3. Weird

643 81 2
                                    

Setelah Jinhwan melepas tautan tangan mereka dan berlari menuju kelasnya meninggalkan Ha, ia tidak bisa berhenti tersenyum mengingat lucunya muka Jinhwan saat memerah tadi. Hanbin terus tersenyum sambil berjalan menuju kelasnya dan memilih tempat dipojok belakang.

Tidak seperti Jinhwan, Hanbin tidak suka untuk menempati baris depan maupun tengah, tempat itu tidak bisa dipakai untuk tidur dan bermain handphone saat pelajaran, katanya.

Walaupun begitu, dia memiliki kesamaan dengan Jinhwan, tidak mudah bergaul dengan orang baru. Bedanya, Hanbin tidak bisa bersikap ramah terhadap orang baru, ia akan bersikap sangat dingin terhadap orang-orang yang baru ditemuinya.

Cukup sial bagi hanbin, karena ternyata kelas yang ditempati hanbin mayoritas diisi oleh anak yang sepertinya bukan anak-anak penurut. Buktinya, kursi belakang bisa dikatakan sudah penuh. Hanya tersisa 1 tempat kosong dan ada namja berkulit tan dengan penampilan urakan disampingnya.

Mau tidak mau, Hanbin harus menempati tempat itu, duduk dengan orang baru tidak masalah asalkan tidak duduk dibarisan depan, pikir Hanbin.

Hanbin duduk ditempat itu tanpa menyapa seseorang yang sudah terlebih dahulu menempati tempat disampingnya. Dia melempar tasnya asal keatas meja dan menyenderkan tubuhnya ke senderan kursi. Hanbin masih tetap memikirkan Jinhwan.

Hanbin teringat bagaimana lucu dan menggemaskannya Jinhwan saat ia menggenggam tangannya dan menggodanya, bagaimana hangat dan lembutnya tangan Jinhwan, dan jangan lupakan tangan Jinhwan yang terasa begitu pas di genggaman Hanbin. Lagi, tanpa sadar hanbin tersenyum sendiri dengan tatapan kosong sehingga mendapat tatapan aneh dari beberapa siswa maupun siswi yang melihatnya, termasuk dari namja tan disampingnya.

"Ku rasa kau tidak seharusnya masuk ke sekolah ini, pria aneh," sarkas namja tan yang duduk disamping Hanbin tadi.

"Apa maksudmu, hitam? dan siapa yang kau panggil aneh itu?" saut Hanbin dengan datar namun memberikan tatapan yang cukup tajam dan mengintimidasi kepada namja tan itu.

"Menurutmu siapa? Hanya kau pria aneh yang dengan tidak sopannya melempar tas secara asal dan mengejutkanku lalu senyum-senyum sendiri seperti itu. Apa kau pikir itu normal? Hhh... dasar namja aneh," namja tan itu menjawab hanbin dengan sedikit kesal. benar-benar aneh namja disampingku ini, batinnya.

"Dasar namja lemah. Begitu saja kau sudah terkejut, bagaimana bisa kau menjadi namja pelindung untuk kekasihmu nanti? Lagipula aku tidak bermaksud mengejutkanmu, kau saja yang berlebihan." Hanbin menjawab tanpa menoleh kepada namja tan disampingnya itu.

"Tatap lawanmu saat berbicara dengannya, bodoh. Sudahlah, ini masih pagi. Aku lelah berdebat denganmu. Kita akan menjadi teman sebangku untuk waktu yang lama, bukan? Bolehkah ku tau namamu? Kau cukup manis untuk ku jadikan uke ku," namja tan itu mengulurkan tanggannya namun segera ditepis oleh hanbin.

"Cih, apa maksudmu, bodoh. Kau akan menjadikanku ukemu? Aku ini seorang namja normal. Aku tidak menyukai namja, apalagi untuk menjadi seorang uke. Sangat tidak pantas untukku," sahut Hanbin ketus.

"Lalu, apa kau pernah berpacaran dengan wanita?" Hanbin yang mendengar pertanyaan itu menatap namja disebelahnya dengan ekspresi terkejut, dan membuatnya gagap saat akan menjawab pertanyaan itu.

"A-aku memang belum p-ernah. Tap-tapi aku normal. Sungguh. Kalaupun aku akan menjadi gay, aku lah yang menjadi semenya. Jadi berhentilah mengajakku bicara jika hanya ingin menjadikanku sebagai ukemu." Dengan cepat hanbin menutupi kegugupannya dengan kembali memasang wajah datar.

"Baiklah, baiklah, aku tidak akan memintamu menjadi ukeku, lagipula kau terlalu tsundere untuk ku jadikan ukeku. Aku hanya ingin kita berteman, ku lihat kau belum punya teman dikelas ini, akupun sama. Mari berteman. Siapa namamu?" untuk kedua kalinya, namja tan itu mengulurkan tangannya untuk Hanbin, berharap Hanbin akan menerima dan membalasnya.

"Aku Kim Hanbin. Ku harap kau bisa menjadi teman yang menguntungkan," kali ini Hanbin menerima dan membalas uluran tangan namja tan itu dan memperkenalkan dirinya.

"Apa kau tidak mau tau namaku, Hanbin-ssi? Namaku-"

"Selamat pagi, semuanya!" ucapan namja tan tadi terpotong saat seorang guru masuk untuk memulai kelas.



















————————————————————



To be continue..




Beautiful Farewell (아름다운 작별) [BINHWAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang