Three

10 1 0
                                    

Beberapa minggu berlalu sejak kabar kasus yang terjadi pada Aren dan pacarnya, selama itu Cia berhenti untuk mencari informasi mengenai laki-laki itu. Berhenti men-stalk akun media sosial Aren. Tapi itu tidak bertahan lama, karena nyatanya Cia tidak bisa menahan rasa keponya.

Dan semuanya berlalu hingga Cia menamatkan kuliahnya. Aren masih sempat datang pada acara syukuran wisudanya. Laki-laki itu masih tidak berubah.

Masih sama. Masih bersama pacar gaynya.

Kembali ke dunia yang sekarang, beberapa minggu ini yang dilakukan Cia hanyalah meringkuk di dalam kamarnya tanpa melakukan hal yang berarti.

Mencari pekerjaan? Susah.

Cia masih sementara menunggu surat berketerangan bebas tindakan kriminal. Hampir semua pekerjaan di Manado membutuhkan surat dari pihak kepolisian tersebut.

Cia heran apakah wajahnya nampak mirip seorang teroris hingga harus mengurus hal-hal semacam itu? Tapi sudahlah, dia memang harus mematuhi segala aturan jika ingin segera mendapat pekerjaan.

Jika saja dia sudah memiliki pekerjaan saat ini dia mungkin akan meminimalisir keingintahuannya tentang kehidupan Aren.

Meskipun kecil kemungkinannya karena mereka masih berada di bumi yang sama, melihat matahari yang sama dan bernafas dengan udara yang sama, Udara di Kota Manado.

Apalagi di Bulan Desember ini, godaan untuk tidak menjumpai Aren sangat besar. Alasannya? Teman Segeng sewaktu sekolah menengah Atas pasti memanggil untuk jalam bersama karena momen bertemu setahun sekali. Aren dan Cia berada di Geng yang sama.

Dan Cia harus mempersiapkan mentalnya untuk bertemu dengan lelaki jadi-jadian itu.

Cia heran kenapa dia sampai bisa suka kepada Aren yang peragakannya sudah seperti penjahat kelamin. Eh? Cia lupa, bahwa cinta tidak butuh alasan.

Apa sih...? Kenapa jadi se-alay ini...?

***
Dari kejahuan Cia melihat bayangan Aren. Lelaki itu menampak melangkah ke arahnya.

"Ces" ucap lelaki jakung itu.

Cia menoleh dan mengusap matanya, ini bukan mimpi kan?

Tapi tadi dia hanya duduk di kursi kayu yang ada di ruang keluarga rumahnya sembari menonton TV. Lalu saat ini dia melihat Aren namun bedanya mereka berada di tempat yang tidak Cia ketahui.

"Kenapa?" Cia masih mencoba mengusap wajahnya dan mencubit kulitnya. Eh kok sakit? Artinya Cia memang tidak sedang bermimpi.

"Aku rindu" Aren kembali bersuara.

Kenapa Aren malah bergaya Dilan dan Milea? Haruskan Cia menjawab jangan rindu, berat. Kamu nggak akan mampu. Biar aku saja. Tsk! Cia tidak akan sealay itu.

"Jangan bercanda Ren, meskipun Lo mau gaya kek Dilan nggak akan sama! Tampang aja beda banget" Cia malah tertawa melihat tingkah Aren yang rasanya sangat mustahil.

Iya beda, Dia suka perempuan, kamu suka laki Ren!

Cia jadi mengutuk dalam hati jika mengingat kenyataan dari orientasi seksual yang berbeda yang dimiliki Aren.

"Gue nggak bercanda! Gue beneran rindu ama lo" Aren semakin mendekat. Laki-laki muda itu itu bahkan menarik Cia dalam pelukannya.

Ini mimpi atau apa sih? Cia tidak mau jadi baper karena sikap Aren. Jika ini mimpi, maka Cia menamakan ini 'mimpi Durhaka'!

Cia merasa detak jantungnya semakin cepat, rasanya seperti ingin meledak.

"Ren..." Cia mencoba mendorong dan hendak melepaskan pelukan itu namun Aren malah semakin mengencangkan pelukannya.

"Diam... biarkan seperti ini sebentar" Aren kembali mendekap tubuh mungil Cia dengan erat, seakan tak mau melepaskannya.

"Sebenarnya apa yang terjadi Ren? Lo kok jadi aneh kek gini sih?" Dalam pelukan Aren, Cia mengucapkan pertanyaannya.

"Lo putus ama pacar lo?" Tidak mendapat respon dari pertanyaan pertama Cia kembali bertanya.

"Iya, Ces gue udah putus" ucap Aren dengan lirih. Sementara Cia jadi kesal sendiri. Jadi Aren menjadikannya pelampiasan begitu?

Sialan memang laki-laki itu.

"Terus lo datang ke gue kek gini maksudnya apa.? Mau buat gue sebagai air buat lo cuci muka untuk membasuh wajah lo yang penuh air mata karena pacar lo?" Nada Cia saat berbicara tersirat emosi di sana.

"Nggak gitu juga kali, Lo kan sahabat gue Ces"

Sahabat? Menyakitkan sekali.

Cia bahkan hampir lupa posisinya sebagai sahabat Aren.

"Ren..."

Cup!

What the fu*k! Aren mencium keningnya? Cia syok. Matanya hanya mampu melotot. Sebenarnya apa mau Aren?

"Ces, Lo mau bantu gue berubah nggak? Gue pengen jadi laki-laki normal"

"Ces?"

"Ces?"

Cia terdiam.











"Cia"










"Cia"











"Ciaa........"

Gadis itu terbangung dari tidurnya.

Sial!

Jadi tadi itu hanya mimpi?

Dasar mimpi DURHAKA!!!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 09, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Love SchwulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang