Pink Muda menempelkan kalungnya pada gerbang dan gerbang pun terbuka. Cahaya menyilaukan mulai menyebar dan membawa kami masuk ke dunia yang baru.
Underworld.
Dunia yang dibagi menjadi dua kerajaan, yaitu Kerajaan Shine dan Kerajaan Dark. Dua kerajaan besar yang saling bermusuhan. Beberapa detik yang lalu, kami sudah sampai di sini. Di Underworld.
‘Heh? Di mana ini?’ Aku membuka mataku setelah terkena cahaya yang menyilaukan dari gerbang penghubung.
Pemandangan di sekitarku bukan lagi dinding-dinding gua yang disinari cahaya kunang-kunang, tetapi hamparan rumput yang mengering dengan suasana merah kehitaman. Mencekam. Langit berwarna merah darah dan tak ada cahaya apapun. Aku tidak tahu, saat ini siang atau malam. Hanya ada kegelapan di mana-mana.
Kulihat pakaianku. Pakaian santaiku berubah. Baju lengan panjang dan celana panjang ditutupi oleh sebuah jubah bertudung. Sebuah kancing ada di depan dada agar jubah tidak terbuka. Warna baju senada dengan warna rambut kami, sedangkan warna kancing senada dengan warna mata kami.
Aku perhatikan teman-teman dan Sensei di sampingku. Mereka menunjukkan ekspresi yang sama denganku saat melihat perubahan suasana dan pakaian mereka, termasuk Pink Muda. Kecuali Sensei yang berekspresi seperti kembali pulang ke kampung halaman dan merindukan orang yang dicintainya.
“Ayo, jalan.” Kalimat pertama dari Sensei memecah kebingungan kami. “Sambil berjalan, Sensei akan menjelaskan beberapa hal pada kalian. Akan tetapi, yang pertama...” Tiba-tiba Sensei berhenti berjalan dan berbalik badan menghadap kami yang mengikutinya dari belakang. “Selamat datang di Underworld.” “Underwolrd.” Aku mengucapkan kata terakhir dengan intonasi sangat rendah bahkan hampir tidak terdengar.
Aku masih belum percaya. Beberapa detik yang lalu, kami masih berada di bumi dan sekarang berada di dunia yang baru. Semua keraguanku hilang, setelah penjelasan Sensei berikutnya.
“Lihatlah! Itu adalah Kerajaan Shine.” Sensei menunjuk ke arah sebuah istana yang berada di atas bukit yang jauh.
“Ano... Kira-kira butuh waktu berapa lama untuk sampai di sana?”
“Kira-kira beberapa jam, jika menggunakan sayap. Akan tetapi, kita tidak akan pergi ke sana untuk saat ini. Di sekitar sini ada rumah-rumah penduduk, kita akan tinggal di sana untuk sementara.”
“Rumah penduduk? Tinggal? Apa tidak apa-apa?”
“Tenang saja, HItam-kun. Desa ini sudah kosong sejak enam belas tahun lalu, entah pergi ke mana para penduduk menyelamatkan diri. Kita akan tinggal di salah satu rumah yang masih bisa ditinggali. Karena dulu, banyak rumah yang sudah terbakar karena serangan prajurit Dark. Ayo!”
Kami mengikuti di belakang. Berjalan dalam diam. Saat sampai di kaki bukit, kami bisa melihat desa yang dimaksud Sensei. Dari kejauhan, desa itu terlihat begitu menyedihkan. Banyak rumah yang habis terbakar. Belum lagi waktu enam belas tahun berlalu, memberi kesan menyeramkan pada desa ini. Desa kosong.
Kami masuk ke dalam desa dan berpencar mencari rumah yang masih bisa ditinggali. Aku berkeliling bersama Coklat. Kami pergi ke arah barat. Yang kami lihat hanyalah bangkai-bangkai rumah yang tinggal tumpukan kayu. Selama berkeliling, Coklat menutup mulutnya, merasa betapa kejamnya orang yang melakukan ini. Aku merasa, bukan manusia yang melakukan ini, tetapi binatang.
Kami kembali ke gerbang desa setelah memastikan di daerah barat tidak ada rumah yang bisa ditinggali. Kami semua berkumpul dan melaporkan hasil pencarian. Ternyata, Merah-kun menemukan sebuah rumah yang masih bisa digunakan di daerah utara desa. Kami pun bergegas ke sana.
Akhirnya, hari pertama hanya dihabiskan untuk mencari tempat menginap. “Baiklah, Sensei akan menjelaskan sesuatu pada kalian.” Kami sudah berkumpul di ruang tengah setelah membereskan beberapa barang yang berserakan.
“Di bagian pinggang belakang kalian, ada sebuah pisau. Pisau itu digunakan di saat-saat darurat, di mana kalian kehilangan senjata utama kalian dan tidak bisa mengeluarkan cosmo karena kelelahan. Nah, besuk kita akan berlatih menciptakan senjata kalian. Tentunya setelah sarapan pagi.”
“Baik.”
“Sekarang kalian istirahat saja. Selamat malam.”
“Selamat malam.”
Setelah itu, kami masuk ke kamar kami masing-masing. Rumah ini cukup besar, banyak kamar yang masih bisa digunakan. Kami masuk ke kamar yang telah kami sepakati siang tadi. Para gadis dalam satu kamar dan para laki-laki dalam satu kamar. Tak lama setelah masuk kamar, kami terlelap.
Keesokan harinya, kami membagi tugas. Merah-kun dan Biru Muda bertugas mengambil air di sungai dekat desa. Sensei dan Coklat bertugas memasak. Aku dan Pink Muda bertugas mencari kayu bakar. Sebenarnya, aku yang memilih mencari kayu bakar dengan Pink Muda karena ada sesuatu yang ingin aku tanyakan padanya sejak kemarin.
Saat kami mencari kayu bakar di bukit yang kemarin kami lalui, aku bertanya padanya.
“Pink Muda, apa kau baik-baik saja?”
Hanya anggukan yang aku dapat.
“Apa kau tidak enak badan? Jika kau sakit, kau istirahat saja. Biar aku yang mencari kayu bakarnya.”
Sekarang gelengan jawabannya. Karena sedikit kesal, aku menaruh kayu bakar yang ada di tanganku ke tanah dan menarik lengan Pink Muda agar menghadap diriku. Pink Muda terkejut dan menjatuhkan kayu bakar yang dibawanya.
“Kenapa? Ada apa denganmu?”
“Aku hanya terkejut. Ini adalah kali pertama aku berada di tempat di mana aku dilahirkan setelah enam belas tahun di bumi. Aku terkejut dan sedih, kampung halamanku rusak parah. Aku ingin mengembalikan cahaya ke kerajaan ini.”
“Kalau begitu, kembalikanlah cahaya ke kerajaan ini. Kau pasti bisa. Dan karena itulah kami ada di sini. Kami akan membantumu.”
Pink muda mengangkat kepalanya dan menatapku kebingungan. Aku balas mengangguk mantap. Kemudian, satu tetes air mata Pink Muda jatuh ke tanah. Tiba-tiba, pohon di samping kami bersinar menunjukkan wujud aslinya. Pohon sakura. Bunga-bunganya bermekaran dan jatuh menghujani kami seperti musim semi. Dan ada sesuatu yang keluar dari pohon itu.
Dari balik bunga-bunga sakura yang berjatuhan, ada dua buah cahaya terang yang turun menuju kami. Cahaya-cahaya itu turun ke bawah sambil berputar. Sampai pada akhirnya berada di tengah-tengah kami. Cahaya-cahaya itu pun berubah menjadi sesuatu. Seekor rubah.
Salah satu rubah bergerak mendekatiku. Aku secara spontan meraih dan memeluknya tanpa pikir panjang. Sedangkan yang lain turun ke tanah. Kedua rubah itu membuka matanya. Rubah yang ada di pelukanku, menatapku dengan tatapan bahagia. Dan rubah yang ada di tanah menatap Pink Muda dengan mata bulat kecilnya.
Aku dan Pink Muda tidak mengerti apa yang terjadi. Jadi, kami memutuskan untuk membawa mereka pulang bersama kami. Tak lupa kami juga memungut kayu bakar yang kami jatuhkan tadi.
Sesampainya di rumah, semua sudah berkumpul. Mereka menatap kepulangan kami dengan heran. Bukan karena betapa lamanya kami pergi, melainkan hewan yang kami bawa. Satu berjalan di samping Pink Muda dan satu lagi ada dalam pelukanku.
Setelah sarapan sambil aku menceritakan apa yang terjadi, suasana menjadi hening. Bahkan Sensei, yang sudah berada di Underworld sebelumnya, tidak tahu apa yang terjadi. Tiba-tiba, kedua rubah yang tiduran di atas meja makan, mengeluarkan sinar. Triing....
Seorang gadis dan laki-laki berambut putih sedang tidur saling berpelukan, sama seperti posisi kedua rubah tadi. Kami semua terkejut dan bangkit berdiri. Karena suara gesekan kursi dengan lantai, kedua anak yang tertidur di atas meja terbangun.
Mereka mengerjapkan mata beberapa kali. Mata yang berwarna oranye. Lalu, sang gadis menatapku dan sang laki-laki menatap Coklat. Pandangan kami saling bertemu. Dan mereka menatap yang lainnya. Kemudian, setelah sadar bahwa mereka ada di atas meja, mereka segera turun dan meminta maaf.
“Maafkan kami. Kami sudah tidak sopan.” Sambil menundukkan kepala.
“S-siapa kalian?” Aku bertanya gugup kepada mereka.
“Selamat datang di Underworld...” Sang laki-laki yang menjawab.
“... Kami adalah pelindung dunia ini. Pelindung Underworld.” Lanjut sang gadis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kenangan Tanpa Akhir
FantasyPertemuan seorang anak dengan berbagai keanehan yang kemudian menuntunnya menuju ke sebuah petualangan.