* . * . * . * . * . *
halo semuanya selamat datang di fortune teller^^ makasih buat yang udah support selama ini. sequelnya bakalan gak ada tanpa kalian^^ kritik saran dan komentarnya selalu di tunggu yah:3 mudah"an bisa sabar nungguin ini update karna eca udh sibuk sekolah hehe^^ enjoy yah!
ps: buat mou meskipun udah gaada rere-chan lagi tapi ini buat kamu hahaha
* . * . * . * . * . *p r o l o g
Jam menunjukkan pukul sebelas lewat dua puluh tiga menit saat Yukiko Evans merebahkan tubuh diatas kasur yang penuh dengan tumpukan bantal dan buku-buku yang belum sempat di susun di rak.
Samar-samar Yuki bisa mendengar bunyi jarum jam yang berdetik dan suara angin menerpa dedaunan kering di luar jendela. Hari ini hari pertama musim gugur. Musim kesukaanya.
Dan juga musim kesukaan orang itu.
Rasanya menyenangkan saat melihat dedaunan menguning dan berjatuhan. Yuki menganggap musim gugur sama seperti saat dimana semuanya terlahir kembali. Daun-daun itu hancur, lalu tumbuh perlahan dari awal. Semacam reinkarnasi, kalau kata Zayn Malik--cowok melankolis yang penuh pikiran dalam dan filosofis. Sahabat Yuki.
Ralat, mantan sahabat.
Jujur, Yuki masih menganggap Zayn sebagai sahabat merangkap orang paling penting dalam hidup Yuki. Tapi apa Zayn merasakan hal yang sama?
Memiliki kemampuan untuk melihat masa depan, bukanlah keinginan Yuki. Kalau boleh jujur, Yuki sebenarnya berharap ia terlahir normal tanpa kemampuan apa-apa. Yuki ingin merasakan hidup sebagai remaja biasa tanpa bayang-bayang mengerikan yang siap berkelebat di depan matanya kapan saja.
Saat di Jepang dulu, Yuki bahkan pernah mendapat pengelihatan tentang kematian salah satu teman satu sekolahnya. Ironisnya, meskipun tau hal itu akan terjadi, Yuki tetap tidak bisa melakukan apa-apa. Terkadang ada hal yang meskipun kita tau akan terjadi, kita tetap tidak dapat mencegahnya.
Seperti apa yang terjadi denganya dan Zayn. Yuki sudah tau sejak lama kalau persahabatan mereka hanya sementara. Kalau suatu saat mereka akan mengalami pertengkaran hebat karena kemampuan Yuki yang dianggap orang lain hebat itu. Tapi lagipula semuanya sudah terjadi. Tidak ada yang perlu di sesalkan.
Yuki menghela nafas berat sebelum melirik rok yang jatuh dua senti diatas lutut berwarna coklat muda dan sebuah kemeja putih yang di balut jas gantung berwarna biru gelap disebelahnya. Seragam untuk sekolah barunya. Yuki tidak tau sama sekali apa yang harus ia rasakan sekarang.
Haruskah Yuki lega karena sudah pindah jauh dari Zayn dan Rere? Atau haruskah Yuki merasa sedih karena kisah cintanya kandas dengan tragis?
Lucunya, yang Yuki rasakan hanyalah rasa kosong.
Yuki sudah memikirkan tahun terakhirnya di High School dengan matang. Senior year yang merupakan langkah akhir sebelum Yuki memasuki universitas, akan ditempuhnya sebaik mungkin. Ia tidak akan membiarkan urusan apapun menghalangi jalanya. Tak terkecuali kemampuanya anehnya.
Beberapa hari sebelum pindah ke Chesire, Yuki sudah memutuskan untuk tidak akan memberitahu siapapun tentang kemampuanya di sekolah barunya nanti. Lagipula sudah hampir satu bulan sejak terakhir kali ia mendapatkan pengelihatan. Yuki rasa semuanya akan aman terkendali.
Yuki lalu melirik layar ponselnya yang sedari tadi berwarna hitam. Jujur, Yuki berharap Zayn akan mengiriminya pesan. Sekedar untuk mengatakan salam perpisahan atau apalah. Tapi nyatanya, Zayn malah tidak perduli dengan kepindahan Yuki.
Setelah memutuskan kalau meratapi nasib itu tidak baik, Yuki perlahan bangkit dan berjalan menuju ke kamar mandi. Berendam di dalam air hangat pasti akan meringankan bebanku, batinya.
Yuki masih setengah jalan kearah kamar mandi saat tiba-tiba ia merasa kakinya lemas dan pandanganya perlahan mengabur. Cepat-cepat gadis itu mencari pegangan, Jemarinya mencengkram pinggiran meja erat-erat saat nafas Yuki tiba-tiba saja tercekat bersamaan dengan munculnya bayangan aneh di pelupuk matanya.
Pada awalnya semua terlihat hitam sampai Yuki bisa melihat titik-titik bercahaya warna-warni. Dan sedetik kemudian semuanya menjadi jelas. Dihadapanya terbentang sebuah tempat yang terlihat mirip Pub kecil dengan pengunjung yang cukup ramai.
Yuki diam dalam kebingungan. Kenapa ia mendapat pengelihatan tentang Pub? Apa Zayn sedang mabuk-mabukan? batinya ragu-ragu.
Dari ujung ruangan, muncul seorang laki-laki dengan langkah seperti orang mabuk. Laki-laki itu kemudian menghampiri bartender dan entah memesan minuman apa. Selama beberapa saat, Yuki menekuni wajah laki-laki itu dengan cermat. Matanya berwarna hijau kebiruan dengan rambut ikal yang acak-acakan. Bahkan dalam penerangan yang minim Yuki masih bisa melihat kantung matanya yang besar.
Laki-laki keriting itu lalu menghabiskan isi gelas yang diberikan bartender padanya dalam sekali teguk. Sepertinya laki-laki itu kembali meminta segelas lagi karena ia terlihat bercakap-cakap dengan si bartender selama beberapa saat.
Yuki berusaha menormalkan detak jantungnya yang berdetak semakin cepat. Di pelupuk matanya kini muncul sosok seorang pria dan tanpa satu patah kata pun pria itu langsung melayangkan tumbukan ke rahang si laki-laki keriting. Rasanya Yuki seakan kehabisan udara. Untuk pertama kalinya ia mendapat pengelihatan yang seperti ini.
Tiba-tiba semuanya kembali menjadi gelap. Saat Yuki mengira pengelihatan itu sudah berakhir, sosok laki-laki keriting itu kembali muncul dengan wajah berdarah-darah dan memar yang sukses mengangetkan Yuki. Tanpa bisa ditahan Yuki pun menjerit histeris.
Dan secepat pengelihatan itu datang, pengelihatan itu pun menghilang begitu saja. Meninggalkan Yuki yang langsung ambruk ke lantai dengan nafas memburu dan peluh bercucuran. Berkali-kali Yuki mengerjapkan matanya, berusaha mencerna apa yang dilihatnya. Namun hasilnya nihil. Yuki tidak tau makna di balik kilasan pengelihatan itu dan Yuki tidak tau siapa orang-orang di dalamnya.
Perlahan Yuki mencoba bangkit dan berjalan ke kamar mandi, membasuh wajahnya berkali-kali dengan air dingin. Satu buah pertanyaan menggema di pikiranya,
Apa maksudnya semua itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
fortune teller ★彡 h.s
Short Storythe next journey of Yukiko Evans and her special ability to see the future; a sequel from the oracle. © 2014 by elcessa All Rights Reserved #5 on short story on 2014