17

1.9K 120 18
                                    

"Hai, Fay," sapa seungri dengan senyum ramahnya.

"H-hai...."

"Barusan aku denger kamu mau keluar, kenapa?" tanya seungri pada Fay lisa yang masih melongo, kaku. "Gak sopan loh, kalau ada tamu baru datang, eh tuan rumahnya malah ke luar ninggalin."

"Umm...." Fay lisa menoleh singkat pada jiyong. "Ya... sebenarnya aku juga bukan tuan rumah di sini."

"Tapi, buat jiyong sama ha neul, kayaknya kamu udah jadi bagian dari rumah mereka," seungri menimpali. "Lebih gak sopan lagi kalau kamu biarin mereka berdua mikir 'Ya' dan kamu tetep 'Gak'." Ucapannya ini seketika membuat suasana ruangan tidak nyaman.

"Lo salah minum obat?" tanya jiyong, memicing pada seungri.

"Iya, omongan lo aneh," hyuna menambahkan dengan delikan sinis.

Bukan aneh, seungri hanya tengah berusaha menebak keadaan. Dan lukisan ha neul yang masih ada padanya cukup menjadi petunjuk. "Ya... anggap aja gue lagi teler, makanya ngelantur," selorohnya. "Oh ya, Fay, biar aku temenin yuk, keluarnya! Lagian ha neulnya juga tidur, jadi males di sini cuma buat liatin mereka berdua. Umm... mungkin kamu lebih ngerti gimana rasanya, Fay?"

"..." Fay lisa justru semakin tidak mengerti maksud seungri. Akhirnya, ia hanya mengendikan bahu.

"Udah, ayo! Katanya mau ke luar." Langsung saja seungri menarik tangan Fay lisa keluar dari ruangan itu.

Hyuna tersenyum licik, merasa kemenangan berpihak padanya saat Fay dan seungri membiarkannya berdua saja dengan jiyong. Sebenarnya, bertiga dengan ha neul yang masih tertidur. "Bagus mereka ngerti buat ngasih kita ruang berdua," katanya puas. Ia mulai duduk sangat dekat di samping jiyong.

Sebaliknya, jiyong justru merasa kesal karena seungri membawa Fay lisa keluar. "Please, aku lagi sakit jadi jangan ngelakuin hal aneh-aneh." Wajah malas jiyong kini berganti serius.

"Yong, aku kan ke sini mau nemenin kamu," jawab hyuna sambil mengusap dahi jiyong. "Apanya yang aneh-aneh?"

Jiyong menepis tangan hyuna lalu menghela nafas kasar. "Hyuna, kita udah sama-sama dewasa, dan kamu harusnya bisa ngerti dengan sikap aku selama ini. Aku cuma nganggap kamu teman dan rekan kerja. Gak lebih dan aku harap gak akan pernah lebih dari itu."

"Yong," hyuna diam sesaat. "Denger, ya! Aku gak peduli kamu ngomong apapun aku tetep-"

"Jangan rendahin harga diri kamu lagi," jiyong menyela. "Kamu cantik, semua orang tahu. Dan kamu bisa dapatin cowo manapun yang kamu mau, tapi bukan aku. Jujur aja, aku cape sama sikap kamu selama ini, masa kamu sendiri gak cape? Jadi, udah waktunya aku tegas."

"Tapi, yong…, selama ini aku ngelakuin semuanya sampai rela ngejar-ngejar kamu itu karena aku sayang banget sama kamu, aku cinta sama kamu, aku cuma mau sama kamu." hyuna tetap bersikeras, sedikit memelas. Hatinya sakit, pasti. Ketegasan jiyong kali ini benar-benar membuatnya ingin menangis.

"Tapi aku enggak," jiyong kembali berkata jujur. Dan ia sadar jika itu memang sadis.

"Kamu... jahat, yong!" Mata hyuna mulai berkaca-kaca.

"Lebih baik aku jahat sekarang dari pada nanti," tukas jiyong "hyuna, udah waktunya kamu terima kenyataan. Please, biarin aku fokus sama ha neul."

"Bohong!" Sergah hyuna sedikit membentak. "Dari dulu sampai sekarang hidup kamu kan, emang cuma buat ha neul. Jadi, sekarang kamu tiba-tiba berubah gini bukan gara-gara ha neul lagi, tapi pasti gara-gara cewe aneh itu, kan?" tebaknya yakin. "Kamu suka kan, sama Fay? Makanya kamu gak mau aku ganggu kalian."

"Iya!" jawab jiyong mantap. "Aku suka sama cewe aneh itu, tapi bukan gara-gara dia aku ngomong sekasar ini sama kamu sekarang. Aku cuma ngerasa udah waktunya kamu berhenti, stop. Aku gak mau kamu terus maksain diri gini. Gak semua yang kamu mau harus kamu dapatin. Dan aku yakin, nanti kamu bisa dapatin yang lebih baik dari aku."

Fairy Nalalisa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang