PULANG DAN REBAH

30 1 0
                                    

PULANG DAN REBAH

Masih terpatri awet dibenakku, aku adalah aku yang berusia 5 tahun. Seorang anak gadis tunggal dengan kakak laki laki terpaut beda usia 3 tahun.

Aku adalah aku yang senang menunggu hari minggu, karena mama selalu mengajak ke rumah nenek atau tante untuk berkunjung. Aku dan sepupu ku selalu siap dengan sepeda masing masing untuk berkeliling disekitar komplek nenek. Dan kakak selalu mengayuh sepeda ku yang berwarna pink Mirabella karena aku belum pandai bersepeda.

Warung gorengan "One", nama panggilannya memang One, bukan mengada ada. Adalah warung gorengan paling enak dengan menyediakan es kelapa muda nya yang seharga seribu rupiah dan gorengan seharga lima ratus perak. Tentu bakwan adalah favorit ku. Nikmat sekali rasanya. Hari minggu benar benar kami nanti karena itu adalah hari kami selalu bersepeda dan pergi ke warung gorengan andalan kami.

Aku masih ingat, aku adalah aku yang senang sekali mengganggu mama ketika sedang berdandan di cermin, aku selalu mengambil lipstick merah menyala milik mama dan mengoleskannya ke bibirku, dan aku mahir tanpa menggunakan cermin sekalipun. Mama dan keluarga ku bilang, aku jago sekali memakai lipstick tanpa cermin. Setelah aku siap dengan dandananku, aku mencari cari selendang, lagi lagi milik mama. Aku pasangkan di bahu ku atau dikepalaku, dipikiranku, aku ingin berlagak bak pengantin pengantin di film india. Kebetulan aku dan mama pecinta film india, bahkan dari aku berusia 4 tahun. Semua karena mama yang mempunyai banyak sekali koleksi dvd film india. Setelah selendang dapat, aku mencari cari sepatu high heels milik mama (lagi), walaupun dikaki ku sepatu itu besar sekali, kaki ku hanya menempati bagian paling depan dari high heels itu. Dan setiap kali aku melangkah, sepatu itu terseret seret dengan bunyi "Plok..Plok.." tidak jelas, tapi aku merasa cantik sekali, dandanan yang bagiku saat itu sudah sangat mirip aktris india.

Sebagai pelengkap, tak jarang aku menggunakan kaca mata hitam yang memang dibelikan mama untukku, kacamata tersebut sering sekali aku pasangkan dalam posisi yang terbalik. "Cekrekkk!!" bunyi kamera digital milik alm kakek waktu itu, setiap kali aku berdandan dengan high heels dan lainnya, orang orang dirumah senang menjepret ku dengan kamera tersebut, baik itu secara diam diam atau mereka sendiri meminta aku berpose. Dan lucunya, aku akan berpose sangat centil ketika mereka meminta aku untuk berfoto. Aku duduk dengan setangkai bunga palsu berpose acting sedang menghirup aroma bunga tersebut, pernah. Pose dengan kacamata terbalik dan lipstick merah dibibir, pernah. Pose sedang memeluk boneka, pernah. Pose sedang memegang microphone bernyanyi karaoke di ruang tengah, pernah. Dan masih banyak lagi. Aku suka tertawa geli melihat foto foto tersebut.

Aku ingat betul, aku adalah aku yang sangat bahagia karena dibelikan gaun pengantin versi anak anak berwarna putih dengan payetan dan pernak pernik indah dijahit dibagian kain gaun tersebut. Dari jauh terlihat berkilau dan berkelip. Aku sangat suka dengan gaun tersebut.

Dan aku masih ingat, aku adalah aku yang senang dengan hujan disiang hingga sore hari karena suhu nya yang sejuk, mama membuatkan susu coklat hangat dalam botol khusus yang biasa aku gunakan untuk minum susu. Aku berada ditengah tengah mama dan ayah untuk tidur siang dengan botol susu hangat aku minum sambil berbaring, aku akan mudah terlelap jika mama menggaruk garuk telapak kaki ku, entah itu gatal atau bahkan tidak gatal sama sekali, aku senang meminta mama menggaruk telapak kaki ku. Dengan begitu, dijamin aku akan terlelap dalam waktu yang cepat.

Dan dari sekian ingatan akan kenangan masa kecilku, aku juga masih ingat kala aku senang meniup perut mama dan tertawa setiap medengar bunyi perut mama yang aku tiupkan. Itu sudah menjadi seperti kebiasaan ku ketika menjelang tidur siang.

Itu sekilas memori yang terbingkis 15 tahun yang lalu, sekarang aku berusia 20 tahun. Aku jauh diperantauan, kadang rindu dengan suasana rumah yang hangat dan aroma masakan ibu yang tercium hingga teras depan rumah. Aku rindu ketika masih pada masa putih abu abu, karena tidak biasa sarapan pagi, mama membuatkan susu coklat hangat dan telur rebus yang dibelah 2 kemudian dilumuri kecap manis dibagian kuning telur nya. Entahlah, buatan mama rasanya enak sekali, aku rindu.

Dan aku rindu, pulang sekolah ketika sudah lelah, baru berada di depan pintu rumah aku sudah bisa mencium aroma masakan makan siang yang sedang dimasak oleh mama di ruang dapur. Lelah seolah terbayar, "Makan enak" benakku.

Sekarang aku 20 tahun, aku tidak lagi selalu bisa berada dirumah. "Dimana Bumi di Pijak, Disana Langit Dijunjung", aku harus menerapkan peribahasa itu di usia yang sekarang.

Aku tidak lagi bisa meminta telur dengan kecap manis di pagi hari, perlu beberapa kali dalam setahun untuk dapat menginjakkan kaki dirumah yang biasa menyambutku dengan aroma masakan buatan mama. Di usia ini, surat cuti dan tiket pulang liburan adalah hadiah yang sangat dinanti setiap dalam satu tahun. Aku rindu mama, ayah, abang, adik dan keluarga di rumah. Aku rindu akan pulang, rumah tempat aku bisa rebah dan menyandarkan lelah.

Rumah bukan tempat yang serba apa apanya lah, tapi cukup yang membuat kita tenang dan malas untuk berpindah.

Aku ingin sebentar saja, menjadi gadis kecil itu. Menangis saat terluka lututnya, tertawa gelak saat mendengar suara perut mama yang aku tiupkan. Aku ingin menjadi gadis kecil itu, sebentar saja yang dengan polosnya meminta maaf apabila buat mama marah, sebentar saja aku ingin menjadi gadis kecil itu yang dengan lugu nya selalu bertanya bila ingin membeli sesuatu di took mainan "Ma, uang kita masih ada? Aku mau beli itu ya". Aku ingin menjadi gadis kecil itu, yang bisa terlelap tenang dengan susu coklat hangat di botol khas pembelian mama yang diminum sambil berbaring, aku I ngin sekali, tidak untuk berlama lama, aku hanya mau sebentar.

Pulang dan RebahWhere stories live. Discover now