Suddently

17 0 0
                                    

Alunan suara angin berkolaborasi dengan kicauan burung membuat melodi indah menghiasi waktu istirahat di SMA Harapan.

Seorang gadis cantik melangkahkan kaki jenjangnya yang terbalut dengan kaus kaki putih diatas mata kaki. Ditambah sepatu hitam polos dengan tali berwarna putih bersih. Langkah yang disertai dengan iringan lagu 'Zona Nyaman' melalui earphone putih yang menyantol pada lubang telinganya yang sedari tadi belum terlepas sejak ia keluar kelas setelah suara bel yang menyuarakan kemerdekaan hingga di koridor kelas yang riuh akan perbincangan dan canda tawa para warga sekolah.

Ia menggerakkan sedikit kepalanya ke kiri dan ke kanan mengikuti alunan musik yang sedang terputar. Tak lupa juga menyenandungkan sedikit lirik yang merupakan favoritnya.

Sembilu..yang dulu..biarlah berlalu.. bekerja bersama hati..kita ini insan bukan seekor sa-

Nyanyiannya terhenti ketika tiba-tiba saja ada seseorang yang melepas sebelah earphone-nya.

"Ck! Apaan sih. Rese' banget. Mana lagi reff  juga." Decak Andin dengan wajah kesal.

"Lagian lo, gue panggillin juga dari tadi malah ga nyaut." Balas lelaki yang biasa dipanggil 'korned' dengan tatapan tak mau kalah.

"Birisik lo korned. Mau lo apa sekarang?"

Mendengar pertanyaan dari Andin, cowok tampan tengil berkumis tipis ini segera menjawab " Bisa tolong anterin makalahnya ke Bu Dewan ga? Sekalian ntarkan lo lewat ruang guru hehe.." katanya sambil memelas.

Andine memutar bola matanya kesal.
"Ned! Napa gak lo aja yang anter sih. Gue ada urusan lain."

"Duh..Adin yang manis kaya gula jawa.. gue lagi di kejar waktu. Ntar lagi gue bakalan telat pergi Technical meeting di SMA Global, kalo berdiri disini terus. Mending lo bantuin gue, lagian kita sekelompok juga. Ini kan makalah lo juga." Tegas korned sedikit merayu.

"Halah basi lo. Bilang aja lo takut ketemu sama Pak Jek."

"Yaudah. Whatever you think din. Pokoknya anterin ke meja Bu Dewan ya. Gue cabut. dah." Ucap korned meninggalkan makalah tersebut dan berlari menjauh dari Andin.

Andin yang tak sempat mencegah lari si cheetah dari 'Gua tarantula' termangu kesal akibat perlakuan Korned yang tak bertanggung jawab.

Padahal korned bilang sendiri kemarin saat makalah itu selesai, ia akan mengantarkannya tepat di meja Bu Dewan yang bersebelahan dengan meja Pak Jek yang selalu menghantui korned dengan berbagai pertanyaan tak terduga.

Andin yang pasrah pun akhirnya berjalan menuju ruang guru dengan langkah malasnya.

Sesampainya diruang guru Andin mengucapkan salam saat masuk dan langsung melangkah menuju meja Bu Dewanti. Makalah diletakkan nya tepat diatas meja kerja Bu Dewanti. Setelah itu Andin berjalan menuju pintu hendak keluar dari ruangan yang begitu riuh akan gossip sana-sini tentang kenakalan siswa hingga kisah romansa sinetron orang ketiga.

Ruangan yang dihiasi buku-buku dan kertas-kertas yang bersusun meninggi diatas meja kayu beralas taplak biru itu. Untung saja ruangan ini memiliki cukup mesin pendingin ruangan jadi setidaknya didalam sini sangat nyaman buat 'ngadem' sejenak.

Saat hendak keluar dari ruang guru, seseorang memanggil Andin.

"Junisa Andine! Kemari sebentar!"

Andin menoleh ke sumber suara. Lalu ia tersenyum.

"Eh Ma'am. Iya ada apa Ma'am ?
Tanya andin melangkah mendekati orang tersebut.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 08, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Shy Sweet Boy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang