa ha neul ke rumah sakit. Sekarang, karena dirinya, ha neul akhirnya sampai di rumah sakit. Sayangnya, bukan hanya ha neul yang sekarang tengah ditangani oleh dokter, melainkan juga jiyong yang keadaannya masih belum stabil setelah kehilangan banyak darah.

Malam itu, Fay lisa duduk di depan ruang ICU dengan mata sembab. Tidak pernah terpikir olehnya jika menangis akan menguras banyak tenaga manusia. Ia benar-benar merasa lelah. Gadis peri itu tertunduk, sesekali menghela nafas dalam-dalam sambil memikirkan dua orang yang menjadi alasannya turun ke bumi sekarang tengah bernasib malang.

Bukan hanya Fay lisa, hyorin yang juga cemas sudah berwajah lesu. Di pangkuannya, Davi sudah mulai tertidur. Begitu pun bi unha dan pak bobby yang sama cemasnya.

Pintu ruang ICU terbuka. Langsung saja taeyang yang baru akan keluar diserbu oleh hyorin, bi unha dan pak bobby. Sedangkan Fay lisa, ia masih bingung di tempat duduknya. "Gimana?" tanya hyorin pada suaminya.

"Ha neul udah sadar. Baru aja perawat mindahin dia ke ruang rawat lewat pintu belakang ICU," jawab taeyang. "Dia nyariin kamu, Fay." taeyang mengarahkan pandangannya pada Fay lisa.

Akhirnya, Fay lisa bangun dari duduknya. "Ha neul gak papa, kan?" tanyanya panik.

"Sementara ini ha neul gak papa, dia cuma dehidrasi. Tapi, besok dia harus diperiksa lebih lanjut," taeyang menerangkan. "Sebenarnya tadi siang jiyong udah bikin janji sama temen aku buat periksa keadaan ha neul. Ya... aku pikir jiyong gak jadi bawa ha neul ke sini, soalnya sampai sore tadi dia gak datang, Tapi, sekarang malah dia sendiri ikut masuk rumah sakit."

Taeyang beralih mengusap kepala Davi. "Lagian, kenapa Davi sama ha neul bisa sampai hampir diculik? Kenapa kamu biarin Davi pergi sejauh itu?" tanyanya, kecewa pada sang istri.

"Maafin aku. Aku gak tahu kalau gerbangnya kebuka. Lupa juga kalau satpam kita lagi libur" sesal hyorin. "Nanti aku jelasin lengkapnya sama kamu. Tapi, jiyong… sekarang dia gimana?"

"Ya udah, nanti aja jelasinnya." taeyang menghela nafas kasar. "Luka tusukan jiyong cukup dalam, tapi gak sampai ngerusak organ dalamnya. Dia cuma kehilangan banyak darah. Sekarang dia masih ditangani sama dokter bedah. Kalian tenang aja, jiyong gak papa."

Walaupun belum sepenuhnya tenang, tapi Fay lisa sudah merasa cukup lega. "Umm... aku boleh ketemu ha neul?"

"Boleh, ha neul emang nunggu kamu. Tapi, sebaiknya kamu sendiri aja. Biar ha neul langsung istirahat."

"Iya." Fay lisa mengangguk.

"Aku antar Fay dulu, ya?" pamit taeyang pada hyorin. Hyorin hanya mengangguk.

~~~

"Ka fay!" ha neul bangun dari posisi tidur, lalu merentangan kedua tangannya, meminta pelukan Fay lisa yang baru saja masuk ke dalam ruangan. Dua orang perawat yang menemaninya di ruangan itu bergegas keluar saat merasa sudah aman meninggalkan gadis mungil itu bersama keluarganya.

"Iya, sayang. Ka Fay di sini." Fay lisa memeluk ha neul di atas tempat tidurnya. Sedangkan taeyang yang mengantarnya kembali keluar mengikuti dua perawat tadi.

"Dady mana? Dady gak papa, kan? Tadi perut dady keluarin banyak darah. Aku takut." ha neul melepaskan pelukan Fay lisa sebelum Fay lisa sempat menjawabnya. Ia melihat ke sekeliling ruangan itu. Semuanya putih, termasuk perabotannya. Dan terdapat beberapa peralatan medis yang hanya membuatnya semakin takut. "Aku juga takut di sini. Aku gak mau, mau pulang aja, di sini seram."

"Ssutt...." Fay lisa menenangkan ha neul yang mulai ketakutan. "Kan ada ka Fay, jadi kamu gak usah takut. Kamu lihat ka Fay aja ya, jangan lihatin ruangan ini." Ia kembali memeluk ha neul, berusaha menutupi penglihatannya dari ruangan itu. "Dady juga gak papa, tapi kita belum bisa ketemu dady. Nanti kalau dady udah selesai diobati, baru kita lihat dady ke kamarnya. Sekarang, kamu bobo aja, ya. Ka Fay peluk kamu di sini sampai kamu bobo."

Fairy Nalalisa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang