Part 18

4.4K 324 28
                                    

"Halo, Bang Jim--"

"Elu bilang apa aja sama cewek gue, hah?!" teriak Jimmy begitu meradang saat Nadia mengangkat panggilan teleponnya.

"Cewek, Bang Jimmy? Siapa? Si penjual kopi di warung yang dekat jalan masuk it--"

"Nggak usah belagak bego lu, ya! Elu barusan ke Musola komplek terus gembar-gembor tentang gue tidur sama elo ke cewek dan Adek gue, maksudnya apa? Maksudnya apa, hah?!" Jimmy yang murka, benar-benar tak mampu menahan semua perkataan kasarnya.

"Ya maksudnya biar gue deket sama Saripah, dong. Apalagi? Kan Bang Jimmy itu orang yang udah ngambil perawannya Nadia. Jadi Abang harus bertanggung jawab! Lagian Nadia kesel dong mereka cekikikan soal Bang Jimmy yang katanya bakalan nikahin tuh cewek penjual kopi. Orang Nadia yang tidur sama Abang, kok malah dia yang main ngaku-ngaku seenaknya. Nadia kasih bukti deh biar matanya terbuka situ!"

"Nadia, elu-- Arghhh...! Brengsek!" umpat Jimmy dengan warna merah padam di seluruh wajah, jika saja Nadia dapat melihatnya, "Lu sadar nggak sih sama ocehan barusan, hah? Lu suruh gue apa? Tanggung jawab?! Emangnya pernah gue main sama lu dalam keadaan mabuk dan nggak pakai kondom? Lu kira lubang buaya punya lu itu cuma digenjot sama gue doang? Terus lu kira gue amnesia, makanya gue sampai lupa ingatan sama tingkah kegatelan elu yang minta gue carikan tamu biar bisa tetap shopping sana sini?!"

Skak mat!

Suara Nadia yang terisak, segera saja terdengar di kedua indera pendengaran Jimmy. Namun perasaan iba, sama sekali tak ada lagi dalam hati Jimmy.

"Lu dengerin gue ya, Nadia yang sok kecantikan dunia akhirat!" dan ia kembali menghina perempuan itu, "Karena lu udah ngarang cerita tentang calon anak gue ada di dalam perut lu? Maka mulai malam ini juga, gue bakalan kasih foto lu ke teman-teman preman gue yang banyak di Depok dan juga di Jakarta!"

"Ma..mau apa, Bang..." tanya Nadia, menghilangkan suara tangisannya.

"Mau apa lu bilang? Mau gue suruh perkosa sama mutilasi elu, perempuan jalang! Lu mau main gila sama gue, kan? Jadi kalau malam ini juga lu nggak naik ke rusun tempat Cewek dan Adek gue tinggal? Maka jangan salahkan gue, kalo napas lu habis besok! Klik," sambung Jimmy di ujung telepon.

"Arghhh... Sialannn...! Kenapa jadi begini sihhh...! Bang Jimmy brengsek! Gue kayak gini itu gara-gara elu duluan yang ambil perawan gue, Bang! Elu yang ajarin kayak giniii...!" pekik Nadia melempar ponselnya ke tempat tidur.

Dengan gerakan cepat ia berdiri dan mengambil sweater rajut miliknya yang berada di belakang pintu kamar, memakai sendal jepit biasa dan keluar dari rusun miliknya.

Ia naik ke lantai empat dan mencari hunian Saripah terlebih dahulu. Lalu mengetuk pintu dengan sangat tidak sabaran.

Tok... Tok... Tok... Tok... Tok... Tok... Tok... Tok...

"Aduhhh... Berisik banget sih! Siapa di luar sana, hah? Maling atau kucing?!" suara Saripah pun terdengar akhirnya.

Ceklek

Pintu hunian yang terbuat dari dua lembar plywood itu pun terbuka, dan muncul juga adik Jimmy Waluyo itu di hadapan Nadia.

"Elu lagi! Mau apa lu kemari?! Mau bilang elu udah positif hamil dan anak dalam perut lu itu beneran calon keponakan gue?! Dari mana lu bisa yakin itu anak Abang gue? Emang udah sebulan lu tidur sama dia?!" repet Saripah dengan aura wajah yang sangat tidak bersahabat.

"Gue mau minta maaf. Jadi--"

"Jadi apa? Jadi lu mau bilang yang tadi di Musola komplek itu bohong semuanya? Atau lu mau bilang kalo foto tadi hasil editan lu, dan lu buat kayak gitu karena cinta mati sama Bang Jimmy terus di tolak? Atau apa, hem?" sanggah Saripah melipat kedua tangannya di dada.

"Gue nggak bohong kalo soal tidur bareng sama Bang Jimmy," sahut Nadia mulai bercerita dan Saripah menyiapkan batinnya.

"Terus lu datang ke sini mau apa kalo gitu?"

"Gue mau jelasin soal hamil yang tadi gue bilang di Mushola. Jadi malam itu, Bang Jimmy tidur sama gue pake kondom kok. Gue bohong karena nggak suka aja sama cewek penjual kopi yang bisa seenaknya cerita soal Bang Jimmy, padahal perawan gue udah di ambil sama Bang Jimmy dan dia juga yang buat gue ketagihan," terang Nadia, "Gue ini sering ketagihan dan nggak bisa menahan diri sejak Bang Jimmy gituin, Saripah. Gue jadi suka cari pelampiasan sama cowok lain, waktu Bang Jimmy susah dibujuk buat gituan. Karena kebetulan cowok-cowok itu ada yang ngasih duit sama ajak shopping? Makanya lama-lama gue jadi cewek nggak bener."

"Oh, gue tau! Jadi lu mau nyalahin Bang Jimmy, makanya tadi lu fitnah dia depan Mpok Jejen? Lu nggak mau Abang gue bahagia, karena ternyata ada yang tulus mau terima kekurangan dia dan juga udah berhasil buat dia berubah?" repet Saripah semakin geram.

Hening...

Wajah Nadia merah padam, menahan rasa malu bercampur kekesalannya di sana.

Keheningan juga berhasil membuat Saripah geram, apalagi suara nyamuk semakin terdengar di telinganya.

"Gue kasih tau ya, Nadia. Jodoh itu udah digariskan masing-masing sama Allah. Sebejat apa pun kelakuan kita di masa lalu? Allah pasti akan memaafkan kita, asal mau berubah," ujar Saripah, akhirnya menularkan jurus kesabaran dan keikhlasan yang ia pelajari saat masih menjadi seorang santriwati lima tahun lalu, "Jadi saran gue? Elu ikhlaskan aja Bang Jimmy bahagia sama takdir yang akan Allah kasih, akibat perubahan baik yang dia buat. Karena kalo lu ikhlas dan ridho, Insya Allah nanti elu juga bakalan dikasih kesempatan bahagia yang sama kayak Abang gue. Gimana?" lanjut Saripah, melembutkan suaranya.

Saripah bahkan mengambil dua telapak tangan Nadia untuk menyalurkan kekuatan pada perempuan rapuh di depannya, sehingga bola mata Nadia pun berkaca-kaca di sana.

"Tapi sekarang gimana, Saripah? Bang Jimmy udah ancam gue di telepon tadi. Dia marah besar dan bilang kalo besok gue bakalan diperkosa terus dimutilasi sama teman-teman premannya. Gue takut sebenarnya, Saripah. Makanya gue ke sini karena disuruh sama dia buat ngejelasin semuanya," jujur Nadia pada akhirnya.

Satu napas kasar pun keluar dari dua lubang hidung Saripah, dan saat itu juga ia menutup pintu rusunnya.

"Ya, udah. Sekarang lu ikut gue, oke? Lu nggak tau kan di mana rusunnya Mpok Jejen?" tanya Saripah dan Nadia mengangguk, "Gue anterin lu buat jelasin semua sama Mpok Jejen, oke? Gue tau banget sih kayak apa tabiat Bang Jimmy itu. Jadi nanti, gue harap lu nggak bohong lagi di depan Mpok Jejen dan kalo bisa? Lu bantu gue buat meyakinkan dia kalo Bang Jimmy itu udah berubah. Bisa, kan?"

"Iya, Saripah. Gue usahain semoga aja hubungan Bang Jimmy baik-baik aja sama cewek itu," sahut Nadia, yang sebenarnya sangat tidak ikhlas melakukan hal tersebut.

Akan tetapi ancaman Jimmy benar-benar membuat suasana hatinya tak menentu, sehingga ia pun pasrah saat Saripah membawanya menuju ke pintu rusun Jenny.

🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓

To be continue...

WARUNG KOPI JENNY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang