One

20 2 0
                                    

Suhu udara di Manado siang ini cukup berlebihan. 34 derajat. Demi neptunus Cia ingin segera sampai di rumahnya dan segera mandi. Rasanya otak kecil yang dimiliki ingin meledak saat ini juga. Beberapa jam yang lalu dosen di kampusnya sudah membuatnya pusing hingga membuat kepalanya pening dan saat ini dia ingin berteriak keras-keras bahkan tidak peduli dengan keramaian pusat kota. Toh sepertinya tidak ada yang mengenalnya. Tadinya Cia pikir dia ke kampus tidak akan lama karena hanya mengurus masalah ijazah. Namun dosen di kampusnya hanya membuatnya pusing dengan memerintahkan ke sana-sini.

Bulir-bulir keringat nampak membasahi kening perempuan bersurai hitam legam itu. Tisu merek paseo yang sering diiklankan tak akan mudah sobek itu kini tak berbentuk lagi di tangan Cia.

Angkot yang dinaiki perempuan itu berjalan lamban, faktanya? Macet.

Sesekali dia melirik arloji hitamnya yang sudah menunjukan pukul 12.06.
Sial! Sudah waktunya makan siang dan dia masih terkurung di sini, di tengah ramainya kota Manado.

Pikirannya melayang dengan olahan cumi pedas yang dimasak ibunya. Ah dia semakin lapar.

Tak lama kemudian bunyi notifikasi dari aplikasi instagram miliknya terdengar. Cia merogoh saku celana jeans ketat miliknya.

Aren Serchio baru saja menambahkan foto

Diam-diam perempuan itu tersenyum kecil. Namun senyuman itu luntur begitu saja saat melihat unggahan foto Aren.

Dan wah ada 300like dan 40 komentar.

Melani67 auu siapa nih Ren?

Aren_Srch tebaklah, tetangga lo lah

Aren_Srch cakap nggak? 😊

Strela woy gila ya lo? Foto beginian di upload? Nggak waras otak lo.. 😐

Aren_Srch lo yang gila @Strela 

Konitya ngantuk gw liat foto beginian

Aren_Srch jrit lo @konitya ngantuk? Tidur sono

Marlon 😊

Aren_Srch senyuman apaan?

Begitulah isi percakapan dalam posting Aren. Masih banyak komentar lagi tapi Cia tidak berniat untuk membacanya lebih jauh.

Benci.

Cia benci.

Entah dia benci pada siapa, yang pasti dia tidak suka dengan unggahan foto Aren.

Berbicara tentang Aren, sudah berapa lama mereka tidak bertemu?

Rasanya sudah lama sekali.

Ah! Dia ingat terakhir kali mereka bertemu adalah saat Ibu Aren meninggal.

Tanpa sengaja tangan perempuan itu menyentuh layar ponselnya dan mengklik tombol like.

"Ah Sial!" Cia mengoceh. Dia mendesah panjang. Dia tidak mungkin melike status Aren yang itu. Gadis itu kemudian menekan kembali layar ponselnya sebanyak dua kali.

Unlike? Mengapa tidak? Dia memang tidak suka dengan postingan Aren kali ini.

Beberapa menit setelahnya Cia kembali memasukan ponselnya ke dalam tas. Dia tidak mau semakin emosi dengan melihat postingan Aren.

Aren? Mungkin kalian bertanya siapa dia? Dan hubungan macam apa yang tengah Cia dan Aren lakoni?

Baiklah akan kujelaskan sedikit.

Aren adalah sosok laki-laki tinggi. Mungkin sekitaran 170 cm. Tampan? Iya. Baik? Iya. Gila? Sangat. Punya pacar? Entahlah aku bingung bisa menyebut itu pacar atau tidak. Kalian bisa menanyakannya langsung pada Cia.

Dan Cia.

Dia adalah sosok perempuan tulen yang sedikin tomboy. Tingginya cukup untuk ukuran perempuan. Yang pasti dia lebih tinggi dariku. Cantik? Iya. Baik? Iya. Gila? Sedikit.
Punya pacar? Tentu tidak. Sepertinya dia akan menjomblo seumur hidupnya.

Tidak. Aku hanya bercanda.

Dugaanku dia akan menjomblo hingga tahun 2020.

Lanjut Cia dan Aren adalah sepasang anak manusia yang menjalin hubungan persahabatan sejak kelas 2 SMA.

Dan seperti pepatah dalam hubungan persahabatan antara laki-laki dan perempuan 98% gagal.

Karena?

C.I.N.T.A

Dan itulah yang dirasakan Cia dan Aren.

Namun bedanya ini adalah cinta sepihak, sepihak yang menyakitkan.

Ah sudahlah, aku tidak akan membahas tentang masa lalu mereka. Aku ingin mengorek masa sekarang, dimana Cia tetap mencoba memperbaiki kesalahan di masa yang sudah lewat.

***
"Halo" Cia memegang ponsel, lalu mendekatkan pada telinganya.

"Hai Cices Gila" Cia tersentak. Dia kenal suara ini.

"Aren?" Tanpa sadar Cia bergumam.

"Iya gue, gila! Lo kenal banget ya ama suara bass gue" Aren berucap bangga.

"Ya dong, cuman lo kali yang nyapa gue dengan sebutan gila" Aren tertawa mendengar balasan Cia.

"Ces" panggil Aren pelan.

Cia tersenyum. Satu hal yang harus gadis itu banggakan dalam sejarah pertemanannya bersama Aren. Hanya laki-laki itu yang memanggilnya dengan sebutan 'Ces'.

"Ya, apaan nada bicara lo? Udah kayak mau mati aja" Cia menanggapi.

"Wahh tau lo"

"Iya, gue bentar lagi udah mau mati" Aren kembali berucap.

"Mati aja sono, gue seneng" Cia tertawa setelah berucap demikian.

"Tegaan lo, emang ya sahabat kayak lo nggak ada untungnya" Kesal. Aren berucap nada kesal.

"Bukan tegaan, emang lo pantes banget diginiin" (setelah lo hancurin hati gue bertahun-tahun)

"Udahlah, lupain kejahatan gue dan pinjami gue duit"

Cia melemaskan pundaknya.

Aren belum berubah.

"Gue nggak punya duit Ren, Lo tahu kan gue ini penggangguran"

"Ah Elu, ya udah"

Tut...tutt...

Sambungan terputus. Cia ingin sekali mencekik laki-laki itu. Seandainya Aren di depannya, Cia pastikan wajah laki-laki itu hancur berkeping-keping.

Halo selamat malam sodara...

Bagian 1nya up...

Vote, komennya diharapkan untuk kelangsungan hidup penulis 😅

Love SchwulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang